👑8👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Xi menaruh sekarung koin emas ke atas meja, beserta makanan lezat dan segelas wine. Aku melongok tidak percaya, lotre yang kubeli menang. Itu berarti dunia ini memang ciptaanku, bukan sombong. Dalam kurung buka, tempat ini sebenarnya tidak nyata, kurasa. Tapi fikiran saja nanti, karena di manapun dunianya, uang yang paling berkuasa.

"Selamat Ria, kau orang pertama yang baru membeli dan menang," ujar Xi. Dari sisi ini aku bisa jelas melihat badannya yang seperti gitar spanyol.

"Terima kasih, apa kedai ini juga mau menyimpan uang?"

"Membawa uang sebanyak ini sendiri, aku paham itu bahaya. Kami menyediakan brangkas untuk hasil gelap." Xi mengeluarkan kunci emas yang sudah di beri tali agar bisa dikalungkan. "Apapun untuk temanku."

"Ahahaha, kita baru bertemu, tapi kau sudah menganggapku teman." Ku ambil kunci itu.

"Aku mempunyai firasat kuat kau akan menguntungkanku," jawab Xi sambil tersenyum lebar dengan bibir merahnya.

Jawaban Xi tidak bisa kusalahkan. "Apa kau menjalin bisnis lain selain ini?"

"Oh temanku, aku menjual apapun selain wanita dan informasi."

"Bukan itu yang ku maksud." Ku ambil beberapa koin dari dalam karung. "Aku ingin beberapa bangunan kecil untuk investasi kecil."

Xi terbengong beberapa saat, sebelum dia tersenyum lagi. "Sudah kuduga kau menguntungkanku. Aku butuh identitasmu."

Kukeluarkan selembar kertas dengan nama 'Ria Parisa'. Di kerajaan Cinder khusus para bangsawan, memiliki dua identitas. Tentu saja legal, mereka menyebutnya identitas kedua sebagai bayangan. Kebanyakan adalah para Lady yang memang kesulitan mencari penghasilan karena Patriarki, atau mereka anak haram keluarga besar. 'Parisa' bayangan Dhara untuk mendapatkan akses terutama ketika keluar masuk pasar gelap. Aku membayar untuk meminta Dhara membuatkan identitas itu, dan sengaja kupilih bayangan Dhara sebagai nama belakang. Tentu saja agar memudahkanku melakukan bisnis.

"Aku kelas seorang lagi yang bernama sama, apa kalian saudara?"

"Kami kerabat jauh," jawabku. Tidak salah, karena Dhara adalah bangsawan di bawah Count Deana. Secara tidak langsung darah Deana masih mengalir darinya. Bukti lain adalah warna rambutnya yang abu-abu, percampuran putih dah hitam.

"Serahkan padaku, semua akan beres dalam seminggu," Sahut Xi. Dia langsung menyembunyikan koin yang kuberikan di balik gaunnya.

'Selama ada uang, semua bisa kau lakukan' di manapun kau berada, kata-kata itu akan selalu berlaku. Hanya jika kau sudah masuk ke akhirat, uang baru menjadi angka. Aku berencana untuk melakukan bisnis kayu, memang belum di mulai. Tapi hiasan akan langsung terganti jika orang melihat hiasan lain yang lebih menarik. Belum lagi tidak ada jaminan rencanaku berhasil. Ini sebenarnya keinginanku sebelum berada di dunia ini. Yaitu menyewakan tanah dan bangunan, investasi yang cukup menguntungkan. Dua-tiga aset cukup lah untuk diriku sendiri.

###

Sam memperlihatkanku pekerjanya yang hampir selesai. Ini di luar yang kubayangkan, tidak kusangka hasil pahatannya sebagus ini. Wajar saja Layla membanggakkan mantan suaminya yang ia sendiri buat mati.

"Ini sangat keren," aku terbengong kehilangan kata-kata karena terpesona. Ini bahkan setengah jadi.

"Lady terlalu berlebihan," jawab Sam yang tersenyum malu.

"Apa minggu ini akan selesai?"

"Menurut saya 2 hari lagi akan siap."

"Luar biasa, kau harus kerja seperti ini daripada menjadi buruh tukang kayu."

Sam terbungkam mendengarnya. "Saya tidak yakin Lady, penghasilan seniman tak menentu. Saya harus memberi makan istri saya juga."

Untuk apa, dia sedang makan lebih lezat saat ini sebagai simpanan Duke Ryan. Aku sebenarnya ingin menunggu waktu yang pas, tapi semakin lama aku merasa tidak tega. Lebih cepat walau sangat menyakitkan lebih baik daripada berlama-lama dan membuat seseorang gila. Sekarang Layla dan Ryan pasti sudah menjadi sepasag kekasih, di tambah kami resmi putus.

"Jika sudah selesai, akan ku beri uang dan hadiah kecil yang bisa kau berikan pada istrimu."

Ekpresi wajahnya menjadi senang. "Benarkah lady?"

"Tentu saja, ini akan jadi hadiah paling istimewa." Karena ini hadiah terakhirmu untuknya. "Ada sesuatu juga yang ingin Kutawarkan?"

"Apa itu lady?"

Aku menyengir. "Apakah kau bersedia bekerja di sini?"

"Maksud anda menjadi pelayan?"

"Iya... tapi mungkin kau akan lebih banyak bekerjasama memahan di bengkel ini."

"Itu nampak terlalu berlebihan bagi saya." Dia nampak ragu, mari kita panaskan kompornya

"Kau punya rumah di kota kan?"

"Betul lady."

"Aku ingin membelinya."

"Apa!" tegasnya keras. Dia kaget mendengar ucapanku. "Tapi lady, di mana saya tinggal?"

"Di sini, kau yang bilang istrimu tinggal di rumah manjikannya dan hanya berkunjung saat libur. Kau bisa melakukan hal yang serupa."

"Tapi..."

Aku mendekati Sam dengan senyum licik. "Akan ku beli dengan harga bagus, di tambah dengan uang dari pekerjaanmu di sini. Kau bisa membuat mansion nyaman daripada sebuah rumah tua yang atapnya bocor. Istrimu juga tidak perlu bekerja lagi, dan diam di Mansion itu sambil menanam bunga. Bagaimana?"

Sekali lagi aku membuat keputusan yang berat untuknya. Memang cukup bersiko, tapi bagiku hasilnya sudah jelas. Maafkan aku, kata-kata terakhir tadi tidak akan pernag terwujud. Karena wanita jalang itu lebih memilih jalan berkarpet merah daripada jalanan lumpur yang dibumbui cinta tulus.

"Fikirkan sampai pekerjaan ini selesai." Aku menepuk pundaknya dan pergi.

###

"Ini bayangan, apa dia seorang bangsawan?" oceh Xi memperhatikan identitas 'Ria Parisa'. "Kau tahu itu pangeran?" dia melirik Pria yang duduk di tengah kegelapan.

Silas melihat liontin yang ia dapat Minggu lalu di pasar gelap. Dia tak henti tersenyum ketika memikirkannya. "Entahlah, bagaimana menurutmu?"

"Baru kali ini aku melihat bangsawan yang berbinar matanya melihat sedikit uang. Parisa? Itu nama seorang wanita anak haram bangsawan? Apa dia juga?"

"Sebaikanya kau fokus dalam bisnis ini Xi. Bukankah kau sendiri yang bilang, tidak menjual informasi."

"Aku hanya penasaran pangeran, kau juga terlihat sangat tertarik padanya, dan Kalung itu."

Silas terkekeh. Dia keluar dari kegelapan sambil melilitkan kain ke kepalanya. "Kau tahu, Lady Deana dan Grand Duke Lote sudah putus. Ternyata tebakanku benar." Silas melempar liontin itu ke dalam tungku api.

"Apakah ini sebuah celah untukmu menghancurkan Grad Duke Lote?"

"Dia akan hancur sebentar lagi, aku hanya perlu waktu tepat untuk menyalakan api ke minyak yang sudah ia sebar. Sebelum itu aku ada tugas kecil."

"Apa itu tuan? Untuk membuat gadis itu memang lotre lagi?"

Tawa Silas memenuhi ruangan itu. Dia sengaja membuat Gadis bernama Ria menang dengan sengaja. Tapi kali ini bukan itu yang ia harapkan. "Musnahkan semua barang milik Lady Deana yang tersebar di pasar gelap."

"Jika ku tanya alasannya, pangeran akan melukai kulitku lagi. Baiklah akan ku lakukan. Apa pangeran berniat mendekati gadis itu?"

"Entahlah, dia menarik. Dari sekian banyak orang hanya dia yang menatapku dalam benci dan rindu menjadi satu," ujar Silas. "Memperhatikan dia sedikit lagi tidak masalah bukan?"

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro