💎56💎

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Rakyat sedang panas. Ada rumor yang mengatakan bahwa putra mahkota sengaja membakar distrik Parisa karena menghalangi bisnis gelapnya. Raja terkena tekanan mental yang berat dari rakyat karena kebakaran itu, dan putra mahkota juga ikut menekannya. Karena tidak tahan akhirnya Raja memutuskan untuk bunuh diri," ujar Ryan yang membacanya dari selembar kertas.

"Rumor yang sangat kekanak-kanakan," sambung Kwan.

Silas nampak acuh, dia hanya duduk di pinggiran jendela dan terus menghadap keluar istana. Para bangsawan silih berganti masuk ke area istana. Sedangkan di luar banyak rakyat yang berkumpul, bukan untuk berduka cita, tapi melakukan unjuk rasa. Mereka menanyakan nasib mereka karena kebakaran yang terjadi. Belum lagi efek dari kebijakan Raja sebelumnya yang membuat mereka menderita selama bertahun-tahun. Sebenarnya mereka senang akhirnya Raja yang tirani itu sudah mati. Tapi mereka takut putra mahkota yang akan naik tahta juga akan memimpikan kerajaan seperti Ayahnya. Apalagi rumor yang mengatakan kebakaran distrik Parisa adalah ulahnya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Silas dengan melirik ke Ryan.

Walau tidak disebut namanya, Ryan tahu siapa yang dimaksud. "Dia sudah aman. Saya sudah mengirim penjagaan ketat agar lady tidak keluar."

"Itu belum cukup. Kwan kirim orang mu ke mansion Grand Duke," perintah Silas.

Kwan ingin membantah, dia tidak setuju dengan perintah Silas kali ini. Dibandingkan seorang gadis bangsawan yang lemah dan sering kali menimbulkan masalah bagi mereka, keamanan Silas lebih penting. Silas masih berstatus putra atau pangeran mahkota saat ini, tapi setelah acara pemakaman selesai dia adalah seorang Raja yang memimpin kerajaan ini. Daripada mengirim orang-orangnya untuk melompat seorang Lady, lebih baik mereka tetap di sini melindungi Silas. Sayangnya dia hanya bisa memendam semua itu dalam hati.

"Baiklah tuan, kalau begitu saya pergi dulu," jawab Kwan. Dia melangkah pergi dengan hentakan kaki yang keras. Semua akan tahu dia sedang kesal saat ini.

Suasana ruangan ini kembali canggung. Hanya ada Silas dan Ryan di sana. Dua orang yang sejak dulu tidak pernah dekat. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini hubungan mereka cukup baik. Keduanya beranggapan bahwa itu karena keadaan. Dan kebetulan musuh mereka kali ini sama.

"Sekali lagi, ini ulah Marquez Cane kan?" Tanya Silas.

"Anda tidak perlu bertanya apabila sudah tahu jawabannya yang mulia."

Silas tersenyum kecil. "Dia sangat menginginkan tahta terkutuk itu. Dari dulu dia selalu berulah. Tapi kali ini dia amat berani. Putri kesayangannya pasti sangat pintar mempengaruhi seseorang. Dan salah satunya ada di ruangan ini."

Ryan merasa tersindir dengan ucapan Silas. Dia merasa bodoh ketika teringat semua itu. Mungkin saja hubungannya dan Real berakhir karena seorang wanita. Entah wanita itu benar-benar memanipulasi dirinya atau tidak. Tapi wanita itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena Ryan juga salah dalam kasus itu. Dan sejujurnya dia mulai merasa kehilangan ketika melihat gadis yang dulu mengejar-ngejarnya, tiba-tiba bersama pria lain.

Andai saja Real tetap mengejarnya, apakah Ryan juga akan melirik ke arahnya? Dirinya sangat naif, itu sebabnya saat dia kembali melihat Real kemarin, dia hanya berani mengulurkan bantuan dan tidak untuk menyentuhnya seperti yang terus dibisikkan benaknya. Dia belum sadar bahwa Lyla tidak pernah menipunya, mereka menjadi pasangan karena jatuh cinta. Justru perasaannya ke Real saat ini yang justru palsu karena sihir.

"Yang Raja minum bukan sembarang Racun, itu Racun yang tidak ada di kerajaan ini. Saya curiga racun itu berasal dari luar kerajaan atau racikan sendiri dari seseorang yang sangat ahli," tutur Ryan.

"Memang bukan, aku sudah bertanya pada salah satu kenalanku. Hanya orang yang bukan berasal dari dunia ini yang dapat membuat racun seperti itu. Atau sepertinya kata-kataku terlalu berlebihan? Kalau difikir-fikir bukannya ramuan yang pelayan itu berikan padamu juga bukan dari kerajaan ini? Dan yang dikatakan kenalanku juga sama. Sepertinya mereka berasal dari seseorang yang sama. Dan lagi aku tidak menemukan minyak gas atau sejenisnya yang dapat memicu kebakaran sebesar itu. Padahal hampir sebagian besar gedung di sana terbuat dari batu, tidak akan mungkin terbakar secepat membakar kertas. Bukankah semua ini sangat ganjal?" Silas kembali melirik Ryan. "Saat aku akan pergi, bukannya putri kesayangan Marquez Cane mengurung diri, apakah dia masih melakukannya saat aku pergi? Kapan dia kembali muncul?"

Ryan menghela nafas dalam. "Dua hari sebelum kebakaran terjadi dia mengadakan pesta minum teh yang cukup besar bersama para bangsawan."

"Dia mengurung diri cukup lama dan muncul untuk pesta minum teh. Dan dua hari kemudian kebakaran terjadi. Bagaimana hasil penyelidikan?"

"Seperti yang anda katakan, tidak ada minyak gas bahkan benda lain yang dapat membakar sebuah distrik dengan sangat cepat. Penyelidik juga terhenti karena berita kematian Raja. Tapi kami menemukan asal api berasal dari perbatasan distrik dengan pola melingkar."

"Pelaku sengaja menyalahkan pagar api agar orang-orang terjebak di dalam lingkaran kobaran api. Lalu membakar mereka di sana. Pagar api juga akhirnya membakar area luar pagar. Entah itu disengaja atau tidak."

"Tapi berkat peringatan yang mulia saya dapat mengevakuasi semua orang. Dan sebenarnya saya sudah menyingkirkan barang-barang yang mudah terbakar. Entah bagaimana api sangat cepat merambat. Padahal angin saat itu sangat tenang."

"Terima kasih untuk itu Grand Duke, tapi pelakunya sejak awal memang tidak berniat menimbulkan korban. Ini hanya sebuah gertakan. Itu sebabnya aku dibiarkan tahu rencana bodoh ini."

Ryan terdiam sejenak. "Apa pelakunya Marquez Cane? ... Atau Carina Cane?" Tanya Ryan dengan suara rendah.

"Aku tidak bisa menentukan siapa pelakunya saat ini. Yang lebih penting sekarang bagaimana menjauhkan pamanku dari tahta atau dia akan semakin menggila. Apakah kau punya rencana Grand Duke? Sebelumnya keluarga kalian cukup dekat."

"Ucapan anda seperti menyindir saya yang mulia. Lebih baik saya sarankan anda bersiap untuk upacara pemakaman. Para bangsawan sudah menunggu. Semakin cepat acara ini selesai, semakin cepat anda menjadi Raja dan menyelesaikan semua ini."

"Sebenarnya Grand Duke, masalah ini akan semakin rumit saat saya menjadi Raja. Apalagi kursi Ratu saat ini sedang kosong. Menurut mu siapa yang akan mengisinya?" Silas akhirnya tersenyum walau tatapannya nampak penuh tekanan.

"Bukannya Lady Real adalah tunangan anda? Kalian akan menjadi pasangan sah saat anda naik tahta," suara Ryan agak berat saat mengatakan hal itu.

Silas mendesis. "Aku berharap juga begitu, tapi pamanku tidak akan membiarkan hal ini berjalan mudah. Jika dia tidak bisa naik tahta, minimal garis keturunannya bisa menjadi Raja berikutnya. Betapa mengerikannya itu."

"Apa yang anda maksud Lady Carina Cane yang mulia?"

Silas tertawa terbahak-bahak. Suaranya menggema keseluruhan ruangan. "Menurut mu siapa lagi."

###

Silas Apolyus Zeus

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro