💎58💎

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa yang kau lakukan pada Pamanmu!" Teriak Marquez Cane pada Silas ketika para pengawal memegang tangannya.

Silas tersenyum, dia melirik Ryan yang berdiri di sampingnya dengan sebuah dokumen. "Kami mendapat saksi mata, sebelum Raja meninggal dia sedang minum bersama beberapa bangsawan lain."

"Kalau begitu kenapa kau hanya menangkapku?" Potong Marquez Cane.

"Tidak, kami menangkap semua dan yang terakhir kau paman. Dari pengakuan mereka, hanya kau seorang yang menuangkan bir ke cangkir Raja. Bukannya itu aneh?" Silas tersenyum pada Pamannya, dan di balas dengan tatapan sinis. "Tapi kau di tangkap bukan karena tuduhan membunuh Raja, tapi korupsi."

"Lelucon apa lagi ini?"

"Awalnya kami berencana menyelediki kematian Raja, tapi ternyata kamu menemukan bahwa semua bangsawan yang ada di malam ini melakukan korupsi sangat besar. Lagipula kenapa kalian sangat tega membuat pesta padahal baru saja ada kebakaran besar kemarinnya," Silas menunjukkan senyum iblisnya. Kali ini Marquez Cane tidak bisa berkutik. "Tapi jika ada dari kalian yang mengakui telah melakukan sesuatu pada Raja katakanlah. Baik korupsi atau membunuh Raja hukumnya sama-sama Kematian."

"Bawa dia ke menara!" Perintah Ryan.

Tanpa melawan Marquez Cane di bawa oleh para pengawal itu. Dia memberikan tatapan sinis ketika melewati Silas, tapi Silas membalasnya dengan sebuah senyuman puas. Silas tahu, dia tidak bisa menangkap Marquez Cane asal dalih pembunuhan pada Raja tanpa bukti. Tapi dia bisa menangkap Paman nya dengan tuduhan yang lain. Sebenarnya kasus korupsi Marquez Cane sudah lama ia selidiki sendiri, begitupun kasus korupsi para bangsawan. Dia berencana menghabis semua bangsawan korup itu ketika dirinya sudah resmi menjadi Raja. Tapi belum juga dia melakukan upacara penobatan, dia harus mengeluarkan kartu AS nya lebih awal.

"Terima kasih Grand Duke, kau sudah membantuku sejauh ini," ujar Silas pada Ryan.

"Sudah semestinya saya membantu anda yang mulia. Tidak ada gunanya memendamkan dendam masa lalu terlalu lama. Lagipula yang anda lakukan hanya untuk kesejahteraan rakyat."

"Tapi masih banyak hal yang harus dilakukan. Terutama cara mengatasi orang-orang di luar sana," Silas menatap rakyatnya yang masih berdiri di depan gerbang istana. Meneriakkan hal yang sama. "Bagaimana jika para bangsawan itu kita jadikan kambing hitam, pasti sangat menyenangkan," Silas melirik Ryan.

Ryan terkekeh dengan ucapan Silas. "Apakah anda perlu saya menyebarkan berita. Tapi persidangan untuk bangsawan sangat panjang dengan prosedur yang rumit."

"Itu karena hakim kerajaan ini terlalu banyak menerima suap. Jangan khawatir aku sudah mengurusnya. Para bangsawan-bangsawan korup itu akan di eksekusi besok. Bantu aku sebarkan rumor bahwa mereka dalang yang membakar distrik Parisa. Walaupun tidak semuanya beres, tapi aku mengkhawatirkan mereka jika terus berada di depan sana."

"Anda sudah mulai Raja yang bijaksana. Itu sangat mudah yang mulia."

"Kuserahkan sisanya padamu Grand Duke, karena saat ini hanya kau yang bisa ku percaya," ujar Silas seraya menepuk bahu Ryan.

Dari kejauhan Silas melihat Kwan berlarian tertatih-tatih sepanjang lorong. Kedatangan Kwan merusak suasana di antara Ryan dan Silas. Caranya berlari mengartikan sesuatu yang tidak baik terjadi. Keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya, raut wajahnya nampak sangat khawatir.

Silas mendekati Kwan, "Kenapa dengan caramu berlari?" Tanya Silas.

Kwan berhenti, ia menarik nafas dalam-dalam, dia bahkan menunduk kepada Silas, hal yang hampir tidak pernah ia lakukan selama bekerja. "Maafkan saya sebelumnya, ini salah saya yang kurang cekatan."

"Katakan saja apa, jangan bertele-tele!" Bentak Silas.

"Dhara barus saja menghubungi saya, Lady Real keluar dengan kereta kuda untuk upacara pemakaman. Saya sudah menyusuri istana, dan memperhatikan setiap orang di istana, tapi sama sekali saya tidak melihat Lady Real. Yang mencurigakan lady Real pergi dengan kereta kuda yang tidak memiliki logo bangsawan apapun," jelas Kwan.

"Bagaimana mungkin, aku sudah meminta para pengawal untuk tidak membiarkan nya keluar," sahut Ryan dengan raut cemas.

"Dan itu yang membuat saya heran yang mulia, saat orang-orang saya tiba, lady Real sudah tidak ada di sana. Gerak-gerik pelayan dan pengawal di sana juga normal. Seperti tidak ada apa-apa di sana."

"Yang mulia ...." Belum selesai Ryan berbicara, Silas langsung berlari kencang menuju arah keluar istana. "Yang mulai tunggu!" Teriak Ryan.

"Grand Duke, saya akan mengikuti tuan saya. Lebih baik anda tetap di sini. Karena sepertinya hanya anda yang bisa menangani situasi di istana ini sekarang," ujar Kwan yang menghentikan Ryan untuk mengejar Silas.

Silas berlari kencang, dia mengabaikan siapapun yang ia lewati, sekalipun itu orang penting. Dia tidak peduli dengan komentar orang-orang ketika melihatnya berlari seperti orang gila sekarang. Begitu ia sampai keluar, dia langsung merebut sebuah kuda yang tadinya terikat pedal kereta kuda. Dia memotong tali pedal kereta itu dengan pedang, dan membebaskan seekor kuda dari sana. Tanpa pikir panjang ia langsung menunggangi kuda itu dengan cepat keluar istana.

"Buka gerbangnya!" Teriak Silas.

Pengawal yang berjaga langsung membukakan gerbang ketika sadar yang memerintah itu Silas. Mereka terburu-buru membuka gerbang, sedangkan orang-orang yang ada di depan nampak senang gerbang istana akhirnya di buka. Silas melaju keluar istana, melewati kerumunan orang yang ada di depan istana. Yang difikirkannya cuma satu, yaitu keadaan Real saat ini. Dia mengarahkan kuda ke kediaman Marquez Cane, karena hanya satu kemungkinan keberatan Real saat ini. Dan itu pasti di sana.

Kerumunan yang melihat calon Raja mereka berlari seperti orang gila nampak kebingungan. Tapi mereka nampak acuh dan lebih mementingkan untuk masuk ke istana sebelum gerbang kembali di tutup. Mereka berbondong-bondong masuk, membuat para pengawal kewalahan. Pengawal-pengawal itu tidak hanya berusaha menutup gerbang, tapi mereka juga menghalangi kerumunan itu masuk ke dalam istana.

"Biarkan saja gerbangnya terbuka!" Perintah Grand Duke yang entah sejak kapan berada di belakang. Dia tidak sendirian, dia bersama para prajurit setianya, dan ada beberapa orang-orang istana.

Grand Duke mengisyaratkan Kwan untuk segera keluar mengejar Silas. Kwan naik ke atas kudanya dan meluncur mengejar Silas dengan sangat cepat, dia membelah kerumunan yang sudah sangat Keos itu. Grand Duke berjalan ke depan, dia berdiri tegap menatap kerumunan orang-orang.

"Saya mewakili yang mulia pangeran mahkota ingin menyampaikan sebuah pesan. Kebakaran yang terjadi beberapa hari yang lalu adalah ulah para bangsawan yang merasa dirugikan karena keberadaan distrik Parisa. Kami menyampingkan penyelidikan terhadap kematian Raja, dan kini Kami sudah berhasil menangkap para pelakunya," ujar Ryan dengan tegas dihadapan semua orang. "Besok, ketika matahari tepat berada di atas para bangsawan yang terlibat dalam kebakaran distrik Parisa akan dieksekusi. Mereka tidak hanya menjadi dalang kebakaran, tapi juga melakukan korupsi yang sangat besar!"

Teriakan sorak terdengar, sepertinya mereka puas dengan eksekusi para bangsawan yang disebutkan. Ryan kembali mengisyaratkan para pengawal untuk menutup gerbang, karena setelah ini mereka tidak akan masuk lagi ke istana. Ucapan Ryan tidak hanya didengar oleh orang-orang biasa yang sedang berdemo, tapi juga beberapa bangsawan yang mendekat setelah mendengar ada kekacauan. Berbeda dari orang-orang di luar, para bangsawan itu nampak cemas, takut, dan khawatir. Beberapa dari mereka langsung berlari masuk ke dalam istana, seperti ingin memperingati seseorang. Namun ada pula yang merasa senang, karena ini akan menjadi era baru kerajaan Cinder yang lebih baik.

.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro