👑9👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk Real, kuharap kau mengerti yang telah kulakukan. Saat kau kembali nanti, jangan membenciku dan mengejar masa lalu. Akan ku buatkan jalan yang lebih baik walau mungkin agak berat. Percayalah kau akan lebih bahagia, daripada mengikuti hal yang selalu kau impikan dulu. Dunia ini bukan dongeng yang seyiap malam pengasuhmu bacakan. Kau pasti sudah tahu itu. ~Ria

Setiap malam sejak hari pertama aku masuk ke dalam tubuh Real, aku menyempatkan waktu untuk menulis jurnal. Berharap jika suatu saat aku pergi, dan Real kembali, dia tidak akan terkejut dengan yang terjadi. Ini demi kebaikannya juga, dan untukku sendiri selama di tubuhnya. Aku tak tahu sampai kapan terjebak dalam novel dan menjadi Real. Sesingkat apapun waktu yang kudapat di sini, kuharap ada kurang lebih 1 tahun, agar kuubah alur cerita ini.

##

3 kios yang berdempetan menjadi satu bangunan di tengah kota, aku menjajankan semua uang lotre untuk bisnis ini. Berkat Xi, ketiga toko ini sudah memiliki penyewa masing-masing. Mereka secara rutin sebulan sekali akan membayar uang sewa padaku melalui Xi, tentu saja ada komisi untuk Xi, dan Dhara. Kenapa Dhara? Dia yang akan mengurus dan mengawasi bisnis ini, dalam kata kutip, 'penanggung jawab'. Aku harus melakukan bener hal lain yang penting.

"3 saja tidak cukup, aku ingin mendapat 2 kios di sana lagi," aku menunjuk pada 2 bangunan yang tepat berada di serbang milikku.

Kali ini aku tidak sedang menyamar, terlalu sering keluar dengan wig akan membuat mata-mata Count juriga lalu mengusik rencanaku. Alasan lain mengapa aku menyuruh Dhara yang bertanggung jawab. Aku mengintip dari balik jendela kerata kuda yang terparkir di pinggir jalan. Dhara duduk di depanku dengan rambut abu-abu yang digulung ke belakang, hingga hanya menampakan bagian hitamnya.

"Anda sudah menjual semua barang untuk membeli ketiganya, apa lagi yang akan anda jual?" Dhara tidak tahu bahwa uang dari menjual hadiah Ryan masih, dan kupakai sedikit untuk menambah uang menang lotre kemarin.

"Akan kufikirkan saat Sam menyelesaikan tugasnya. Sebelum itu aku butuh kau mencari seorang lagi."

Dhara menghela nafas berat sebelum menjawab. "Apa yang ingin anda cari." Bahkan sampai sekarang dia tidak mempertanyakan tugas yang kuberikan.

"Bisakah kau mencari Anais Noor, dia seorang anak kecil yang suka menggambar."

"Dari namanya terdengar dia keturunan budak."

100 tahun lalu Kerajaan Cinder melegalkan perbudakan. Mereka awalnya tidak punya nama belakang, namun seorang bangsawan menempatkan kata 'Noor' ke belakang nama para budak. Dan mereka di bebaskah oleh raja masa itu. Walaupun beberapa masih menganggap mereka budak rendahan.

Anais Noor adalah adik dari Beatrix Noor, Bea, teman sesama pelayan Layla. Dia berusaha mengingatkan Layla bahwa hubungannya dengan Duke salah. Walau niat baiknya berakhir tragis. Duke yang tidak suka hubungannya di usik apalagi oleh kaum mantan budak langsung menikam Bea. Bea sendiri tidak diberi waktu untuk melontarkan satu katapun.

Jauh sebelum kejadian itu, Bea punya adik yang sakit-sakitan, Anais. Kaum Noor sering kesulitan mencari pasangan, sehingga tidak jarang mereka melakukan hubungan satu darah. Orang tua Bea sebenarnya adalah sepupu dekat, hubungan incest ini membuat genetik Bea dan Adiknya sedikit kacau. Bea sendiri memiliki kaki yang tidak sempurna, hingga ia kesulitan berjalan normal. Sedangkan Anais punya tubuh yang sangat lemah, dan mudah sakit-sakitan. Itu alasan mengapa Bea bekerja di kediaman Duke Lote yang dikenal memiliki gaji besar.

Sebenarnya hanya perlu perawatan kecil juga beberapa obat dan vitamin Anais bisa sembuh. Namun para dokter sering bersikap egois dan memasang harga mahal untuk para Noor, padahal mereka tahu orang Noor tidak memiliki uang. Alasannya mereka berfikir merawat budak sangatlah hina dan kotor. Kembali lagi kerajaan Cinder saat ini sedang mengalaminya krisis ekonomi. Mereka yang kaya akan semakin kaya, dan miskin semakin miskin.

"Memang,itu benar."

Aku tahu ada banyak hal yang ingin Dhara katakan, tapi dia menelan semuanya. "Akan saya cari lady, tentu saja ...."

"Jangan khawatir soal uang, sebentar lagi kau akan lebih kaya dari orang itu." Orang yang menjadikan Dhara upeti pada keluarga Count.

Dia kembali menatap yang membuatku tidak nyaman. "Apa selera pakaian anda berubah?"

Ku naikam satu alis. "Maksudnya?"

"Anda akhir-akhir ini sering memakai gaun satu lapis dan tanpa korset. Belum lagi warna yang anda pilih pastel juga polos. Anda juga sama sekali tidak pernah memakai perhiasan."

"Entahlah, rasanya memakao pakaian berlapis dan korset di musim panas sangat menganggu. Lalu perhiasan, bukankah sudah banyak yang kujual, lalu sisanya ketinggalan mode," dalihku.

"Lady punya cukup uang saat ini. Belilah gaun dan perhiasan untuk pesta lady Carina."

"Aku tidak akan datang," jawabku pelan.

"Apa!" bentak Dhara keras di depanku. "Apa yang anda katakan tadi!" dia nampak seperti ibuku ketika aku mendapat nilai merah.

"Tenanglah Dhara," aku memalingkan wajah. "Aku hanya tidak ingin menjadi bahan gunjingan karena putus dengan Grand Duke."

"Itu salah lady sendiri." Anak ini semakin berani saja.

"Dan kau pasti tahu, bahkan jika kami tidak putus, aku tetap akan mendapat gunjingan. Dia bahkan tidak menjengukku saat sakit, dan mengabaikan suratku," lanjukku, aku tersenyum kecil dengan wajah memelas. Aku benar-benar merasa kasian pada Real yang asli menghadapi ini semua tanpa alasan lain.

"Apa anda sudah tahu bahwa Grand Duke dekat dengan wanita lain."

Ku tolehkan wajah langsung menghadap Dhara. "Bagaimana kau ...."

Dhara mendengus keras. "Meminta saya menjual semua hadiah dari Duke, dan memutuskan hubungan yang lady sendiri sangat menginginkannya. Sudah jelas bukan hanya masalah pubertas."

"Kau sudah mencari tahu tentang itu rupanya." Memang Dhara karakter paling bahaya dalam novel ini. "Apa menurutmu aku salah?"

"Anda benar, daripada terus maju dengan hasil sia-sia. Andai wanita itu juga berfikir seperti lady."

Kembali ke masa lalu, dia adalah anak haram seorang bangsawan. Ibunya rakyat biasa yang bekerja sebagai pelayan di bar. Hingga dia bertemu seorang bangsawan dan dia jatuh cinta. Ibu Dhara tahu orang yang ia cintai sudah memiliki istri dan anak dari pernikahan dengan bangsawan lain. Namun ia tetap kekeh berada di sisi pria yang ia cintai hingga Dhara lahir. Sayangnya sampai keduanya memilik anak, bangsawan itu tidak memberikan kejelasan pada ibu Dhara. Bahkan Ibu Dhara meninggal karena wabah penyakit, dan pria yang ia cintai tidak peduli padanya sampai akhir hayat.

"Betapa bodohnya wanita itu mengejar cinta padahal tahu pria yang ia dekati hanya bermain-main padanya," lanjut Dhara dengan nada rendah yang menyayat.

Saat itu ada kata yang ingin kuucapkan, yaitu 'maaf'.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro