Puncak Sebuah Luka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

"Selamat tinggal, aku pamit!" Tak terbendung lagi rasa sakit yang kini hinggap dihati Titan.

Perjuangannya selama ini hanya berbuah kehancuran dan kekecewaan, akan semua harapan yang ia pinta kini hanya berbalik nestapa.

Betapa hancur hatinya, menyaksikan seorang yang ia kasihi dan cintai menodai wanita lain dan sayang sekali wanita itu sahabat yang selama ini ia sayangi dengan cinta tulus.

Beribu penyesalan kini hinggap dibenak Titan, betapa tidak? Ia teramat bodoh dengan mengorbankan hidupnya hanya demi pria tak pantas itu.

"Kenapa gue gak milih buat ikut sama Kakek? Kenapa gue milih bangun dan pergi ke Negara ini?" ucap Titan ditengah isak tangisnya.

Sekuat tenaga ia berlari dengan derai air mata ia terus berlari. Hancur! Semua telah hancur.

"Tunggu Aj!" ucap Kenza yang telah berhasil mengejar Titan dan langsung mencekal lengan wanita yang selama ini ia rindu.

Kata yang keluar dari mulut Titan teramat memilukan dihati Kenza, dengan napas yang masih memburu Kenza berusaha untuk menetralkan mimik wajahnya, seakan tak ada yang terjadi ia berusaha tenang.

"Aku bisa jelasin Aj, itu semua gak kayak yang kamu liat," ucap Kenza dengan hati-hati.

"Jelasin? Jelasin apa? Belum cukup nyiksa gue?" balas Titan dengan emosi yang mulai memburu.

Sekuat tenaga Titan menatap wajah tampan Kenza, wajah yang dulu sering ia rindukan dikala malam, wajah yang sering mampir dimimpi-mimpinya, wajah yang berhasil membuat seorang Titan menahan rindu namun kini wajah itu teramat menjijikan untuk ditatap.

Dengan tatapan penuh amarah dan penderitaan Titan tak henti untuk menumbuhkan rasa benci dalam hati kecilnya.

"Tan aku mohon, aku bisa jelasin semuanya. Tapi gak disini! Ayo ikut," ucap Kenza sembari menarik tangan Titan guna mengikutinya namun sayang tangan itu dihempas dengan keras oleh Titan.

"Lo kira gue apa? Semudah itu lo minta maaf dan mohon-mohon? Cukup! Cukup buat semua drama yang lo buat! Biarin gue bahagia tanpa ada lo disisi gue!" balas Titan sembari menatap benci kearah Kenza.

Air mata yang tadi terus jatuh membasahi pipi ranum Titan kini hilang sirna oleh api amarah yang menggebu.

Kenza! Ia cukup sadar akan sikap egoisnya, ia cukup paham akan kekesalan dan amarah yang kini tengah menguasi diri Titan, namun ia cukup sakit kala Titan berkata ia ingin bahagia tanpanya.

"Tan gue tahu gue salah! Tapi manusia emang tempat salah kan? Kasih gue kesempatan buat ngejelasin dan memperbaiki semuanya Tan, gue janji akan berubah Tan, dan soal Nadia dia cuma sahabat gue Tan gak lebih!" jelas Kenza sembari menggapai tangan Titan dengan lembut, namun Titan justru mundur menjauh.

"Apa lo bilang? Kesempatan? Sahabat? Memperbaiki? Sadar gak lo! Lo hampir ngebuat gue sama anak gue mati! Puas lo!" balas Titan semakin ganas.

"Tan, aku minta maaf tapi aku mohon Tan. Kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku ngelakuin ini juga karena kamu, kamu juga salah dalam hal ini Tan," lanjut Kenza yang kini mulai membela diri.

Titan yang sedari awal tak ingin menerima apapun yang Kenza ucapkan kini semakin dibuat kesal dengan ucapan Kenza yang seolah-olah menyeret dirinya dalam permasalah itu.

"Apa maksud lo? Gue kecewa sama lo, lo tahu gak? Gue kehilangan semuanya dalam hidup gue! Gue bahkan kabur dari keluarga gue demi lo! Dan sekarang apa? Lo kasih apa ke gue? Setelah beribu pengorbanan yang gue lakuin dan sekarang lo nyalahin gue? Hebat Ken Hebat! Salut gue sama lo!" ucap Titan dengan akhir tepuk tangan yang sangat-sangat menjengkelkan ditelinga Kenza.

"Tan gue mohon. lo boleh marah lo boleh benci sama gue! Tapi gue mohon kasih gue kesempatan, gue bakal jelasin semuanya. Gue gak ada maksud sedikitpun untuk nyalahin lo," jelas Kenza kembali.

Sulit memang jika menghadapi amarah seorang wanita, amarah mereka cenderung tak terkontrol dan ingat 'PEREMPUAN SELALU BENAR! KALAU PEREMPUAN SALAH BERARTI LAKI-LAKI LEBIH SALAH,'sungguh kini situasi sangat-sangat tidak bersahabat dengan Kenza.

Seolah tahu sedang ada drama yang memilukan hujan pun mulai turun membasahi kedua tubuh manusia yag kini tengah beradu argumen diatas trotoar jalanan yang cukup ramai.
Beruntung bahasa yang mereka gunakan tak dimengerti oleh para pejalan kaki dan kendara yang lalu lalang.

"Maaf? Semudah itu lo ngomong? Sadar gak? Nadia itu sahabat gue! Dan lo malah mau nikah sama dia, gue bukan cuma benci sama lo tapi gue jijik! Jijik karena gue udah percaya sama cowok brengsek kaya lo!" ucap Titan.

"Tan siapa yang mau nikah sama Nadia? Gue? Gue gak mau nikah sama Nadia, Tan gue mohon," tak hentinya Kenza terus memohon dan mengemis kata maaf dari Titan. Namun tak semudah itu bagi Titan memberi kata yang teramat tulus itu.

"Gak usah pura-pura bego!"

"Plak,"

Dengan sekali hempasan. Kartu undangan itu berhasil mendarat didada bidang Kenza.

Perlahan Kenza mulai membuka kartu undangan itu dan teramat terkejutnya ia kala megetahui kegilaan Nadia. Pantas saja bila Titan marah bahkan jijik! Semua yang Nadia lakukan memang totalitas.

"Tan, ini gak bener! Aku bahkan gak pernah terima Nadia sebagai pacar aku!" jelas Kenza.

"Lo pikir gue bakalan percaya? Setelah semua perjuangan yang gue lakuin dan sekarang lo bilang ini bohong? Cukup Ken! Gue capek, gak seharusnya gue kenal sama lo! Gak seharusnya masa depan gue hancur! Semua masalah dalam hidup gue berasal dari lo!" balas Titan yang tak hentinya menyalahkan Kenza.

Amarah dan emosi kini tengah menguasai diri Titan, selain itu hati yang teramat sakit cukup membuat ia  menggila. Andai ia bisa kembali pada waktu dimana perjodohan itu berlangsung, maka ia akan memilih untuk menolak dan pergi dari hidup keluarganya.

Karena sekarang pun ia harus kehilangan keluarga demi membela Kenza. Bodong memang! Tapi itulah bukti pengorbanan cinta.

"Gue mohon Tan, gue gak tahu gue harus ngomong apa lagi. Selain kata maaf dan mohon," ucap Kenza sendu, tak terasa kini Kenza mulai terbawa suasana. Air mata yang sedari tadi ia bendung kini mulai mengalir dipipi tirusnya itu.

Titan yang menyaksikan hal langka itu cukup tertegun. Namun ia masih kokoh diatas emosinya, rasa sakit yang ia terima jauh lebih parah dari air mata buaya Kenza.

"Gak usah drama, itu cuma bohong! Gue tahu tangis lo cuma kebohongan belakang, so pergi! Gue akan urus surat perceraian kita!" ucap Titan dengan yakin.

"Gak! Gak Tan! Apa lo gila? Gimana nasib mereka? Mereka akan tumbuh tanpa kasih sayang Ayahnya! Apa lo gak mikirin itu?" perlahan Kenza mulai tersulut emosi.

"Lebih baik mereka hidup tanpa kasih sayang Ayahnya, cukup gue yang tersakiti. Anak gue? Dia gak akan pernah tersakiti sama orang kaya lo, dan ingat! Gue gak akan pernah bawa mereka kehadapan lo, cukup mereka tahu kalau Ayahnya yang baik udah gak ada!" balas Titan.

Baginya anak adalah hal yang kini masih ia genggam. Setelah keluarga dan sahabat yang ia kecewakan. Tak ada lagi harta yang paling berharga selain anak yang masih ada dalam kandungannya.

Setelah berjuang antara hidup dan mati kini saatnya berjuang untuk masa depan yang tengah menanti, masa depan dimana tidak ada nama Kenza disana.

"Tan! Cukup! Sedari tadi gue coba buat sabar! Tapi lo, lo terus nyalahin gue! Apa lo gak sadar? Lo juga bersalah dalam hal ini. Kenapa? Kenapa lo gak pernah cerita soal masa lalu lo? Kenapa lo gak pernah cerita soal masalah lo sama Nadia? Kenapa lo gak nurut sama gue? Kenapa lo malah jalan sama sahabat lo? Ghibran? Kenapa lo gak pernah cerita ke gue soal dia? Apa arti gue dihidup lo? Suami pajangan? Atau suami bayaran?" murka Kenza pada akhirnya tercurahkan.

"Plak,"

Tamparan yang cukup keras kini melayang dipipi kanan Kenza.

"Lo nampar gue? Kenapa? Puas lo udah nampar gue? Bahkan lo gak pernah menghargai gue sebagai suami lo! Hebat Tan, hebat! Pantes  kalau gue lebih milih Nadia dari pada wanita egois kaya lo!" lanjut Kenza yang cukup kaget dengan perlakuan Titan.

"Itu semua belum sebanding dengan apa yang gue rasakan sekarang! Gue kehilangan semuanya dan sekarang gue gak mau kehilangan apapun lagi! Cukup!" jawab Titan.

"Lo bilang apa? Kehilangan? Ngerti apa lo soal kehilangan? Gue juga kehilangan segalanya. Cukup drama lo! Sekarang ikut gue pulang!" setelah mengucapkan kata itu Kenza mulai menarik tangan Titan secara paksa.

"Gak usah pegang tangan gue! Pergi! Gue gak butuh!" ucap Titan sembari menepis tangan Kenza.

"Gak usah banyak bacot! Gue bilang ikut!" balas Kenza dengan suara lantangnya.

"Gue bilang gak ya gak! Lo budeg!" lanjut Titan yang enggan untuk menuruti kata-kata Kenza.

"Plak,"

"Lo nampar gue? Lo balas dendam sama gue?" dengan ekspresi terkejut Titan mulai berbicara.

Sekuat tenaga Titan tak menangis, namun sayang kini air matanya berhasil luruh. Titan yang teramat tersakiti kini memilih pergi lari dari Kenza yang tengah termenung.

Kenza yang merasa bersalah karena telah menampar Titan, kini hanya bisa termenung hingga tanpa sadar ia kini telah kehilangan Titan yang berhasil melarikan diri dari pandangannya.

"Astagfirulloh, Ken lo apa-apaan? Tan! Tan lo dimana? Tan gue gak sengaja. Tan gue mohon, Tan maaf," ucap Kenza sembari terus berjalan mencari keberadaan Titan.

"Gak seharusnya lo nampar gue Ken," ucap Titan yang kini tengah bersembunyi disebuah cafe yang tak jauh dari tempat Kenza berdiri tadi.

Setelah Kenza pergi menjauh ia baru keluar dari cafe tadi. Jujur Titan bingung ia harus kemana, tapi tak ayal ia terus melangkah sampai kini ia telah sampai ditempat yang sedari tadi ia coba cari.

Sebuah tempat paling nyaman untuk bercerita dan berkeluh kesah. Dimana kini ia bisa bersimpuh guna memohon.

Mesjid, tempat paling nyaman bagi Titan kini. Dengan diiringi derai air mata ia mulai berucap, "Ya Rabb, kuatkan aku. Bantu aku untuk kembali bangkit! Aku yakin rencanamu indah, engkau mempertemukanku dengannya pun pasti ada kebaikan yang bisa aku ambil. Ingatkan aku Ya Rabb. Bahwa tangisku pasti akan reda, bantu aku untuk sabar dan ikhlas," ucap Titan sembari menengadahkan kedua tangannya.

"Tan..." ucap seseorang dari arah belakang.

"Ghib..."
.
.
.
Pangandaran, 19 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro