👑7👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ini kali pertama aku bertemu langsung dengan tokoh utama dalam cerita ini, kedua tokoh utama. Layla Rowan dan Ryan Lote, Ryan duduk di hadapanku, sedangkan Layla berdiri di sampingnya dengan pakaian pelayan hitam putih. Kuakui, Layla tidak secantik dengan Real ketika aku menatap cermin, tapi dia memiliki aura yang bahkan wanita bisa terpikat padanya. Seperti candu ketika seseorang menghirup ganja. Memang terlalu hiporbola, tapi di dunia ini kedua tokoh utama memang dibuat berlebihan.

"Anda tampak berbeda Lady," Ujar Ryan memulai percakapan kami.

"Sudah banyak orang yang mengatakan itu. Saya dengar seseorang akan berubah ketika menginjak dewasa, atau baru saja mengalami hal yang buruk."

"Tahun depan adalah usia dewasa lady, saya mengerti."

Jelas berbeda, aku bukan Real yang suka memakai gaun indah dengan banyak hiasan, gaun yang sering kupakai saat ini hanya gaun-gaun polos yang hampir tidak ada hiasan dengan warna soft. Dan lagi saat ini jika itu Real, dia akan bertingkah malu-malu dan salah tingkah, sedangkan sekarang aku merasa jijik dengan karakter utama buatanku sendiri.

"Jadi, sudah anda putuskan untuk memutuskan hubungan kita?" aku melihat ekpresi datar Layla sedikit berubah.

"Bukankah lady terlalu terus terang?"

"Itu tujuan yang Mulia mengundang saya kan? Saya tahu tuan Duke sangat sibuk sampai tidak ada waktu untuk minum teh santai seperti ini," dengusku.

"Saya mengundang anda untuk membicarakan pesta Lady Cena."

"Katakan saja secara singkat Yang Mulia, saya memahami kesibukan anda." Agar aku bisa pergi dari sini.

Alisnya mengerut, biarkan saja dia menanggap perilaku kurang ajar, alasannya memutuskan pertunangan ini akan semakin kuat. "Saya fikir Lady perlu patner untuk pesta, mengingat Count sedang tidak bersama anda. Apa anda yakin untuk memutuskan pertunangan ini, dengan begitu anda akan kehilangan patner untuk ke pesta."

Aku menghela nafas, ku berikan sengiran padanya. "Jangan khawatir tentang itu yang mulia tuan Duke. saya bisa mengurus diriku dengan baik."

Sudah jelas saat ini Ryan sedang mengingat tali kesabarannya kencang-kencang. "Lady sangat yakin tentang ini, bisa katakan apa alasan lady memutuskan tunangan ini. Mengingatkan lady duluan yang sepakat tentang ini."

"Saya berfikir dangkal dan ke kanak-kanakan saat ini, hingga ada satu hal yang membuat saya berubah fikiran." Ketika pupil mataku melirik Layla, dia langsung gelagapan. Alur cerita sudah berjalan, dan kurasa hubungan mereka mulai dekat. "Bahwa perasaan bisa cepat berubah, dan masih banyak hal yang ingin saya lakukan. Lalu, jika suatu saat saya menikah, saya ingin tidak hanya mencintai, tapi juga dicintai. Semoga yang Mulia tuan Duke mengerti, anda lebih dewasa dari saya yang kekanak-kanakan ini." Aku tersenyum simpul dan menyipitkan mata.

Ryan mengepal tangannya, dia akan membuat Layla kekasihnya menangis jika masih membantah kata-kataku. Seharusnya di mengerti kalimat tersirat dalam ucapanku tadi, dia cukup cerdas mengetahui aku tahu hubungan rahasianya. Semua akan cepat selesai jika dia segera ke titik pembahasan ini, dan tidak lagi membuang waktu yang sia-sia ini. Karena aku sudah muak, dan semakin di sini semakin muak. Jika aku berakhir seperti Real, sebelum menjadi menyedihkan, aku berfikir untuk membunuh keduanya bersamaan seperti Romeo dan Juliet. Cerita tragis banyak disukai pembaca.

Kebungkaman cukup lama Ryan berakhir dengan sebuah berkas yang ia sembunyikan di balik kemejanya. Dia menyodorkan kertas itu padaku, dan hanya membaca judulnya, setengah beban dalam hidupku menghilang. 'Perjanjian Pemutusan Pertuangan' lebih membahagiakan dari ketika melihat tumpukan koin saat menjual hadiah Ryan.

"Count pasti akan jantungan," aku tertawa kecil.

"Satu tanda tangan, dan hubungan kedua keluarga ini akan resmi berakhir."

Kuambil pena bulu yang sudah disiapkan, dan mencoret nama Real Deana di bawah keterangan, tepat di samping nama Ryan Lote.

"Anda sangat senang dengan ini."

"Tentu saja, ini yang saya harapkan sejak terbangun setelah demam tinggi waktu itu." Aku menyodorkan kertas itu kembali ke Ryan. "Senang berhubungan dengan anda yang mulia tuan Duke." Walau tidak ada hal baik terjadi selama kita bersama. "Lalu sampai jumpa di waktu yang berbeda." Aku berdiri dan berlalu pergi.

Aku tidak membalikan badan, melihat bagaimana ekpresi yang dipasang Layla dan Ryan. Akankah mereka senang, atau malah tercengang. Tidak masalah manapun, lagipula aku berhasil menceklis satu tujuanku di sini. Tinggal beberapa lagi sebelum menuju kebebasan yang kuharapkan.

##

Pria berambut coklat aok itu sudah menungguku sejak tadi. Berapa lama dia ada di ruangan ini sendirian dan merenung dengan wajah seduh. Seolah besok dunia akan runtuh. bukankah ini terlalu dini untuk Sam sedih, jika itu berkaitan dengan Layla istrinya.

"Maaf membuat tuan menunggu lama," seruku.

Dia terkejut dan buru-buru berdiri lalu memberi hormat. "Tidak Lady, maaf saya menganggu anda."

"Tidak tuan sebaliknya, saya menunggu tuan datang. Duduklah dengan nyaman."

Aku duduk di bangku depannya, dia sedikit ragu dan nampak lebih tegang daripada yang kulihat barusan. Dhara masuk dan menyeduh teh ke hadapan kami. 2 acara minum teh dalam satu hari, aku belum terbiasa dengan etika bangsawan.

"Apa istri anda menyukai hadiah yang anda berikan?"

Dia gugup mengatakannya. "Iya kurasa, tapi reaksinya tidak seperti yang saya harapkan. Mungkinkah hadiah yang saya berikan kurang untuknya? Ini pertama kali saya memberikan dia hadiah untuknya."

Jelas kurang, Layla mendapatkan lebih dari Ryan. kekayaan, dan kekuasaan juga bisa ia dapatkan sekaligus dengan memilih Ryan. Dibandingkan hanya menjadi istri tukang katu miskin yang besok harus berfikir akan makan apa.

"Jika tuan menerima tawaran saya, tuan akan mendapatkan lebih. Itu jika tuan ingin membahagiakan istri tuan."

"Apa ... apa yang harus saya lakukan?" dia mengangkat kepalanya dan melihaku.

"Buatkan saya pahatan wajah dari kayu, atau bahasanya patung kayu wajah Lady ini," ujarku. Untunganya sejak awal aku sudah menyiapkan gambar wajah Carina. Terima kasih untuk Dhara.

Dia memperhatikan seksama gambar itu. "Saya tidak yakin bisa melakukan."

Dhara mendekat pada Sam, dan membisikkan sesuatu yang langsung membuat matanya melotot besar. Dia nampak ragu memutuskan jawaban. Aku tidak akan terburu-buru, karena semuanya sudah jelas.

Sam tiba-tiba berdiri dan membungkukkan badan seperti segitiga siku-siku. "Akan saya lakukan semaksimal mungkin!" tegasnya.

Aku merasa geli dengan tekadnya, apalagi semua yang ia perjuangkan saat ini akan sia-sia. "Tapi saya punya satu syarat lagi."

"Katakan pada saya lady."

"Selama pembuatan saya ingin melihatnya, namun count melarang saya keluar dari Mansion tanpa undangan resmi."

"Lady meminta saya tinggal di sini?"

Aku tersenyum."Jika kau tidak keberatan meninggalkan istrimu di rumah sendirian."

Sam menelan ludahnya. "Istri saya saat ini tinggal di rumah majikannya. Saya sendiri di rumah." Semua sama seperti alurnya.

"Kalau begitu tidak masalah tuan di sini. Saya akan menyiapkan kebutuhan mulai dari makan, pakaian, dan tempat tidur. Pelayan saya akan membantu anda dalam pengerjaan ini. Tuan juga tidak akan kesepian."

Ini keputusan yang berat baginya, tapi aku harus melakukan ini sebagai Silas mendekati Sam. Jika Sam ada di dekatku, dia akan terhindar dalam jeratan Silas, dan masuk ke dalam jaring laba-laba yang sudah kusiapkan.

"Baiklah lady, saya akan menerimanya."

2 poin sudah terceklis dalam satu hari, sangat menyenangkan bermain monopoli di dunia nyata. Lalu sekarang saatnya mari berharap semoga lotre ku menang besok.

###

Real Deana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro