👑52👑 part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pemuda ini memakai pakaian mewahnya, baju sutra yang di bordir banyak ornamen emas, sangat menciri khaskan putra dari seorang Raja. Aku mulai terbiasa dengannya yang memakai pakaian sesuai dengan gelarnya. Bukan tunawisma yang selalu berjalan-jalan di pasar hanya untuk mengawasi seorang wanita.

Dia berjalan ke arahku yang sedang duduk di pagar pembatas balkon. Aku sebelumnya sedang melihat pemandangan kota kerjaan Cinder dari kamarku yang berada di lantai tertinggi kastil ini. Aku sempat berfikir menjadi putri yang di kurung dalam menara. Tidak bisa keluar, dan hanya bisa melihat sesuatu dari balkon jendela.

"Aku nampak berbeda," ujarnya seraya memegang ujung rambut pendekku.

Aku tersenyum. "Apa ini nampak sangat buruk?"

Dia ikut tersenyum kecil. "Berbeda tidak selamanya buruk kan? Kau memang sudah berbeda sejak kita bertemu," tepis Silas.

Tentu saja, karena aku sejak awal bukan Real yang merupakan anak bangsawan besar. Di besarkan dengan penuh aturan, tara Krama, dan berbagai kemewahan. Aku hanya anak yang tumbuh kurang beruntung, dan setiap hari berjuang untuk memotivasi diri agar terus hidup.

Silas duduk di sampingku. Dengan seenaknya dia menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menghela nafas. Aku yang tidak terima hendak pergi, bukannya lebih baik jika dia izin. Namun tanganku terlanjur ia pegang, tidak membiarkanku pergi dan agar tetap di sana. Matanya yang tajam menatapku, ada lebam hitam di bawahnya, nampak seperti orang yang sudah berhari-hari tidak tidur.

"Bisakah kau di sini, aku sangat lelah," ujarnya.

"Tidak mau, aku bisa saja terjungkal ke bawah jika kau terus bersandar padaku. Kau fikir tubuhmu ringan?"

Dia kembali menghela nafas dalam dan mengangkat kepalanya. "Benar, kau terlalu kurus seperti ranting pohon yang akan patah saat tertiup angin."

Aku mengerutkan alis, lalu berdiri, melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar. Aku mendengar cekikikan dari belakang, siapa lagi kalau itu Silas. Kupikir karena kami sudah cukup lama tidak bertemu, dia akan sedikit tenang. Namun tetap saja, dia masih Silas yang menyebalkan.

Ketika salah satu kakiku masuk ke dalam ruangan, Silas menarikku kembali keluar dari belakang. Tepatnya dia memelukku dari belakang, melingkarkan kedua tangannya di pinggangku, dan sekali lagi, meletakan kepalanya di pundakku.

"Rambut pendek ini membuat leher dan pundakku mu lengah. Sekarang aku mengerti kenapa para gadis bangsawan di larang memotong rambutnya." Suara Silas terasa geli, karena dia berbisik tepat di samping telingaku.

Kurasa pipiku memerah, aku merasa sangar risih dengan ucapannya. Dia sejak awal memang sering menggodaku, tapi entah kenapa aku dengan sengaja membiarkannya. Bahkan sekarang aku seperti tidak ingin maju ke depan melepaskan diri dari pelukannya. Aku merasa nyaman saat ini, walau dengan perasaan aneh, malu dan jantung berdebar kencang.

Waktu terasa sangat lambat, dan suasana mendadak begitu hening. Aku bahkan bisa mendengar hembusan angin dan detak jarum jam yang jauh di dalam ruangan. Jika difikir-fikir ini pertama kalinya aku nyaman dengan seseorang. Dan bisa-bisanya aku merasakan itu pada salah satu karakter yang kuciptakan. Ini sejujurnya sangat menjengkelkan.













.
.
.

.
.
.

Jujur aku stuck

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro