Intrik Masa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Sesuai kesepakatan semalam. Pagi ini Titan tengah bersiap untuk memulai aktifitas barusnya bersama Kenza.

Cieelah! Kek udah nikah aja ya.

Sembari terus memandangi dirinya didepan cermin dan tak henti-hentinya semburan merah merona itu hinggap dipipi bakpau, guratan-guratan kebahagian pun terpati dengan jelas dibibir ranumnya.

"Gue kok deg degan ya. Ohh ayolah! Titan lu kenapa? Jangan bilang lu....ahh gak mungkin. Orang baru ketemu sekali," gumam Titan sembari terus menatap pantulan dirinya. Setelah dirasa cukup menarik dan bergaya Titan mulai melangkah kelantai bawah dimana kini Kenza tengah duduk menunggu kedatangannya.

Saat berada dianak tangga pertama, indra penglihatannya tak sengaja bersitatap dengan indra penglihatan hitam legam milik Kenza, "ohh shit! Kenapa tuh cowok ganteng banget sih?" batin Titan sembari terus melangkah menuruni anak tangga itu hingga kini ia telah sampai pada tempat dimana seorang Rakenza Putra Al Farizi tengah duduk manis dengan diapit oleh Abi dan Abangnya.

"Widih cantik bener lo!" ucap Reyhan sembari terus menetap kearah Titan. Lebih tepatnya meneliti setiap inci tubuh adiknya yang cukup berbeda.

"Apaan sih lo. Tiap hari juga gue cantik," balas Titan sembari menatap horor Reyhan. Ohh ayolah! Itu bukan pujian, lebih tepatnya ungkapan ejekan yang diperhalus.

"Dih dih dih! Pede amat lo koala," kan! kan! Sudah Titan duga. Tak akan ada kata manis semanis madu Tj yang keluar dari mulut seorang Reyhan dan ini cukup berlaku dan permanen bagi Titan.

"Udah! Kamu gangguin adekmu terus. Heran Abi," lerai Abi dengan sedikit membela Titan.

Dilain sisi Kenza hanya bisa menatap dengan serius kearah mereka berdua. Di sinilah nyali seorang Kenza diuji.  dimana ia tak pernah berada disituasi sehangat ini. Maklum anak semata wayang! Untung gak semata sapi juga.

"Yaudah yu berangkat!" ucap Titan sembari mengalihkan tatapannya kearah Kenza yang kini tengah termenung dengan wajahnya masam. Entah kurang asupan gizi? Entah ia iri?

"Hmmm, iya ayo. Bi, Bang pinjem Titan dulu ya! Nanti sore Ken balikin sekitar jam 4," balas Kenza sembari meminta ijin pada Abi dan Reyhan.

"Bawa aja. Gue juga bosen liat muka tuh orang! Kalau bisa lo karungin terus buang ke ragunan," jawab Reyhan asal sembari menatap jahil kearah Titan dan jelas Titan hanya bisa memberi tatapan membunuh sembari menggerakan kedua jari tangan kanannya didepan mata lalu ia arahkan kearah Reyhan. Dan parahnya dari seberang sana hanya mendapat balasan tawa. Mengenaskan!

"Udah yu! Bang Reyhan emang agak gila orangnya," sungut Titan sembari bersalaman dengan Abi dan terakhir dengan Reyhan. Umi? Umi kini tengah pergi kepasar.

"Kita pergi ya Bi, Bang! Assalamu alaikum," ucap Kenza setelah selesai bersalaman.

"Waalaikum salam," balas Abi dan Reyhan bersamaan.

🍂🍂🍂

Perjalanan kali ini cukup diisi dengan sunyi. Perlahan mobil sport berwarna hitam milik Kenza mulai membelah sudut demi sudut jalanan kota Bandung.

Bila ada lomba pasangan terdiam, sepertinya pasangan yang satu ini akan keluar sebagai juara.

Terlebih Titan yang biasanya cerewet tiba-tiba saja diam seribu bahasa. Tapi percayalah mulut petasan itu kini tengah meracau didalam hati.

"Ahh elah! Gak asik nih. Gue kayak jalan sama patung kalau gini. Ngomong kek ngomong! Gak mungkin kan gue yang mulai duluan. Gengsi dong! Dan disaat genting kayak gini, chat gue pake sepi lagi. Kerjaan udah pada beres lagi. Ohh Tuhan mengapa dou curut gue pada ilang? Biasanya jam segini mereka udah ngelapak di group," batin Titan sembari terus merutuki situasi yang menurutnya kurang kondusif ini.

"Ekhmmm..." ucap Titan pada akhirnya.

"Apa?" balas Kenza singkat. Nada bicara Kenza kini mulai berbeda.  Lebih tepatnya dingin dan cuek. Sepertinya tebakan Titan akan Kenza yang sudah jatuh hati akan dirinya salah. Semua hanya perkara situasi, dimana kemarin dan tadi mereka tengah dihadapkan pada situasi serius dan ada saksi yang siap menerkam mereka, jika rasa saling menyayangi itu tak mereka tunjukan.

"Kita mau kemana sih? Dari tadi kok gak nyampe-nyampe?" sudah hampir satu jam Kenza menjalankan mobilnya, tapi entah akan nangkring dimana ini mobil. Lelah! Jelas yang kini tengah Titan rasakan.

Ohh come on! Anak introvert disuruh keluar rumah dan jalan tanpa arah tujuan abis itu dijalan ngaret lagi ke permen karet dan jangan lupa hening kek dipasar. Jelas akan membuat mood introvert hancur.

"Duduk dan nikmati perjalanmu," balas Kenza dengan aura dingin yang semakin mencekam dan menyiutkan nyali Titan.

Setelah menempuh jarak yang entah berapa kilometer dan waktu entah berapa jam. Mereka kini sampai disalah satu vila yang Titan yakini villa ini milik keluarga Kenza, buktinya saat masuk kearea gerbang para pegawai langsung menyambut mereka dengan ramah.

"Turun!" titah Kenza saat mobil sport hitam miliknya telah terparkir dengan rapih didepan pintu kayu itu.

Dengan hati yang dongkol dan muka masam, Titan turun menuruti apa yang di perintahkan Kenza. Namun sebelum ia melangkah dan mengekori Kenza yang kini tengah berlalu kearah pintu depan bercat coklat itu, Titan membuka sedikit keresahannya yang sedari tadi ia tahan, "Emmm...Ken," ucap Titan sembari menahan sesuatu yang hendak keluar.

"Apa sih? Lo bawel banget sumpah!" perlahan suara itu meninggi. Entah ada apa dengan Kenza. Mengapa Titan menjadi tempat dimana amarah itu meluap? Apa Titan biang masalah itu?

"Lo kenapa?" jawab Titan selembut mungkin. Tapi nyatanya hati Titan mulai teriris.

Sekeras atau setegar apapun wanita sekali ia mendapat bentakan dari orang yang telah ia percaya tak akan merusak hatinya, maka semudah itu pula pondasi kenyamanan dan kepercayaan itu pudar. Rumah yang ia bangun dengan penuh percaya diri dan ia rawat dengan berjuta pikiran positif akan hilang luluh lantah oleh badai berperisai kata itu.

Sungguh lembut dan perasa hati seorang wanita. Namun terkadangan sikap lembut dan kasih sayang itu tak dapat menebus dinding hati yang pernah patah, walaupun mereka sesama wanita.

Semakin tertanam rasa pilu, semakin melebur pula rasa kenyamanan.

"Sorry gue gak bermaksud buat bentak lo. Ada...kerja yan-g bermasalah... sorry gue kelepasan," sedikit banyaknya kini Titan mulai memgerti. Kenza yang pertama kali ia temui dan ia beri ekspetasi baik nyatanya sama seperti yang lain. Kenza mudah tersulut emosi. Namun Titan percaya tak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu ia akan berusaha menerima sisi buruk dari seorang Kenza. Toh! dirinya pun tak sebaik dan sesempurna itu. Begitu banyak intrik masa yang ia kubur seorang diri berharap dimasa yang akan datang tak seorangpun yang ingin mengorek kisah itu. Tapi jika memang sudah waktunya, ia akan mulai berdongeng tentang intrik itu pada laki-laki yang ia yakini telah salah berlabuh. Mengapa? Karena satu hal yang Titan yakini hingga sekarang. Bahwa ia tak pantas dicintai dengan tulus. Dan teruntuk laki-laki itu, ia harap intrik itu tak akan membawanya pada ranah kecewa yang begitu dalam. Sekuat apapun cinta seorang Titan, hati dan mulutnya akan tetap bungkam perihal asa. Biarlah waktu dan tuhan yang bersaksi, betapa ia takut kehilangan. Jika pergi meninggalkannya adalah pilihan yang baik maka Titan dengan senang hati akan pergi dengan membawa separuh hati dan luka yang ia buat sendiri.

Tak banyak kata yang Titan ucapkan setelahnya kini mereka mulai memasuki villa itu. Perlahan Kenza menuntun Titan untuk duduk disofa ruang tamu dan memberi kode pada pelayan disana guna menyajikan segelas air minum dan makanan. Namun Titan kembali bersuara sembari menahan hasratnya, "Ken, boleh numpang ke toilet gak?" tanya Titan pada akhirnya. Sedari tadi ia memang sangat ingin buang air kecil. Namun ia tahan karena Kenza dalam mood dingin seperti udara dikutub utara.

"Tuh! Masuk aja!" jawab Kenza sembari menunjuk kearah pintu bercat putih yang ada dibawah tangga.

Dengan tergesa-gesa Titan berlalu kerah pintu itu. Setelah hasrat ingin buang air kecilnya tuntas Titan kembali duduk didepan Kenza yang tengah bermain dengan ponsel bermerek apel yang telah digigit itu.

"Jadi mau ngapain kita ke sini?" cicit Titan sebagai permulaan dari diskusi.

"Nongkrong don. Tapi gue punya pertanyaan buat lo," jawab Kenza sembari mengalihkan tatapannya pada Titan dengan wajah yang mulai serius.

Dengan kasar Titan menelan ludah. ohh ayolah! Akan ada pertanyaan model apa yang Kenza berikan padanya.

"Apa?" tanya Titan dengan susah payah.

"Lo nerima perjodohan ini beneran ikhlas kan?"

"InsyaAllah gue ikhlas, lu sendiri?" berat bagi Titan bila ia harus terus menolak seakan semua akan runtuh jika ia menolak hal itu.

"InsyaAllah gue juga ikhlas. Tapi kita bakal Ldr. Lo siap? Karena gue gak mau kalau lo ikut ke Amrik dan orang tua gue gak ada yang urus. Selama ini gue selalu berharap semoga istri gue kelak mau dan bisa ngerawat orang tua gue disaat gue lagi sibuk sama bisnis keluarga," tutur Kenza dengan keinginannya yang terkesan egois.

"Bismillah, insyaAllah gue bisa. Itupun kalau lo percaya sama gue," jawab Titan seadanya.

"Oke, gue akan berusaha percaya. Tapi gue juga minta sama lo. Gue gak akan nunda momongan. Jadi gue harap sebelum gue pergi ke Amrik kita udah bisa kasih mereka cucu. Kita punya waktu sebulan buat itu. Gue males harus bulak-balik Indo-Amrik demi anak doang!" apa Kenza tidak punya otak ya? Anak itu kan pemberian Tuhan. Mana bisa ia mendapatkannya semudah itu terlebih jika Tuhan berkata tunggu dulu, kita sebagai manusia bisa apa? Dan lagi permintaan nyelenehnya itu sangat-sangat egois bagi Titan.

Itu artinya Titan akan mengarungi masa kehamilannya seorang diri tanpa suami. Lalu apa bedanya jika ia jomblo dan sudah menikah? Ataupun anak itu lahir sebelum orang tuanya menikah? Ini Titan hamil setelah halal atau hamil sebelum halal? Lalu mahluk di depannya ini manusia atau jin? Gak punya hati sama otak banget.

"Lu gila ya? Lu kira punya anak kayak ngirim paket pake jasa ekspedisi ekspress? Atau beli permen diwarung-warung?" cerca Titan dengan kekesalan yang mulai memuncak.

"Gue gak peduli! Ohh dan ya! Gue mau tahu satu hal lagi dari lo," karena masih kesal dengan keinginan nyeleneh Kenza tadi Titan hanya membalas pertanyaan Kenza dengan mengangkat kedua alisnya.

"Lo punya masa lalu apa? Kenapa hal itu jadi hal yang gak bisa lo lupa? Dan ada hubungan apa lo sama cowok itu?"

Damm

Intrik masa itu kembali bermain peran.

Akankah Titan menjawab semua itu dengan jujur? Atau sebaliknya?
.
.
.
Pangandaran, 17 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro