👑6👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jarum pendek menuju angka 5, di saat itulah aku harus kembali ke Mansion. Berdiam diri di dalam Mansion sambil membaca buku tanpa gambar dan menyulal lebih membosankan dari yang kubayangkan. Itu karena aku manusia moderen yang terbiasa dengan dunia visual dan suara irama lagu. Aku masih belum berfikir untuk menemukan cara agar kembali, biar waktu yang menentukannya, aku semakin muak di sini, atau malah terbiasa.

Tadi pagi aku mengirim surat lagi ke Ryan, jika dia tidak membalasnya lagi di H-1 pesta Carina, aku berniat untuk datang ke rumahnya. Sekarang pasti buih-buih cinta sudah muncul antara Layla dan Ryan. Harusnya dia segera memutuskan pertunangan, dengan begitu tidak akan pihak yang rugi di antara kami berdua.

Lupakan tentang pertunangan, aku ingin menguji keberuntungan sebagai pembuat dunia ini dengan lotre. Jika aku kalah, pasti ada Tuhan lain di sini yang harus kusalahkan. Dia yang bertanggung jawab dengan adanya aku di sini. Dan saat ini terbesit dalam otakku untuk membuat perang agar dunia ini hancur sekalian. Jahat sekali aku, ya terkadang kewarasanku hilang sesaat. Jika tidak, kenapa cerita ini muncul.

Berkat Dhara aku tahu kedai yang menjual lotre. Festival sudah selesai, dan semua berjalan dengan normal. Sepanjang jalan aku melihat betapa memprihatinkan keadaan kota ini. Banyak anak-anak kecil lusuh dan kotor bekerja. Para pria tidak tahu diri yang mabuk-mabukan bahkan di siang hari. Juga para wanita yang frustasi dan memutuskan untuk menjual tubuh mereka sendiri dengan masuk ke rumah bordil.

"Dengan uang segini dapat berapa lotre?" aku mengeluarkan beberapa koin dari dalam kantong baju.

Wanita berpakaian seksi dengan riasan tebal menatapku. "Kau nampak asing, pendatang?"

"Iya, sebulan yang lalu."

Dia mendengus. "Setidaknya kau tidak menjadi pelacur seperti adikku. Kuberi kau 3 kertas, semoga beruntung."

"Tidak melihat buku dari sampulnya." Aku tersenyum dan menatapnya sinis.

"Mungkin aku lebih buruk dari yang kau bayangkan. Datanglah lagi jika kau senggang, tempat ini hanya berisis pria pemalas," celotehnya. sorot matanya menatap sekeliling yang penuh pria mabuk. "Aku Xi, kau?"

"Ria," tidak mungkin kusebut nama Real, itu Bahkan bukan milikku.

"Halo Xi!" seorang Pria menerobos di antara kami. Aku mendengus karena mengenalinya dalam satu pandangan.

"Sil apa kabar, senang ada pemandangan indah di sini," sahut Xi, dia memagang dagu Silas dengan jari tengahnya. Mereka membuatku jijik.

"Jika menang aku datang lagi, sampai jumpa Xi," aku melambaikan tangan dan pergi.

Meninggalkan kedai berbau alkohol, bau yang dulu sering tercium dari ayahku. Ku tutupi wig hitam ini dengan tudung. Mungkin tidak ada yang mengenaliku, tapi seperti yang Dhara bilang, aku harus waspada. Ku lirik menara jam di tengah kota, masih pukul 3 sore, masih 2 jam lagi. Kira-kira apa yang dilakukan Dhara dengan wig dan pakaian mewah itu sekarang.

"Kufikir kau seorang lady, teranyata bukan," ucapan itu mengagetkannku. Aku buru-buru berbalik dan mendapati Silas tersenyum padaku. Dia sama seperti kemarin, menutupi rambutnya dengan kain.

"Apa kita pernah bertemu?"

"Iya, dua kali. Di dalam, dan saat aku merebut ini darimu." Dia mengeluarkan kalung dengan bandul Lazuardi dari dalam kemejanya.

"Lalu? Kau fikir aku tertarik?"

"Iya, tapi kau pura-pura bilang tidak karena tidak punya uang kan?"

"Kau benar, aku tidak mampu membelinya." Aku benar-benar tidak ingin terlibat dengan karakter antagonis untuk saat ini.

Silas Putra Mahkota, dialah yang mengoperasikan pasar gelap di bawah istana. Dia punya mata di seluruh kerajaan ini, mengenaliku sebagai Real hal yang mungkin. Tujuan awalnya turun ke sini adalah untuk mengawasi Layla, namun minatnya mulai berkurang. Sampai dia tahu Layla selingkuh dari Sam, di sanalah perannya senagai antagonis dimulai. Sam sendiri tidak tahu bahwa orang yang mendatanginya adalah pangeran mahkota, dia berpenampilan seperti tunawisma, persis dengan yang kulihat saat ini.

"Harusnya kau membeli makan daripada membeli perhiasan."

Dia tersengir. "Kau menanggap aku tunawisma nona?"

Lalu haruskan ku katakan kau Pangeran mahkota, kau akan langsung membunuhku. "Aku salah?"

"Kita pernah salah. Aku berfikir anda adalah Lady karena wajah yang sangat cantik itu. Tapi nyatanya saya salah, mana ada Lady yang membeli lotre dengan 10 keping koin. Kau pasti bangga dengan wajah itu."

"Kecantikan ini bukan milikku. Kau bisa kehilangan ini kapan saja." Ini milik Real, dan sampai kapan tidak bisa menjadi milikku. semua yang ada di dunia ini, tidak ada satupun yang pantas ku milikku saat ini.

"Nona benar-benar sangat menarik, membuatku ingin memiliki nona," dia mendekatkan wajah padaku.

"Jangan berbicara hal yang menakutkan, apalagi kita tidak saling kenal."

"Lalu harsukah kita mulai dari nol, saya Sil, pengembara yang mampir ke sini," dia membungkukkan badan padaku seperti seorang kstaria. "Aku dengar di dalam nama nona Ria, nama yang indah."

Dia hanya menahanku di sini, berbual dan membuang-buang waktuku yang singkat. Dhara akan merampas uangku jika diriku telat pulang. "Jika tidak ada yang di Sampaikan, aku akan pergi."

"Sebelum itu aku ingin meramal nona sesuatu,
kau tahu, Xi bilang aku peramal terbaik di kota ini." Masuk akal jika kau punya mata di mana-mana.

"Apa itu?"

Lagi-lagi dia mendekatiku dan membisik sesuatu. "Kuramal kita akan bertemu dengan penampilan yang berbeda." Silas menarik pita kuning yang kuikatkan pada wig agar tidak terjatuh. Dia mencium ujung pita itu, dan memasukkannya ke kantong. "Akan kukembalikan di pertemuan kita berikutnya."

Silas membalikkan badan dan berlari dengan cepat. Aku mendeskripsikan dia sangat menyebalkan, harusnya dia menunjukkan sifat itu pada Layla, kenapa Real yang dalam cerita ia buat menderita harus merasakannya. Lalu pita itu, untuk apa dia menyimpannya. Memikirkannya membuatku semakin pusing. Aku sepertinya akan pulang lebih cepat dari perkiraan.

###

Grand Duke Ryan Lote, dia menjadi Duke di usia 15 tahun, setelah kematiam ayahnya. Tidak ada yang spesial, karena semua yang harus ia lakukan sudah di rencanakan. Bahkan pertunangannya dengan Real Deana, gadis yang lebih muda 3 tahun darinya. Sebelumnya gadis itu tergila-gila padanya. Namun ini surat kedua yang mengatakan dia ingin memutuskan pertunangan mereka, tanpa dicantumkannya alasan pasti. Mau pertuangan ini lanjut apa batal, tidak ada hubungannya dengan dia. Jika dilihat dari sisi Count, dia jelas tidak terlibat, ini murni keinginan Lady Deana.

"Haruskah ku putuskan pertuangan ini?" gumamnya di tengah kegelapan ruangan.

Ketukan pintu menggema, tak lama terlihat cahaya masuk bersamaan dengan datangnya wanita berambut hitam yang tergerai lurus dengan senyum manis. Berkali-kali Duke melihatnya, dia tidak merasa bosan, dan ingin memilikinya.

"Yang mulia, saya menyiapkan teh untuk anda," ujarnya dengan suara lembut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro