Kejutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Seiring berjalannya waktu, resah semakin mencekam suasana hati kedua insan itu.

Dua hari lagi mereka akan bertemu. Namun selama itu pula mereka tak pernah diberi kesempatan untuk saling bertukar kabar maupun pendapat.

Perjodohan yang sangat gila bukan? Namun apalah daya. Titan memang penasaran akan calon suaminya namun di lain sisi ia tak ingin mengorek luka baru di tengah luka lamanya yang belum kering. Sedangkan Kenza. Ia hanya bisa memantau Titan dari jarak yang begitu jauh. Sesekali ia memang memperhatikan Titan dari jarak dekat. Namun karena tidak saling mengenal, mereka berdua sama-sama abai.

Belum menikah pun mereka tak saling menganggap. Akankah tercapai sebuah keluarga yang sakinnah mawaddah dan warahmmah? Disaat nanti jarak akan memisahkan mereka.

Kini Titan tengah disibukan dengan kegiatannya dikampus. Bisa dibilang Titan merupakan mahasiswi yang teladan, pintar dan juga ramah.

Banyak sekali mahasiswa yang tertarik kepadanya. Namun dengan sikap cuek dan dingin Titan perlahan nyali mereka mulai menciut.

Titan hanya memiliki dua sahabat. Mereka berdua sudah hapal betul watak dan karakter Titan. Bahkan mereka hapal akan kebiasaan-kebiasaan nyeleneh Titan.

Mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Nisa Rahmania dan Galih Saputra. Sahabat yang mulai merangkap menjadi tangan kanan Titan dalam hal bisnis yang tengah ia kelola. Lebih tepatnya bisnis kafe yang mereka bangun bersama sedari duduk dibangku masa putih abu.

Nisa dan Galih adalah dua manusia yang sangat sangat bertolak belakang dengan sikap Titan. Namun mereka selalu bisa menyesuaikan diri dengan sikap introvet Titan. Ya! bisa dikatakan mereka mirip bunglon.  Berubah-ubah menurut suasana dan lingkungan.

"Tan kafe udah rame lagi nih! Lo kapan mau kesana? Kita berdua juga capek kali!" ucap Nisa kala mereka tengah duduk santai dikantin.

"Iya Tan, hampir sebulan kita terus yang bolak-balik kek sana. Lo kan Ownernya!" sambung Galih dengan terus mentap intens lawan bicaranya.

"Kalian urus dulu deh! Gue masih ada urusan dan gue yakin gue gak akan bisa fokus," jawab Titan lesu.

"Lo kenapa? Ada masalah? Biasanya juga masalah yang lo bikin!" balas Nisa heran! Ya siapa sih yang tak tahu akan sikap Titan yang penuh intrik drama keajaibannya? Jika dengan orang terdekat Titan akan bersikap sebagai biang onar dan pembuat masalah. Tapi jika dengan orang yang baru di kenal Titan akan sangat sangat cuek bebek.

Itulah salah satu kelemahan seorang introvet? Tapi apa sih introvet itu?

Introvert itu, jenis kepribadian yang lebih nyaman ketika sendiri. Dia bisa berosialisasi, dia bisa ramah, dia normal. Cuma, dia lebih membatasi diri dalam bersosial, dia lebih menyeleksi orang-orang yang bisa dekat dengannya.

Seorang introvet juga sulit untuk dipahami.
Jangankan untuk memahami, untuk dekat saja dibutuhkan hal khusus yang membuat kedua belah pihak merasa cocok. Tapi...kalau udah bisa deket sama orang introvert, dijamin kamu adalah sosok istimewa untuk dia.

Introvert itu biasanya dikenal dengan pikiran rumit. Pikirannya bercabang, penuh fantasi, dan kadang mikirin hal-hal berlebih. Kalau kamu bongkar isi kepalanya, pasti banyak banget yang dipikirin. Hal ini seringkali membuat si introvert lelah mental, karena energinya terkuras untuk berpikir. Perlu diketahui, mikir itu keluarin energi yang besar loh.

Dengan kepribadian ini Titan semakin mahir dalam memilah teman yang ingin dekat dengannya, terlebih ia juga memanfaatkan kepribadiannya guna menghasilkan sebuah karya yang sangat menarik dan jelas bernilai jual. Contohnya beberapa cerita novel yang telah ia terbitkan.

"Gue fine kok," ucap Titan sembari tersenyum manis.

"Gak usah bohong deh lo! Kita itu tahu mana Titan yang lagi happy sama bingung kek kejedot pintu!" tutur Nisa sembari menampilkan senyum smiriknya dan wajah yang kentara menantang.

"So tahu banget sih lo!" sanggah Titan tak terima.

"Bisa gak sih kalian gak usah debat? Pusing gue! Dari orok ampe sekarang gak pernah tuh akur! Kalau ngomong tuh gak usah pake urat!" tutur Galih yang mulai jengah dan terkesan bosan dengan drama yang mereka buat.

"Ehhh bambang. Kalau lo pusing minum obat gih! Gak usah curhat. Gue bukan Mamah Dedeh dan apa tadi lo bilang? Ngomong gak usah pake urat? Emang sejak kapan ngomong pake urat? Bukannya ngomong pake mulut ya? Kan orang sering bilang lidah tak bertulang. Terus mulutmu harimaumu," jawab Titan dengan segala unduk bahasa dan kebodohan yang mulai kumat.

"Ampun Mimi Peri. minum obat gih! Bego lo mulai kumat tuh! Maksud Galih tuh bukan itu Maesaroh!" Nisa dengan gamblangnya meledek Titan sembari geleng-geleng kepala akan tingkah konyol Titan.

"Ihhh apaan! Gue tuh kw 1 Lucinta Luna, lo mah! Obat apa Maemunah? Kalau gue bego lo juga bego dong?" semakin memanas saja drama kebodohan itu.

"Ampun dah! Gue cabut deh! Males gue ngomong sama toa mesjid rusak!" karena jengah dengan kebodohan Titan dan Nisa akhirnya Galih memilih untuk pergi menuju kelas. Ya, siapa sih yang tahan dengan tingkah nyeleneh Titan. Yang lain bahas masalah A dia nyelonong kek Z. Ya, jelas gak akan nyambung.

"Lah emang gue gebukin si Galih? Kok dia minta ampun sih?" bukannya makin sadar Titan justru makin menjadi. Menjadi aneh maksudnya.

"Ehhh onta. Lo gak usah pura-pura bego deh! Lo nih ya! Kalau ada masalah tuh ngomong! Gak usah sok tegar! Malah gesrek lagi! Sadar diri dong! Dosa apa gue sama Ghibran punya temen modelan kayak Lo!" cerca Nisa dengan penuh ambisi. Emosi juga sih lama-lama ngomong sama badut ancol.

Titan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari menahan tawa akan emosi Nisa dan Ghibran yang berhasil ia pancing, "Kalem atuh Nis. kan orang sunda jadi suka becanda, " jawab Titan sembari tergelak dengan tawanya.

"Udah ahh. Yu balik kek kelas, bisa abis kita sama si Botak!"

Sedikit info saja ya! Kalau Titan, Nisa sama Galih tuh sekelas dari jaman siti Nurbaya sampe jaman micin pertebaran.

🍂🍂🍂

Suasana kelas kali ini cukup kondusif Titan juga mulai memfokuskan dirinya akan setiap materi yang disampaikan sang dosen.

Walaupun hidupnya tengah diambang kehancuran tapi Titan tetap berusaha profesional. Toh itu beda kelas masalahnya.

"Tan balik dari kampus ngemall yu!" saran Nisa yang kini duduk disamping kanan Titan.

"Ogah! Gue mau balik! Naskah cerita gue udah berdebu tuh gak pernah gue sentuh. Lo mau tanggung jawab kalau tuh novel gak terbit bulan ini?" inilah resiko jika kalian bersahabat atau berteman dengan golongan introvet yang memilih jalan menulis sebagai acuan dalam melampiaskan setiap duka dan lara maupun ceria dalam hidup.

Seorang penulis membutuhkan waktu yang cukup lama guna menyelesaikan satu cerita hingga tahap ending yang sesuai dengan isi kepalanya, mereka cenderung tak peduli akan waktu yang tengah mereka lalui jika cerita itu belum rampung mereka tulis. Sebagian penulis bahkan lupa akan makan karena tak ingin fokus mereka terbagi dan berakhir dengan kehabisan ide. Jadi bagi kalian yang bersahabat dengan si pena bersabarlah dalam menghadapi pro kontra kehidupannya.

"Elah! Kali-kali lo keluar rumah dong Tan. Lo gak pengap gitu? Terus nulis tiap hari! Itu otak atau ensiklopedia sih? Bejibun bener kata-kata puitisnya!" tanya Nisa yang jelas tak terima akan bantahan yang Titan ajukan. Ah! Lebih tepatnya alasan klaise yang selalu Titan berikan saat ia ingin mengajak Titan untuk keluar dari zona penyairnya. Ohh ayolah! Dunia nyata juga perlu dilalui.

"Ini gue dimana ya? Lo masih ngira sekarang gue dirumah gue? Cuci mata gih! Lo kurang asupan cogan! Otak gue kan mesin printer!" ucap Titan sembari menampilkan raut wajah mengejek sekaligus kesal.

"Jihhh! Lo bakal nyesel terus-terusan jadi katak dalam tempurung!" oke fix! Nisa enggan membahas hal itu lagi! Toh sampe kek ujung dunia pun saran Nisa akan tetap ditolak Titan jika gadis itu tengah berkutat dengan untaian-untaian huruf. Bisa dibilang Titan penganut workalkoholic dan si pengejar deadline.

"Semerdeka gue dong!"

Karena jengah dengan lontaran penolakan yang Titan berikan. Nisa hanya bisa memalingkan wajahnya guna melerai rasa kecewa dan jengkel.

Setelah kelas usai. Nisa memilih pergi kemall guna mencari asupan makanan dan hati. Galih! Ia lebih memilih pergi kek kafe yang tengah mereka rintis. Galih memang sangat sangat serius soal kafe karena disanalah puing-puing rezeki guna menyambung pendidikannya berada. Dan Titan, ia lebih memilih pergi ke perpus kampus dengan membawa laptop dan beberapa lembar kertas yang berisi catatan tugas dan naskah-naskah cerita yang tengah ia garap. Tapi mengapa perpus? Entahlah kini otaknya sedang menolak untuk kembali kerumah. Lebih tepatnya ia muak.

Dengan langkah pasti Titan terus menyeret kakinya guna segera sampai kesalah satu ruang ternyaman yang ada di kampus ini.

Perpustakan kampus merupakan tempat yang sesuai guna ia kembali dalam poros dunia halusinasi. Imajinasinya akan berkembang dengan pesat dan cepat layaknya jaringan 5G.

Namun sebelum masuk kedalam perpus kemalangan justru terjadi,

Bruk

"Awww!" pekikan kesakitan itu dengan mulus meluncur dari mulut Titan saat pantanya menyentuh permukaan tembok yang dingin.  Beberapa lembar naskah bercecera dilantai karena ketidak seimbangan Titan dengan kejadian ya tak terduga itu.

"Ehhh sorry," ucap seorang pria yang kini tengah membantu Titan untuk berdiri sembari memunguti lembar demi lembar kertas putih itu.

"Lo gak papa?" tanyanya sembari menyerahkan beberapa lembar kertas yang berhasil ia kumpulkan kearah Titan.

Titan terdiam dengan kaku. Ia bingung akan suasana yang tercipta saat ini.

"Heyy lo gak papa kan? Perlu gue bawa ke rumah sakit?" tanyanya kembali dan berhasil membawa Titan kembali pada dunianya.

"Ehhh e-ng-gak, gak usah!" balas Titan sembari merebut kertas yang ada ditangan pria itu.

"Geu minta maaf tadi gue buru-buru dan gak liat lo!" tutur sang pria dengan tulus.

"Gue juga salah kok jalan gak pake mata. Sorry gue mau masuk lo bisa minggir? Badan lo ngalangin pintu masuk!"

"Ohh iya silahkan!" dengan sedikit menggeser tubuhnya sang pria memberi sedikit jalan guna Titan berjalan masuk.

Perlahan Titan mulai masuk kedalam perpus dengan wajah yang masih kaku dan terkesan kaget. Tiba-tiba hatinya mulaj berdenyut nyeri.  Menyesakkan dada hingga rasanya pasukan oksigen mulai berkurang di lingkungan itu.

"Tan..."

"Titania Rahmania An-Najwa, itu nama lo kan?"

Deg

Suara itu! Benarkah terkaan hatinya? Apa dia...
.
.
.
Pangandaran, 9 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro