3. IKN Nusantara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku mau tanya, kenapa di kuburan ada lampu neon?" Pandu heran.

"'Tanah makin langka dan mahal, jadi ketika dapat lahan ya harus dipercantik,' beberapa orang berpikir kayak gitu, apalagi yang kuburannya VIP."

"Pelayanannya beda, ya, kalo VIP, jalan ke surganya pake limosin?" sindir Pandu.

"Bukan, roket pribadi." tambah Sry.

Sembari tersenyum Pandu melihat map di kaca motobil, rupanya selera humor cucunya menurun dari dia. Tibalah matanya termanjakan, tak berkedip sedikitpun.

"Sebentar, kita ini bukan di Bandung?"

Terbersit senyuman di wajah Sry. Sembari motobil dijalannkan, dia menekan-nekan sesuatu di layar motobil. Beberapa detik kemudian mereka melewati terowongan dan terdengar sebuah lagu, berjudul Kalimantan VS Everybody.

"Bukan. Selamat datang di Ibu Kota Negara 2075, Nusantara." Sambut Sry seperti emsi di suatu acara.

Mereka keluar dari mulut terowongan. Di malam yang tak gelap, mereka melaju konstan. Pandu tak bisa menutup mulut dan matanya, terlalu kagum akan pemandangan kota futuristik. Banyak gedung menjulang, berwarna putih dengan aneka bentuk. Pohon-pohon hijau tersebar di sepanjang jalanan.

Billboard besar dengan Logo pohon hayat dengan bunga 17 kelopak di atasnya, berakar 5 dibawah, berbatang 7 di tengah, terpampang luas di mana-mana. Menyambut siapapun yang lewat. Seakan memamerkan sesuatu pada seluruh dunia. 

Pandu tak bisa menutup mulutnya. Wajahnya di tempelkan di kaca motobil. "Wow, itu cyborg?" teriak Pandu.

"Bukan, itu cuma orang tua yang pakai alat berupa kaki robot, tidak ada bedanya sama orang yang pakai kacamata minus. Dan jangan sampai ada yang dengar kata itu, pernah ada yang somasi dan menurut undang-undang yang baru, penjaranya lebih lama dari pembunuhan."

"Lagi-lagi aturan yang aneh, sekalian aja banned kata 'ibu-ibu' karena menghina umur." ketus Pandu.

"Well emang pernah ada kasusnya, dia maunya dipanggil bunda."

"Tailah" Pandu memalingkan pikirannya.

Melihat ke angkasa, dia takjub dengan berbagai cahaya terbang seperti kunang-kunang. Beberapa kendaraaan mobil terbang berbentuk tabung pipih. Hebatnya, tak ada yang bertabrakan.

"Apa itu?" serunya.

"MANDAU, Mobil Angkasa Nirkabel Divisi Angkutan Umum."

"Hah?"

"Angkot pakai baling-baling."

"Oh wow, akhirnya aku bisa lihat MANDAU terbang."

Setelah pemandangan yang memanjakan mata Pandu, motobil Sry perlahan berbelok dan berhenti. Tepat didepannya sebuah ruko kecil bertuliskan "Reza Tech."

Pintu motobil terbuka, membuat Pandu semakin antusias dan dengan cepat keluar—

"Aki diam di sini, ya," larang Sry.

"Lah tapi—"

"Entar aku repot."

Pintu tertutup kembali sebelum Sry pergi meninggalkan Pandu, yang kecewa dan marah. Tapi 'tak apa, dia punya rencana untuk bersenang-senang di masa depan.

Barang-barang elektronik juga onderdilnya terpajang rapi. Namun si penjaga toko yang botak itu malah sibuk dengan kacamatanya milikinya.

"Permisi Kaka, smartglasses-ku rusak, butuh onderdilnya."

Mendengar pelanggan, kacamatanya langsung ditenggerkan di atas hidung.

"Eh, Ading... lama gak ke sini, rindu aku," rayunya.

"Bacot, botak. Aku lagi sibuk, gak punya waktu banyak—"

"Candy," sapa seorang pria.

Pria itu mendekat, Drian rupanya. Teman sekantor yang bertemu beberapa jam sebelumnya.

"Kenapa kamu di sini, bukannya party?" Sry bingung.

Drian menunjuk ke belakang. Rupanya ada sebuah resto all you can eat.

"Harusnya aku yang tanya, kamu lembur, kan?" Kali ini Drian yang bingung.

"Enggak jadi, aku lagi santai aja, jadi banyak waktu luang."

"Ekhem," sindir si botak penjaga toko.

"Oh ya, aku mau kamera dan lensa kiri, makasih," Sry menyindir balik.

Si botak mulai bekerja dengan terpaksa. Dia pergi ke bagian belakang toko.

"Nanti di Bandung-nya berapa lama?" Sry basa-basi.

"Cuman seminggu, kerjaannya juga cuma pasang instalasi dan ngurus rumus kalian di server."

"Maksudnya rumus kita?"

"Semua rumus yang kalian ketik di komputer kantor, otomatis masuk ke arsip kantor. Tugasku ngerapiin tempatnya saja."

***


Di hadapan televisi, Sry yang berusia 5 tahun dan Pandu terduduk di sofa. Doraemon mengeluarkan telepon seandainya yang Nobita pakai untuk menjadi presiden. Tiba-tiba saja, Pandu terpikir sesuatu.

"Sry cita-citanya mau jadi apa?"

Gadis kecil itu memiringkan kepalanya dengan tatapan bingung. "Cita-cita itu apa, Ki?"

"Kamu mau jadi apa kalau besar nanti?"

"Aku mau jadi inovator teknologi, kayak Alan Turing, Thomas Alfa Edison, Ir. B. J. Habiebie, sama Prof. Shakuni Nagara. Aku mau mengubah dunia jadi makin keren," serunya lantang. Dengan mata berkilauan cahaya angan-angan.

"Wah, cita-cita bagus. Tapi harus di ingat ya, inovasi mendunia itu tanggung jawabnya besar. Kamu harus berteman sama orang yang ahli sosial budaya, jangan turuti inovator teknologi di jaman Aki yang tiba-tiba ngeluncurin GPT, Vision Pro, sama X."

"Ih, Aki tiba-tiba ceramah."

***

"Sry hampir menggapai cita-cita Sry, tapi kenapa Aki gak setuju sama kerjaan Sry?" gumamnya. Terduduk di toko elektronik, kepala ditidurkan dengan tangan sebagai bantalnya. Dryan sudah beberapa menit pergi.

Bunyi bell tetiba terdengar. Sumber suara itu ternyata  dari smartphonenya, rupanya Sry dapat notifikasi dari Sawarga Home, aplikasi smart home.

Rupanya ada seseorang di depan pintu rumah Sry. CCTV tersembunyi melihat 2 orang berisi dengan seragam tukang pos, Sry memang membeli sesuatu di online shop. Namun, tukang pos itu berdiri tegap laksana tentara.

Dia tahu betul, sehari-hari menjadi ilmuwan di sebuah lab rahasia yang dijaga intelijen, membuatnya sedikit belajar tentang mereka. Jadi Sry memeriksa CCTV lain yang mengarah ke jalan depan rumahnya. Tidak biasanya ada bersepeda, apalagi malam-malam seperti sekarang.

Gawat, Sry sekarang diincar oleh Intel.

Bersambung


https://youtu.be/uMqWDewBokQ

Kalimantan VS Everybody - Wasaka

Sumpah lagunya enak.

Logo IKN Nusantara

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro