💎55💎

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Anda kabur malam-malam, dan sekarang anda memanggil saya. Kenapa anda selalu bertingkah seenaknya," celoteh Dhara yang masih memegang koper besar di tangannya.

Aku terkekeh. "Maafkan aku, tapi situasinya sedang tidak enak saat ini."

Dhara menghela nafas. Dia meletakkan kopernya ke ujung ruangan, dan melepas jubah yang pakai. Aku meminta Ryan untuk memanggil Dhara. Aku tidak mengatakan bahwa Dhara ada di Cleopat, tapi dia langsung membawa Dhara keesokan harinya ke sini. Entah bagaimana dia melakukannya.

Kemarin kabar menggemparkan terdengar di seluruh kerajaan. Yang Mulia Raja wafat, dia di temukan oleh pelayan yang biasa membangunkannya, tertidur di kasur dengan wajah biru dan mulut berbusa. Di genggamanannya iya memegang botol kecil dengan bau menyengat. Walau hasil penyelidikan resmi belum keluar, tapi banyak orang berspekulasi bahwa Raja bunuh diri dengan meminum racun. Alasan lainnya belum pasti.

Pangeran Mahkota baru tiba ke istana sore hari, dia langsung mengambil alih penyelidikan yang sebelumnya di pegang Marquez Cane, orang terdekat Raja saat itu. Hari ini semua bangsawan di seluruh penjuru kerajaan berkumpul untuk upacara pemakaman. Sekaligus persiapan karena setelah acara permakaman, Silas akan berubah status dari pangeran mahkota menjadi Raja.

"Harusnya anda juga mengikuti upacara, kenapa anda masih di sini. Apalagi ini mansion mantan tunangan anda," sinis Dhara.

"Entahlah, Grand Duke tidak mengizinkanku keluar. Kurasa itu perintah dari Silas." Aku hanya sekedar menembaknya. Walau itu belum pasti.

"Jika yang mulia pangeran mahkota naik tahta, anda yang saat ini berstatus pasangannya juga akan naik pangkat. Anda akan menjadi Ratu kerajaan Cinder." Dhara terdiam dengan ekspresi aneh. "Saya mengerti kenapa anda di sini. Saya lupa bahwa situasinya sangat tidak stabil. Dan anda akan menjadi Ratu. Itu sebabnya keamanan anda hal utama."

Entah apakah aku pernah mengatakannya apa tidak, tapi aku dan Silas hanya menjadi pasangan palsu. Silas berjanji setelah semuanya selesai dia akan melepaskan ku, memberikannya identitas baru bukan sebagai bangsawan. Dan aku bisa hidup bebas seperti yang kuinginkan saat pertama kali terjebak di sini. Tapi semakin ke sini semuanya menjadi sangat rumit.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu. Jika aku tidak lagi mempekerjakanmu, apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku pada Dhara.

Dia terdiam cukup lama. "Mungkin aku akan pergi ke Desa yang damai dan membangun keluarga bahagia di sana. Anda bertanya seperti akan mati saja," jawabnya dengan kalimat yang sangat frontal. Aku tertawa mendengar ucapannya.

"Kau benar, aku harus datang ke upacara pemakaman itu. Grand Duke tidak bisa melarangku, dia juga tidak sedang di sini. Lagipula apa kata masyarakat jika seorang calon Ratu tidak hadir di pemakaman ayah mertuanya. Itu akan aneh," ujarku.

"Jadi alasan anda memang saya adalah untuk merias anda? Bukannya mansion ini tidak kekurangan orang untuk melakukannya."

"Lebih nyaman jika dilakukan oleh seseorang yang sudah terbiasa," jawabku.

Dhara mendengus keras. Dia tidak bisa menolaknya. Dengan bergegas dia mengecek lemari pakaian, melihat adakah gaun yang bisa dipakaikan padaku untuk acara ini. Dia juga memanggil pelayan lain. Karena tidak mungkin meriasku dalam waktu singkat sendirian. Aku merasa bersalah pada Dhara karena langsung membuatnya bekerja padahal dia baru datang. Tapi walaupun dia nampak kesal, Dhara tidak keberatan melakukan pekerjaannya.

###

Malam tadi aku bertemu dengan Ryan, sesaat sebelum dia pergi dari Mansion untuk ke istana.

"Maafkan saya, tapi pangeran pertama nampak mengkhawatirkan lady. Jadi saya mengatakan yang sebenarnya keberadaan lady," ujarnya dengan rasa bersalah.

Aku tidak bisa menyalahkannya. "Tidak apa-apa, dia sedang dalam keadaan tidak baik saat ini. Saya juga tidak ingin membuatnya semakin terbebani. Anda tidak salah, justru saya yang merepotkan anda grand Duke."

"Kondisi istana saat ini sedang kacau. Beliau meminta saya untuk tetap membiarkan lady di mansion. Untuk saat ini alangkah baiknya anda tidak keluar. Setidaknya sampai situasi mulai membaik."

"Saya mengerti, saya tidak akan kemana-mana besok. Anda tidak perlu mengkhawatirkannya." Walaupun begitu yang kukatakan saat itu adalah kebenaran besar.

"Kalau begitu saya pamit dulu Lady, saya harus ke istana."

"Grand Duke tidak perlu meminta izin pada saya."

Dia malah tersenyum mendengar ucapanku. "Entah kenapa saya ingin melakukannya. Walaupun seharusnya kita seperti ini dulu. Kalau begitu selamat malam Lady Deana."

Kalimat itu harusnya dia katakan pada Real. Caranya bicara dengan lembut dan tersenyum, harusnya Real yang mendapatkannya. Tapi kenapa baru sekarang, saat Real sudah tidak ada. Real hanya gadis malang yang selalu mengemis cinta, tapi kau memerlukannya dengan sangat dingin.

Aku melihat punggung Ryan yang semakin menjauh. Sepintas ingatan Real muncul di kepalaku. Dia dulu selalu melihat punggung itu dari kejauhan. Berharap punggung yang sama berbalik, dan berlari ke arahnya. Tapi itu semuanya hanya khayalannya. Aku memang penulis yang jahat. Membuat gadis sepolos itu harus menjalankan hidup yang berat.

Seorang pelayan datang mendekati ku ketika Ryan sudah tidak lagi terlihat, dia mengagetkanku karena biasanya tidak akan ada pelayan yang mendekat kecuali diperintah. Dia hanya menunduk menitip wajahnya yang ketakutan akan sesuatu. Dia tidak mengeluarkan suara, hanya mengulurkan tangan yang gemetaran ke arahku. Sebuah lipatan kertas ia berikan padaku. Dan saat aku sudah menerimanya, dia langsung berlari kabur tanpa menjelaskan apapun.

Aku agar ragu untuk membuka dan membacanya isinya. Tingkah pelayan tadi sangat aneh dan sejujurnya membuatku sedikit takut. Tapi aku tahu ini bukan sembarang hal yang bisa ku abaikan. Pikiranku terus berputar-putar hingga akhirnya aku membuka lipatan kertas itu. Perasaanku yang sejak awal tidak enak benar-benar terbalaskan saat ku baca tulisan di sana.

'Untukmu kita berasal dari tempat yang sama, dan karena kehadiran kita alur cerita ini menjadi sangat kacau. Yang kulakukan hanyalah membersihkan apa yang seharusnya tidak ada di dalam alur, tapi siapa sangka kobaran api itu nampak sangat indah. Lalu aku hanya sedikit membantu ambisi ayah palsuku. Aku tidak tahu bahwa dia akan membunuh Raja. Ups ... Aku membocorkan kejutannya. Tapi sejauh ini hanya kita berdua yang tahu. Dan tulisan ini hanya kau yang bisa membacanya bukan? Aku sangat ingin bertemu denganmu. Jadi mari kita bertemu dalam waktu yang singkat. Kudengar para bangsawan sedang berunding menentukan siapa Ratu nantinya. Dan nama kita disebutkan. Daripada harus bersaing dengan cara yang membosankan dan cukup lama. Mari kita selesaikan dalam waktu singkat besok. Aku akan menjemputmu.'

"Orang ini sangat gila," gumamku setelah membacanya. Tidak masalah aku juga ingin segera menyelesaikan cerita ini, karena aku benar-benar sudah tidak tahan. "Mari kita bertemu besok saudari ku," aku menyengir membayangkan pertemuan kami besok.

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro