Meresahkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Dengan wajah yang tertunduk malu dan sangat-sangat meresahkan kaum wanita diluar sana, Titan mendekat pada Umi dan berbisik pelan, "Mi kok gak bilang sih ada mereka disini? Kan masih 2 hari lagi, kok udah datang sih?" cicit Titan dengan suara pelan dengan senyum canggung.

"Umi juga gak tahu. Dan apesnya anak Umi yang satu ini malah berpenampilan kayak gembel," ucap Umi sembari terus tersenyum malu karena tingkah putri bungsunya yang sangat-sangat menistakan harkat dan martabat keluarga.

"Titan sini," seketika atensi Titan langsung teralih pada wanita paruh baya sekitar usia 40 tahun yang masih terlihat seperti abg, ohh ayolah! Banyak duit dia perawatan terus supaya bisa awet muda! Jadi cerita putri tidur dijaman sekarang udah gak berguna lagi. Sekarang yang ada tidur dalam artian nyaman saat perawatan dikelinik kecantikan.

Sedikit melirik kearah Umi dengan kerlingan mata bingung dan bimbang, akhirnya Umi hanya bisa menganggukkan kepalanya guna menjawab kebingungan Titan. Dengan sisa-sisa malu yang masih menempel erat di diri Titan, ia melenggang melangah ke arah depan dimana wanita itu duduk.

"Cantik banget anak kamu Ti," puji wanita itu dengan membelai rambut Titan yang tertutup hijab.

"Kamu nih bisa aja! Cantik sih, tapi ya gitu tingkah lakunya jauh dari kata cantik. Heran aku juga!" bukannya membela Titan dengan kata-kata manis semanis madu. Umi justru membuka kartu as kebobrokan Titan.

Dengan kedongkolan yang mulai muncul. Titan tersenyum masam kearah Umi dan mendapat tatapan mengejek yang kentara.

"Gue punya dosa apa sih sama Umi? Kok gue dinistakan terus sih! Untung aja tuh Abang yang laknat gak ada disini," batin Titan.

Belum juga rasa lega itu tumbuh dengan subur dihati dan pikiran Titan. Si Biang onar justru datang dari arah dapur dan langsung duduk manis didepannya. Tepatnya duduk berdampingan dengan Umi Titan.

"Tan Kenzanya kemana? Kasian nih Titan meradang!" ucap Reyhan dengan enteng seolah-olah ia tak mengerti akan perasaan Titan yang masih enggan menerima perjodohan itu. Dengan tega Reyhan berbohong demi menetralkan suasana yang cukup tegang karena si Biang rusuh malu bukan kepayang dengan tingkah absurdnya.

"Ada, dia tadi ada kerjaan. Bentar lagi datang kok. Mungkin kejebak macet dijalan. Oh iya Tan, besok kamu feating baju ya sama Kenza," jawab Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah calon mertuanya. Gita sagita dan Muhammad Fathur Al-Farizi, kedua manusia yang kini sedang menyidang Titan dan keluarga.

"Emmm, kok ngedadak ya Tan?" tanya Titan sedikit canggum.

"Kamu nih De, manggilnya jangan tante lagi! Bunda Gita kan calon ibu kamu juga," ingin rasanya Titan membekap mulut Reyhan dengan kaos kaki yang sudah satu minggu tak dicuci.

"Gak usah nyamber deh bang!" balas Titan dengan terus menahan emosi.

"Tapi bener loh yang dibilang Abangmu itu!" timpal Umi membenarkan ucapan Reyhan.

"Inginku menghilang dari tempat ini, oyyy! Doraemon bantu gue. Kasih gue ilmu teleportasi lu. Pengen nangis!" batin Titan terus menerus menjerit karena tak hentinya ia jadi sasaran tingkah jail Umi dan Abangnya beruntung Abi dan Ayah dari Kenza tak banyak bicara. Malah terkesan acuh.

"Umi nih! Kok belain Abang mulu sih!" cicit Titan.

"Tapi Bunda juga setuju Tan. Kamu jangan panggil Bunda, Tante lagi ya! Dulu mungkin kita ketemu sebagai orang asing, tapi sekarang kan enggak! Panggil Bunda ya," sambung Bunda Gita dengan terus menggenggam tangan Titan dan menatap manik mata coklat itu.

"Iya Tan, ehhhh...Bunda maksudnya," kelu rasanya memanggil orang lain yang awalnya hanya sebatas kenal jadi harus menyangi. Belum lagi ia harus menghadapi anaknya yang entah memiliki sifat seperti apa.

"Ohh iya Ti, kamu belum bilang sama Titan soal rencana pernikahannya kan?" mengalihkan atensinya pada Rianti. Gita kembali membuka suara guna meluruskan niat kedatangannya kemari.

"Belum, aku juga baru tahu sekarang. Kamu aja yang jelasin ke dia," balas Umi sembari  menunjuk Titan dengan dagu.

"Ini ada apa sih Mi?" dengan bingung dan rasa canggum yang masih melekat. Titan membuka suara guna mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kini hilir mudik dibenaknya.

"Jadi gini Tan. Bunda nyuruh kamu besok buat Feating baju karena seminggu dari sekarang kalian akan menikah. Kenza mulai bulan depan udah mulai kuliah lagi, jadi gak mungkin kalau kalian nikah sebulan lagi bisa-bisa cucu kami tertunda terus. Jadi kami semua sepakat memajukan akad kalian. Gak papa kan?" jelas Bunda Gita.

Titan hanya bisa diam melongo sembari mencerna setiap kata yang ia dengar dari ibu calon suaminya ini.  Apa menikah minggu depan? Gue? Nikah? Itulah beberapa kata yang muncul dipikiran Titan.

"Emmmm, gimana ya Tan. nolak juga gak akan mungkin kan! Titan... nurut aja deh!" balas Titan pasrah. Sekuat apapun Titan menolak tak akan mudah baginya mendapatkan persetujuan. Mungkin dari keluarga Kenza bisa tapi keluarganya?

"Yaudah, kamu gak terpaksa kan?" lirih Bunda Gita dengan kerisauan yang terus hinggap dalam benak. Jujur ia amat sangat takut jika Titan dan Kenza menikah karena terpaksa hingga berimbas pada kesenggangan kedua keluarga besar itu nantinya.

"InsyaAllah enggak Bun. Titan udah bisa nerima dan ikhlas kok," balas Titan dengan yakin.

"Alhamdulillah," mendengar perkataan yang terucap dari mulut Titan. Bunda Gita merasa tenang akan memberikan tanggung jawab kehidupan anaknya pada Titan. Namun ia justru meragu akan anaknya sendiri? Kenza, ia masih terbelenggu dengan gadis itu. Gadis itu bisa menjadi penyebab keretakan rumah tangga mereka terlebih setelahnya jarak akan memisahkan mereka.

"Assalamu alaikum," ucap seseorang dari arah luar pintu depan kediaman Titan.

"Bang bukain pintunya dong!" perintah itu meluncur dari Abi Titan.

Dengan sedikit anggukan dan rasa malas, Reyhan berlalu melenggang kearah pintu depan dan membuka pintu itu. Tampaklah wajah seorang tamu yang sedari tadi ia tunggu.

"Ehhh Bro, apa kabar?" ucap Reyhan sembari bersalaman ala para pria. ya maybe kalian bisa membayangkan bagaimana tingkah mereka.

"Alhamdulilah baik, lo sendiri?" tanya sang pria.

"Alhamdulilah, gue baik juga,"

"Bang suruh masuk dong tamunya," ucap Umi dengan sedikit berteriak.

Titan yang sedari tadi terus risau dan tertunduk lesu ditempat kini mengangkat sedikit kepalanya dan menoleh kearah belakang guna mencari siapa kah gerangan pemilik suara yang berhasil menggetarkan hatinya.

Entahlah! Kenapa hanya dari suara saja hatinya bergetar begitu hebat.

"Ehh iya lupa, yu masuk."

"Assalamu alaikum Om, Tante," ucap sang pria sembari bersalaman dengan orang tua Titan. Sedikit canggung. Namun karena penasaran Titan sedikit mendongak.

"Apa ini calon suami gue? Nikah seminggu lagi, muka sama perawakannya aja baru tahu sekarang. Apes banget gue! Nikah kilat kayak kirim paket pake jasa ekspedisi kilat," sungguh mengenaskan nasib hidup Titan. Memang setelah ia tahu akan perjodohan itu baru kali ini Titan bertemu dan bersitatap langsung dengan calon suaminya.

Kesibukan yang terus menyita waktu membuat Titan enggan memulai untuk mencari info dan kabar akan calonnya itu. Memang dengan keluarga calon suaminya ia telah akrab karena sering bertemu diacara-acara ataupun pertemuan bisnis antar keluarga. Namun dengan Kenza, ia tak pernah bertemu. Karena apa? Karena dia sedari SMA sudah menetap di Negeri Paman Sam.

Dari penampilan luar. Kenza memang sangat-sangat memukau bagi para kaum hawa. Perawakan yang sangat kentara blastrean Turki-Indonesia sangat mumpuni melekat diwajah dan postur tubuhnya. Semua mata kaum hawa jelas tak akan melewatkan kesempatan guna cuci mata. Namun entahlah. Yang jadi beban bagi Titan hanyalah! Akankah cover rupawan itu sama dengan hati yang sama rupawan?

Mungkin bagi perempuan diluar sana paras rupawan plus jutawan adalah hal nomor satu dalam memilih pasangan hidup. Namun bagi Titan itu tidaklah penting. Baginya rupawan fisik itu akan pudar namun rupawan hati akan tetap abadi hingga akhir hanyat.

Ia sebagai wanita hanya ingin disayangi tanpa pernah dibandingkan  ia juga hanya manusia biasa yang lemah dan tak sempurna.

Titan berharap Kenza bisa menjadi suami yang bisa mengerti akan sikap dan sifatnya dan menerima kekurangannya dengan lapang dada.

"Duduk sini Ken," ucap Umi Titan sembari menggeser tubuhnya dan menyisakan ruang kosong ditengah-tengah antara Umi Titan dan Abi Titan.

Dengan perlahan Kenza melangkah dan duduk disana.

"Gimana kuliah kamu Ken?" tanya Abi setelah Ken duduk manis ditengah-tengah mereka.

"Alhamdulilah baik Om," balas Ken singkat.

"Jangan panggil Om dong Ken. Panggil Abi sama Umi kayak Titan," ucap Umi menimpali.

"Iya Mi."

"Gimana kamu udah tahu kan soal rencana pernikahan kalian yang dimajukan?" tanya Abi dengan nada serius.

"Alhamdulillah udah Bi. Ayah kemarin langsung cerita ke Ken," balas Kenza dengan mengubah atensi pandangnya kearah sang Ayah yang tengah terduduk disamping Bundanya. Namun tatapan itu terhenti kala ia melihat sesosok perempuan yang tengah duduk disamping Bunda.

Perempuan yang cantik dengan penampilan yang sederhana bahkan terkesan seperti gembel, tapi justru terkesan imut dimata Kenza.

"Pemandangan langka banget nih! Gue gak pernah tuh liat cewek modelan kayak dia? Aneh tapi bikin gue penasaran. Ohh shit!
Hati gue mulai gak beres nih. Oyy jantung gue kenapa lagi?" batin Kenza tanpa henti menatap Titan.

"Kedip Ken!" ucap Reyhan membuyarkan konsentrasi Kenza. Namun justru membuat Titan dan Kenza saling tatap.

Perlahan manik mata indah mereka saling bertukarang pandang. Melihat dengan teliti satu persatu pahatan karya sang pencipta. Saling mendalami pandangan hingga mereka tersadar akan kekeliruan dan saling membuang wajah kearah lain.  Namun dalam hati,

"Shit! Gue baper! Ahhh hati sama otak gak sinkron. Padahal cuma natap tapi gue langsung terpana, gimana kalau nanti udah nikah? Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama!" batin keduanya bersamaan.

"Gak usah gengsi deh De," goda Reyhan yang mulai merasakan aura kasmaran diantara adik dan calon adik iparnya.

"Apaan sih Bang!" balas Titan canggum.

"Besok kamu ada acara gak?" tanya Kenza pada akhirnya.

Titan sempat bingung. Kpada siapakah pertanyaan itu? Lalu ia menunjuk dirinya sendiri dan dibalas oleh Kenza dengan anggukan.

"Besok kita kan disuruh buat feating baju," jawab Titan.

"Okey besok aku jemput sekalian kita jalan dulu."

"Hah! Ini dia gak punya urat malu kah? Tapi kok hati gue malah berbunga-bunga sih? Ohh ayolah! Kayaknya pipi bakpau gue udah berubah warna kaya tomat busuk deh. Inginku teriak!!!!"

"Permainan dimulai."
.
.
.
Pangandaran, 15 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro