👑51👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Atas perintahku Dhara memotong rambutku, hingga mungkin berjarak 3 cm dari telingku. Sangat pendek, mungkin Real yang asli akan menangis tahu aku merusak rambut indahnya. Ada banyak hal yang terjadi Selama aku di Cleopat, dan setelah ku bujuk Silas berulang kali, akhirnya aku kembali ke Cinder.

"Jika anda ingin tahu kabar putra mahkota, dia sedang mengurus beberapa urusan di istana," ujar Dhara seolah tahu isi fikiranku.

Aku melirik Val, anak kakak Dhara yang ia adopsi sebagai anaknya. Sebenarnya ini mengejutkan. Aku bahkan tidak tahu Dhara punya kakak. Benar, dunia ini lebih luas dari yang selama ini ku tulis. Dan sekarang aku sudah terbiasa melihat hal baru di sini.

Namun hal lain yang membuatku terkejut bukan fakta bahwa Dhara memiliki seorang anak. Tapi mengetahui bahwa Grand Duke Ryan akrab dengan seorang Silas. Saat kami tiba di pelabuhan, Ryan dan pasukannya yang mengantar kami. Ah tidak, Silas. Karena begitu aku turun, beberapa orang Silas langsung menyembunyikanku, dan membawaku ke sini. Tempat persembunyian yang Silas sediakan. Dengan harapan aku aman. Dia tidak perlu melakukan itu. Karena aku sendiri ingin segara bertemu dengan Rina.

"Apa menurutmu Silas aku menatapku jijik dengan potongan seperti ini?" Tanyaku pada Dhara.

"Kurasa dia akan terkejut, dan memujimu walaupun kau sekarang nampak buruk," jawan Dhara. Aku tidak menyangkal, karena rambut panjang merupakan salah satu ciri khas gadis bangsawan. Hanya gadis bangsawan bangkrut yang memotong rambutnya dengan sangat pendek.

"Ngomong-ngomong sampai kapan kalian akan menyembunyikanku, Xi?" Aku menoleh ke belakang, melihat Xi yang sekarang menjadi mata kedua Silas. Dia hampir tidak pernah berpaling dariku. Sejujurnya, ini sangat menganggu. Dan dari ekspresi Xi, dia juga nampak tidak suka dengan pekerjaannya.

"Entahlah, aku juga ingin segera pergi. Lebih baik aku mengasuh bayi daripada memperhatikan seorang lady merusak rambutnya," cibiran dengan tatapan ke arah Val yang sedang bermain sendiri.

Bukan tanpa alasan aku memotong rambutku. Dari kecil aku benci mengurus rambut. Harus menyisirnya agar tidak kusut, keramas dan sebagainya, itu merepotkan. Aku lebih suka rambut pendek, karena mudah untuk diurus dan yang paling tidak gerah, karena aku benci gerah. Dan dengan tatanan rambut seperti ini kuharap, Rina mengenalku. Walaupun aku tidak terlalu banyak berharap dengan itu.

Sebulan berlalu sejak aku mendengar kabar Parisa akan di bakar. Namun sampai sekarang dengan berbagai persiapan dan pelarian, Parisa tidak hangus. Melainkan menjadi tempat sepi yang tidak ada penghuni selain hewan liar. Aku mulai berfikir ini jebakan. Dan mungkin Silas juga berfikir hal sama, begitu pun yang lain.

Silas mengatakan dia pulang duluan karena ada tugas kerajaan. Karena secara kebetulan Raja mendadak sakit dan hanya berbaring di kasur. Sulit membuang fikiran buruk dan tidak berprasangka pada Marquez. Apalagi selama kepergian putra mahkota, Marquez Cane yang paling dekat dengan Raja. Namun kekuasaannya cukup besar hingga terhindar diri kecurigaan. Itu juga sebabnya Ryan dan Silas bersatu. Satu kesamaan di antara mereka adalah tidak suka terhadap Marquez Cane.

"Apa tidak ada pesta dalam waktu dekat?" Tanyaku.

"Jangan pernah memikirkannya."

"Kau gila!"

Jawab Dhara dan Xi saling bersautan. Mereka sudah paham arah pembicaraan ini. Xi yang tadi menjauh, dan melihatku dari dahan pintu. Kini berjalan mendekat, ke tempat meja rias di mana Dhara masih sibuk menata rambut agar tidak terlihat terlalu buruk.

"Jika kau ingin aku mati di tangan iblis itu, datanglah," ujar Xi. Aku mulai terbiasa dengan cara Xi berbicara informal padaku. Mungkin karena terlalu lama, hingga aku tidak sadar dengan itu.

"Setidaknya sebelum melakukan itu, anda harus meminta pelayan pribadi yang baru. Dan segera kirimkan aku uang pensiun," sahut Dhara. Entah perasaan ku, tapi mereka nampaknya akan menjadi sahabat tang sangat dekat.

"Aku bercanda, tidak mungkin aku ke sana," setidaknya untuk sekarang. "Jadi bisa beritahu aku saja?"

Dhara menghela nafas dalam-dalam. "Tidak ada satupun selain lady Cane. Ada kabar dia akan mengadakan pesta untuk merayakan dipilihnya dia sebagai pewaris Marquez Cane."

"Ini berita yang mengejutkan. Sesayang apapun Marquez pada putrinya, dia harusnya memberikan hak waris ke anak laki-laki tertua," sambungan Xi.

"Haa? Marquez Cane punya anak laki-laki?" Tanyaku, karena aku baru mendengarnya.

"Hanya beberapa orang yang dibiarkan tahu. Ada kabar dia anak haram, dan ada kabar dia cacat. Namun semua kabar itu salah. Anak laki-laki tertua Marquez Cane adalah anak sah dan dia masih sehat. Entah apa alasannya, anak itu dibuang dan di sembunyikan dari orang-orang," jelas Xi. Aku percaya jika itu ucapan Xi.

"Apa kau tahu siapa orang itu?" Tanyaku.

Xi nampak diam cukup lama, ia sesekali melirik Dhara, walau Dhara hanya diam dan tidak paham maksud tatapan Xi. "Sayangnya aku tidak tahu, coba saja kau goda tuan, mungkin dia akan memberitahu," Xi lalu mengedipkan salah satu matanya dan tersenyum genit. Satu hantaman tangan menghantam pundak Xi, membuat Xi merintih kesakitan. Ah ... Sudah kuduga Xi dan Dhara akan menjadi sahabat yang cocok.

Belum selesai dengan satu PR, aku malah mendapat hal lain. Anak laki-laki Marquez Cane? Aku tahu selain Carina, dia memiliki beberapa anak. Tapi aku tidak tahu tentang anak tertua laki-lakinya yang ia buang. Padahal jika dia menyodorkan anak laki-laki, hak waris tahta kerajaan akan semakin dekat dibandingkan dengan wanita. Karena dalam sistem kerajaan Cinder, tahta hanya milik laki-laki. Mungkin karena dalam cerita, pembahasan tentang Marquez Cane sangat sedikit. Karena cerita terfokus pada Layla dan kisah cintanya.

Namun semakin aku memikirkan, semakin aku penasaran sesuatu. Bagaimana cara Rina melakukan itu? Dia duluan yang mengubah alur cerita dan membuat Grand Duke semakin menjauh dari Layla. Padahal aku hendak membiarkan kedua orang itu bahagia dengan cerita cintanya tanpa menyakiti karakter lain. Dari sini saja tujuan kami berbeda.

Bagaimana cara dia dengan mudah menghasut Ryan? Padahal Ryan bukan orang yang gampang di permainan seperti itu. Dia orang yang dingin, tegas, dan kaku, bahkan tangisan Real tidak bisa meluluhkan perasaan Ryan. Dia juga bisa mengendalikan Beatrix, bahkan Beatrix masih mematuhinya saat bersamaku. Layla tanpa di sadari juga terpengaruh dengan Rina. Lalu apa jangan-jangan Marquez Cane juga sama? Bagaimana caranya?

Aku menatap Xi dan Dhara sambil tersenyum polos. "Aku melihat kucing liar kemarin di jalan. Dia manis, namun saat kudekati dia mencakarku. Andai ada sihir pengendali makhluk hidup, pasti aku bisa langsung menjinakkannya," aku memasang wajah lesu. Cukup lama menunggu respon mereka.

"Siapa bilang itu tidak ada?" Jawab Xi. Dengan itu semua kini nampak sangat jelas.

###






















Hei apa kabar? Lama yak nungguin wkwkwk
Ya maap eheq
ಥ‿ಥ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro