Pembenaran Sebuah Luka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Dilain tempat Kenza kini tengah termenung, apakah jalan yang ia pilih benar? Membiarkan kesalah pahaman terus berlanjut? Namun ego tetap lebih unggul, emosi dan rasa cemburu membuat masalah semakin tak terarah.

Ia cukup kesal dengan kelakuan Titan dibelakangnya, ia seperti tak memiliki status yang pasti dengan Titan. Tidak dianggap lebih tepatnya! Kecemburuan membutakannya, jika saja ia mau bertanya mungkin masalah tak akan serumit ini.

Namun nasi sudah menjadi bubur, dan kini jalan yang ia pilih sudah terjadi dan ia jelas tak bisa berbalik arah lagi.

Namun untuk fakta dimana hatinya sakit ketika melihat Titan dengan laki-laki itu. Ia sampai kini belum bisa memaafkannya.

Namun entah ada apa dengan dirinya hari ini, rasa gelisah dan khawatir tiba-tiba menghampiri ditengah jadwal yang sangat padat.

Sebenarnya 3 bulan dimana ia berbicara pada Reyhan soal kesibukannya bukanlah bualan semata, memang kenyatannya ia sedang sibuk, tapi setelah berita itu sampai ditelinga dan penglihatannya ia enggan menyapa Titan barang sejenak.

Keluarga? Jelas keluarga Titan dan keluarganya mencari-cari jawaban akan kelakuan Kenza, namun ia berdalih dengan kesibukannya.

Hingga tanpa ia sadari kemalangan akan segera menghampirinya dan itu terjadi karena kesalahanya dan juga pelaku dari masalah itu tak lain merupakan orang terdekatnya.

Orang yang selama ini ia percaya dan ia pedulika, namun kini justru menjadi sumber kesakitan batin dan hati.

Hari ini Kenza tengah sibuk mempersiapkan sidang skripsinya dan kini ia tengah bergulat dengan beberapa kertas guna mulai bersiap untuk berlatih, namun perasaan aneh itu terus saja menghantuinya.

"Duh gue kenapa ya? Kok gak enak hati gini," ucap Kenza yang sedari tadi tak bisa tenang dan konsen dengan lembaran-lembaran karya ilmiahnya itu.

"Kok gue jadi inget Titan ya? Kenapa Titan terus yang ada diotak gue? Astagfiruloh! Inget Ken lu masih marah sama dia, dia aja bisa setega itu sama lo, lo juga harus bisa!" ucap Kenza yang masih teguh dengan emosi dan rasa kesalnya.

Kecewa, cemburu dua hal yang bisa merusak kewarasaan seseorang. Benar memang! Bila kalian mencinta cukup sewajarnya jangan berlebih. Begitu pun bila kalian berharap, titipkan saja harapmu itu pada sang Ilahi. Maka hidupmu akan jauh lebih tenang.

Beribu pemikiran positif kini tengah Kenza bangun, namun bayangan akan Titan tetap menjadi topik utama dibenaknya.

"Gila! Kenapa sih tuh cewek terus ada diotak gue?" tanya Kenza pada dirinya sendiri.

Jujur hatinya Kenza mendamba akan sosok Titan, namun ia urung menyapa karena rasa yang tak nyaman itu.

Ting tong

Suara pintu bel apartemen menyadarkan Kenza dari lamunan panjangnya, dengan gontai dan malas ia mulai membuka pintu itu.

"Haii... honey," ucap seorang perempuan dengan penampilan cukup menarik dengan rambut yang tergerai lurus.

"Masuk," ucap Kenza dingin. Jujur ia tak ingin bertegur sapa dengan wanita dihadapannya ini, terlebih kini moodnya tengah jelek.

"What's wrong?" ucap wanita itu setelah duduk manis diatas sofa ruang tv.

"I'm good," jawab Kenza seadanya.

"Oh come on, I know you have problem, pleash tell me! What's your problem?" paksa Wanita itu.

"Gue gak punya masalah! Lo kesini cuma mau nanya itu?" tanya Kenza dengan emosi yang tiba-tiba memuncak.

"Ken lo kenapa sih? Gue salah emang kalau ke apartemen pacar gue?" tanya balik Wanita itu.

"Nadia! pleash cowok bukan cuma gue! Lo bisa dapet yang jauh lebih baik dari pada gue!" jawab Kenza dengan emosi yang terus memuncak.

"Gue gak peduli, yang gue suka cuma lo! Dan lo tahu kan? Apapun yang gue suka harus bisa gue miliki," jawab Nadia menantang.

"Gila lo! Gue bukan barang! Gue juga punya hati dan lo tahu kan? Sedari awal gue gak pernah bilang gue suka sama lo! Bahkan gue gak mengakui kalau lo pacar gue sampai sekarang! Sadar diri dong!" ucap Kenza yang benar-benar sudah marah dan lelah dengan drama yang terus saja Nadia buat.

Dikampus ia mengaku sebagai pacar Kenza. Kenza yang enggan membenarkan membuat kasus itu semakin menyebar luas, hingga puncaknya pada netijen setuju dengan apa yang diucapkan Nadia.

Pada Bunda dan Ayah Kenza, Nadia juga mengaku sebagai pacarnya. Hingga Kenza kena omel habis-habisan. Beruntunglah ia karena informasi palsu itu tak sampai ke telinga keluarga Titan.

Namun sayang, itu hanya harapan manis Kenza. Nyatanya keluarga Titan juga mengetahui akan hal itu.

Dan kini perang dingin diantara dua keluarga besar itu tengah terjadi, penyebabnya! Jelas kesalah pahaman dan kurangnya informasi.

"Terserah! Gue gak peduli dan gue harap lo gak main-main sama gue," ucap Nadia dengan pedenya.

Memang Nadia termasuk pribadi yang nekad, cukup sekali ia melihat Nadia hampir membunuh dirinya sendiri. Ia menerima Nadia juga karena paksaan hati, bukan atas dasar cinta.

"Nad! Gue mohon pergi dari hidup gue! Gue gak bisa sama lo Nad. Gue mohon pergi!" balas Kenza.

"Pergi? Lo bilang enak banget ya! Disaat gue udah berjuang dan bahkan orang tua gue udah setuju lo semudah itu nyuruh gue pergi! Sadar gak lo!" bela Nadia dengan segala tetek bengek bukti perjuangannya.

Memang benar keluarga Nadia telah menerima dan setuju bila Nadia dan Kenza berhubungan. Tapu bagaimana dengan keluarga Kenza? Jelas mereka menentang karena sedari awal Bunda Kenza tak pernah bersimpati lebih pada Nadia, terlebih dalam urusan masa depan putranya.

"Nad lo sadar gak? Nikah itu nyatuin dua keluarga! Bukan cuma keluarga lo! Lo pernah gak nanya sama gue? Tentang keluarga gue? Enggak kan!" ucap Kenza membenarkan.

"Gue gak peduli, gue mau nikah sama lo, menua bareng lo! Bukan bareng keluarga lo! Yang nikah kita berdua yang ngejalanin kita berdua. Keluarga gue sama keluarga lo mereka semua itu cuma brand sponsor," jawab Nadia dengan berapi-api.

"Sumpah gue gak habis pikir sama jalan hidup lo! Pleash Nad! Ikhlasin gue, gue gak bahagia sama lo, yang ada gue makin tertekan. Lo sahabat gue Nad bukan musuh gue," balas Kenza yang memang hanya ingin menganggap Nadia sebagai sahabat.

"Terserah! Apapun yang keluar dari mulut lo, gue...gak peduli!" jawab Nadia sembari mendekatkan mulutnya ketelinga Kenza.

Refleks Kenza langsung meraih tangan Nadia dan memutarnya kebelakang, "Denger ya Nad! Selama ini gue cukup sabar sama lo dan kali ini lo udah bener-bener kelewatan! Maka jangan pernah salahin gue kalau hati lo ancur nerima kenyataan yang selama ini gue simpen," ucap Kenza dengan senyum smriknya.

"Kenyataan apa? Kenyataan apa? Gue gak peduli!" jawab Nadia yang masih teguh dengan prinsipnya. Padahal ia mulai merasakan nyeri dipergelangn tangan kananya.

"Lo beneran mau tahu? Gue harap lo langsung mikir dan pergi dari hidup gue, gue awalnya mau ngasih piliham sama lo. Lo mau tetep jadi temen gue atau lo mau pisah sama gue dengan cara yang gak baik. Tapi sekarang gue sendiri muak jadi temen lo," ucap Kenza dengan nada bicara yang mulai  naik satu oktaf.

"Gue gak peduli, selamanya lo bakalan tetap jadi milik gue," jawab Nadia.

"Nad! Lo bener-bener udah gak waras! Itu bukan cinta itu obsesi! Sadar Nad gue gak pantes buat lo dan gue..." ucap Kenza mengangtung.

Sebenarnya ia enggan menyakiti hati Nadia namun ia bingung. Harus dengan cara apa supaya Nadia bisa mengerti. Jika perlakuan baik dan sikap cuek saja tidak cukup.

"Gue apa? Lo mau bilang kalau lo udah nikah iya?" tanya Nadia.

Deg

"Kok Nadia tahu, dari mana dia bisa tahu kalau gue udah nikah? Gak mungkin dari Bunda," batin Kenza.

"Kenapa lo diem? Lo bingung? Lo bingung karena gue bisa tahu? Iya?" tanya Nadia yang kini berhasil melepaskan diri dari kungkungan tangan Kenza.

"Jawab! Kenapa lo diem? Lo kaget hah!" ucap Nadia dengan berteriak.

Kenza yang berusaha mencari tahu sendiri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus hilir mudik dibenaknya hanya bisa menatap Nadia bingung.

"Kenza Kenza! Bodoh!" lanjut Nadia dengan senyum smriknya.

"Maksud lo apa Nad?" tanya Kenza pada akhirnya.

"Apa selama ini lo masih belom bisa nebak watak asli gue? Kurang ya akting gue? Atau terlalu bagus sampai lo gak sadar, kalau lo lagi diperalat?" tanya Nadia.

"Diperalat, maksud Nadia apa sih? Apa yang selama ini gue lakuin? Apa hal yang gak gue tahu soal Nadia? Perasaan gue tahu semua?" batin Kenza dalam hati.

"Kenapa Ken? Lo makin bingung? Perlu gue jelasin?" ucap Nadia semakin mengesalkan.

"Maksud lo apa sih Nad?" tanya Kenza yang masih bingung. Kurang apa dia dalam mengenal Nadia, apa waktu 7 tahun lebih kurang dalam menilai watak seseorang?

"Kenza, lo emang bodoh ya!" ucap Nadia sembari tersenyum licik.

"Siapa yang diperalat? Lo ngelakuin hal apa hah?" tanya Kenza yang mulai terpancing emosi.

"Rakenza Putra Al Farizi suami yang kini tengah dilanda resah dan gelisah, hubungannya dibatas tanduk dan hampir karam." ucap Nadia.

"Tahu dari mana lo hubungan gue diujung tanduk dan hampir karam? Tahu dari mana lo kalau gue udah nikah?" tanya Kenza.

"Simpel! Zaman udah canggih! Asal ada duit semua masalah beres. Dan lo lupa siapa keluarga gue? Berapa banyak duit gue?" ucap Nadia sombong.

Memang keluarga Nadia cukup kaya. Jadi tak heran bila dia bisa hidup mewah diAmerika.

"Apa yang udah lo beli?" tanya Kenza yang mulai merasa was-was.

"Informasi, kebahagian, pembalasan dendam dan cinta," jawab Nadia angkuh.

"Apa maksud semua itu?" tanya Kenza kembali.

"Dengan uang yang gue punya gue bisa beli informasi tentang kehidupan lo, kebahagiaan seorang istri dan pembalasan dendam seorang sahabat," sembari menangkupkan tangannya diatas dada Nadia mulai menjawan pertanyaan Kenza.

"Siapa yang lo maksud?" tanya Kenza khawatir. Kenza harap dugaannya salah.

"Siapa lagi kalau bukan, Titania Rahmania An Najwa, istri  seorang Kenza sekaligus sahabat gue oh ralat mantan sahabat dan mungkin calon madu gue," jawab Nadia dengan bangga.

Deg

"Apa yang udah lo lakuin sama Aj hah?" tanya Kenza sembari mencekal leher Nadia.

"Ohh gak banyak, cuma bawa mereka melayang ke surga," balas Nadia sembari berusaha melepas cekalan tangan Kenza yang ada dilehernya tapi tetap menampilkan wajah bangga.

"Apa? Kalau sampe terjadi apa-apa sama mereka, abis lo sama gue!" jawan Kenza emosi.

"Terlambat, gue yakin mereka udah mati!" ucap Nadia asal.

"Gak! Lo bohong kan?" tanya Kenza khawatir.

"Tentu saja gue gak bohong!" dengan gerakan kilat Nadia melepaskan cekalan tangan Kenza yang mengendur dan secara tiba-tiba Nadia merobek bajunya, dan berteriak "Ken, kenapa lo lakuin itu sama gue?" ucapnya tiba-tiba sembari menangis.

Kenza yang bingung dan jelas masih takut akan kondisi Titan hanya bisa menatap Nadia heran hingga, "Aku gak nyangka kamu sampai se gila ini sama Nadia? Padahal aku datang kesini buat lurusin masalah kita dan minta supaya Nadia gak jadi nikah sama kamu, tapi ternyata pilihan aku salah, aku pamit Ken,"

Kenza yang masih bingung langsung menatap kearah sumber suara dan betapa kagetnya ia saat melihat siapa yang berbicara.

"Titan..."

"Selamat tinggal, aku pamit!"

.
.
.
Pangandaran, 17 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro