💎57💎

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku mendengar pelayan mengatakan bahwa Grand Duke memastikan lady Real tidak akan bisa keluar dari Mansion. Tapi nyatanya aku bisa dengan mudah keluar dari sana. Sejak pagi sudah ada kereta kuda yang terparkir di depan Mansion. Tidak ada logo keluarga bangsawan namun terlihat sangat mewah. Sudah jelas kereta itu kiriman dari Carina. Aku berusaha mengulur waktu dengan menunggu kedatangan Dhara dan bahkan memintanya meriasku, semua itu membutuhkan waktu yang lama, tapi kereta itu juga tidak kunjung pergi.

Aku masuk ke dalamnya, rasanya seperti Dejavu. Aku ingat terakhir kali Carina menculikku, kereta yang kumasuki sekarang hampir sama dengan hari itu. Aku menghela nafas panjang, mempersilahkan diri dengan kemungkinan terburuk nanti. Diam-diam aku menyelipkan belati di dalam gaunku. Semoga itu membantu saat Carina mulai melancarkan rencananya gilanya.

###

Upacara pemakaman berjalan dengan lancar walau sempat terganggu dengan suara kegaduhan yang ada di luar istana. Silas memimpin upacara, dan sepanjang acara dia sama sekali tidak memancarkan ekspresi kesedihan. Lagipula sudah menjadi rahasia umum bahwa Putra mahkota tidak dekat dengan Raja, bahkan dia membenci Raja.

"Sepertinya para pemberontak semakin banyak, bukannya yang mulia lebih baik mengurus mereka agar tidak menggangu tamu undangan," celoteh Marquez Cane yang menghentikan langkah Silas.

Silas memberikan tatapan sinis pada Marquez Cane sebelum ia memaksa dirinya untuk tersenyum. "Walaupun saya diam, bukan berarti saya mengabaikan mereka. Lagipula pemberontak yang perlu harus diurus tidak hanya di luar istana."

Marquez Cane mendesis. "Memang, istana juga perlu di urus. Tapi itu bukan tugas seorang Raja, Ratu lah yang harus mengurus rumah tangga di istana. Sayangnya posisi Ratu sudah sangat lama kosong. Dan lady yang anda kenalkan saat pesta tahun lalu belum juga muncul, harusnya ini saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa dia layak menjadi pengurus istana."

"Anda tidak perlu memikirkan tentang dia Marquez, karena itu bukan urusan anda. Setelah ayah saya tiada semua menjadi tanggung jawab saya. Dan saya belum menunjuk seseorang untuk ikut mengurus persoalan di kerajaan ini," sinis Silas sambil tersenyum.

Marquez Cane nampak kesal. "Maafkan atas ketidak sopanan saya yang mulia. Anggap saja ini saran dari seorang paman untuk keponakannya."

"Jangan seperti itu, selama ini anda tidak pernah menjadi Paman yang baik di mata saya. Kalau begitu saya pamit dulu ... Paman?" Silas terkekeh lalu pergi meninggalkan Marquez Cane.

"Ini semua belum selesai," desis Marquez Cane dengan kesal.

###

"Selamat datang Real, harusnya kau memakai gaun berwarna yang indah karena pakaian hitam sangat tidak cocok denganmu," sambutan yang sangat meriah dari Carina padaku. "Ngomong-ngomong aku membuatkan teh untukmu, kemari duduk dan nikmati," lanjutnya seraya menyodorkan sebuah kursi.

Dia menyebut minum di dalam teko itu teh, tapi aku melihatnya sebagai racun. Aku menuruti kemauan dan duduk di kursi, berhadapan langsung dengannya. Seorang pelayan mendekat dan menuangkan teh ke dalam cangkir kecil keramik di depan kami. Pelayan itu bersama beberapa orang yang tadi mengantarku ke sini lalu pergi meninggalkan kami berdua. Aku tidak ingin meminum teh di depanku samapi Carina melakukannya duluan. Apalagi senyuman yang terus ia lontarkan padaku sangat menganggu.

"Jadi, untuk apa pesta kecil ini?" Tanyaku memulai percakapan.

"Beberapa saat yang lalu aku membuat pesta teh yang besar, aku ingin sekali mengundangmu, tapi kau sedang tidak ada. Padahal aku sangat ingin berbagi cerita denganmu, sebab kita dua orang asing yang terjebak dalam dunia ini."

Asing? Sebuah kata yang sangat tidak tepat untuk menggambarkan hubungan kami. Tapi aku tidak ada niat untuk memberitahunya kebenaran itu. "Lalu apa yang ingin kau katakan? Karena aku yakin kau sudah tahu cukup banyak tentang bagaimana caraku hidup di sini."

Senyumnya melebar. "Maafkan tentang rumah-rumahanmu yang kurusak. Tapi aku hanya membersihkan apa yang seharusnya tidak ada. Bukankah lebih baik jika kita mengikuti alur cerita, dan menikmatinya. Walaupun tidak sepertimu, aku masuk dalam karakter yang hampir tidak pernah diceritakan."

"Bukan mauku masuk ke salah satu karakter penting dalam cerita ini. Tapi sepertinya kau mengundangku bukan sekedar meminta maaf."

"Tepat sekali, aku ingin berbagi cerita untukmu." Dia merenggangkan tangannya lalu selanjutnya mengibaskan rambutnya. "Saat masuk sebagai Carina Cane aku berfikir lebih baik menjadi penonton sampai cerita berakhir dan menikmati sisanya. Tapi sebelum aku tahu bahwa kau di sini, semuanya terasa membosankan. Aku membuka diary Carina dan menemukan hobi menariknya. Sesuatu yang tidak aku ketahui dari dalam novel, kau tahu itu apa?"

Aku mendengus keras. "Jika tidak ada dalam novel bagaimana aku tahu tentang itu."

"Ahahaha, benar juga." Aku lupa bahwa caranya tertawa cukup menyebalkan. "Aku mendapat hobi meracik ramuan sihir. Bukannya itu luar biasa? Dan aku melakukan uji coba dengan memberikannya kepada Marquez Cane, dan hasilnya luar biasa. Lihat bagaimana dia mencintai putrinya, bahkan melebihi apa yang dijabarkan dalam novel. Lalu aku juga memberikan beberapa ramuan pada lady-lady bangsawan, dan akhirnya aku bisa dengan mudah menjadi ratu sosialita. Aku mulai curigai apakah mungkin Carina melakukan hal yang sama agar diperhatikan banyak orang."

Pertanyaan yang bagus apalagi dilontarkan ke depan penulis ceritanya langsung. Seperti yang aku katakan saat pertama kali datang ke sini, cerita ini hanya fokus pada karakter-karakter utama, dan hampir tidak membahas bagaimana karakter sampingannya menjalani hidup. Bisa saja apa yang dikatakan Carina benar.

"Mungkin saja, tapi bukankah yang kau lakukan itu berlebihan?"

"Jangan samakan aku denganmu. Setidaknya aku tetap membiarkan alur cerita berjalan. Baik dalam cerita atau sekarang, Carina adalah anak kesayangan Marquez Cane dan ratu sosialita. Bagaimana cara dia mendapatkannya, bukan sesuatu yang penting," jawabannya. Wajahnya sangat sombong saat mengatakan hal itu.

"Jadi kau membenarkan bahwa ramuan yang diberikan Layla itu darimu?" Tanyaku, aku akhirnya memberikan senyuman padanya. Tapi dia justru membalasnya dengan tatapan mengejek.

"Tentu tidak kau tahu itu ramuan apa?" Aku diam dan menatapnya dengan tajam. Dia kembali tertawa. "Sebaliknya aku memberikan ramuan agar Ryan mencintai Real!" Serunya dengan keras. Dia lalu menghela nafas. "Harusnya tanpamu semua berjalan dengan lancar. Ryan dan Real bahagia, Layla tetap dengan suaminya. Sayangnya kau mengacaukan itu semuanya," nadanya menjadi lebih rendah dan dia menatapku dengan serius.

Kali ini gantian aku yang terkekeh. "Sayang sekali aku mengacak rencanamu. Tapi ini sekarang hidupku, berbeda denganmu, aku tidak ingin hidup berpaku pada alur cerita." Hidupku sudah sangat suram dan berat, aku tidak ingin dipaksa menjalani hidup yang tidak kuinginkan, atau aku akan hancur untuk kedua kalinya. "Maaf mengecewakanmu. Bisakah kau menerimanya dan hidup dengan tenang sekarang?"

Sayangnya ucapanku tidak digubris dengan positif. Sebaliknya, dia menatapku dengan sinis. Perasaanku menjadi tidak enak tapi rasanya sangat Dejavu. Aku merogoh belati dari dalam kantong ku, untuk berjaga-jaga.

"Kau tahu apa hal menarik yang kutemukan akhir-akhir ini?" Nada suaranya menjadi makin berat. "Carina tidak hanya bisa membuat ramuan sihir, tapi dia punya cukup mana untuk membuat sihir. Dan percobaan pertamaku adalah membakar distrik Parisa," tuturnya. "Oh iya sebagai imbalan untuk ayah angkatku, aku membantunya untuk mewujudkan ambisinya."


#
#
#

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro