Tok Tok (Vernon x Avril)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disini, hari semakin larut. Sabit tak nampak mengangkasa, tertutupi awan hitam pertanda hujan kan tiba. Petir dan geledek bersahutan di angkasa raya. Hawa panas menghampiri malam itu. Seorang pemuda bersurai coklat terus mengibaskan kausnya, menggerakkan udara di sekitarnya, mencari angin. Gerah. Sesekali berusaha melepas kaus yang melekat di tubuhnya.

"Tok tok"

Itu bukan ketukan pintu. Itu hanyalah suara dari mulutnya. Suaranya benar memecah keheningan ruangannya. Ruangan bernuansa putih itu lenggang. Bak gedung besar, suara dari luar tak masuk ke dalam.

"Tok tok"

Lagi. Kini suaranya lebih keras, sedikit lebih keras. Jari telunjuknya mengetuk lantai. Pemuda itu merasa gerah, rasa itu tak pernah hilang. Tentu saja, semua berasal dari kaus putihnya.

"Tok tok"

Lagi. Kali ini sedikit berteriak. Ia mulai berdiri, melangkahkan kaki jenjangnya pada pintu yang juga bercat putih. Langkahnya menggema, memenuhi ruangan putih itu.

"TOK TOK!"

Lagi. Berteriak kencang di depan pintu. Suaranya menggema, justru berbalik memekakkan telinganya sendiri. Ia menutup telinga, menutup akses pendengarannya.

Pintu terbuka, seorang gadis semampai menatap dengan wajah datar. Ia berjalan keluar, mengabaikan gadis itu. Rasa gerah berubah menjadi rasa perih. Ia mengabaikannya.

"Vernon"

Sang pemuda berhenti, melirik sang gadis. Gadis bersurai hitam itu menatapnya mukanya, dengan wajah datar tentunya. Untuk pertama kalinya, seseorang mengetahui namanya tanpa ia harus memberitahu.

"Ini dimana"

Pemuda ber-code name Vernon itu sedikit terkejut dibalik wajah datarnya. Matanya mengerjap beberapa kali, lantas menghela nafas berat.

"Ikuti aku"

***

"Kita kemana"

Tanya sang gadis yang kini mengekor di belakangnya. Deja vu? Tentu. Ia tau, tak perlu menjawab pertanyaan sang gadis. Sudah berapa banyak manusia yang ia selamatkan? Ia tak tau. Jumlahnya tak lagi terhitung. Vernon menghela nafas, hidupnya adalah kesunyian, jadi ia berencana mencoba, apa yang terjadi saat ia berbicara pada manusia.

"Siapa namamu?"

Hal pertama, tentu saja, nama. Gadis itu menjawab, hanya nama panggilan. Avril. Hening lagi, hanya kaki mereka yang terus menghentak, memberi irama tersendiri.

"Kita kemana"

Tanya Avril lagi. Kepalanya kembali terangkat, menatap Vernon yang masih terus melangkah.

"Kau tak perlu tau"

Jawabnya. Vernon tau, ini salah. Ia tau, ini melanggar hukum yang ada. Namun ia tak peduli. Jika hidupnya adalah sunyi, jika 'tok tok' adalah dunia luarnya, lebih baik ia pergi.

Avril berhenti melangkah. Vernon yang menyadarinya turut berhenti, berbalik. Keduanya saling berpandangan sebentar. Untuk ketiga kalinya, sang gadis kembali bertanya. Terbesit satu pemikiran oleh Vernon. Ia tak pernah menyentuh manusia sebelumnya, mungkin ini kesempatannya.

Ia melangkah, mendekati sang gadis yang masih berdiri tegak di tempatnya. Tangannya mengelus rambut Avril lembut. Ini tak lebih dari kenakalan remaja, melanggar aturan. Seketika rasa hangat menjalar. Terdapat sedikit rasa senang, hidupnya terasa lebih berwarna. Kesehariannya hanya menyentuh tembok putih, bersandar hingga tertidur. Ia tak tau rasa apa ini, apakah baik, atau buruk. Namun setidaknya, ia sudah mengetahui akibatnya.

"Kau tidak perlu tau, intinya kau akan selamat jika bersamaku"

***

"Tunggu"

Suara itu keluar dari mulut sang pemuda. Avril turut berhenti, menatap si surai coklat dalam diam. Vernon bersandar di pohon di belakangnya. Avril duduk di bawah pohon yang berseberangan. Pohon? Tentu saja, mereka melalui hutan. Vernon sengaja mengambil jalan memutar, meskipun seharusnya mereka sudah sampai sejak tadi. Entah mengapa, untuk pertama kalinya ia menyukai keheningan yang diciptakan insan di seberangnya. Tangannya merogoh saku, lantas mengeluarkan kertas lusuh. Ia juga mengeluarkan sebuah pensil yang tingginya hanya sepanjang jari kelingking bayi, dan mulai mencorat coret kertas itu.

"Ayo"

Lamunan Avril terhenti, kembali menatap sosok bersurai coklat yang telah berdiri tegak. Tatapannya bersahabat, tidak dingin seperti tatapan awal ketika bertemu dengannya. Untuk pertama kalinya, Avril turut tersenyum, berkata "Ya!" pada pemuda itu.

***

Setelah perjalanan panjang, mereka melihat pintu putih dengan gagang hitam, itu pintu keluarnya.

"Kita sudah sampai"

Ucap Vernon sembari tersenyum. Mereka melangkah ke pintu itu, Vernon membukanya, mempersilahkan insan dengan tinggi semampai masuk.

"Tunggu, terimalah ini, dariku"

Selangkah sebelum Avril memasukinya, Vernon menyodorkan sebuah kertas. Kertas lusuh yang tadi dicorat coret olehnya. Avril menerimanya, lantas memasuki ruangan dibalik pintu itu. Perlahan tubuhnya transparan, lantas menghilang tanpa jejak.

Di luar, Vernon berbalik. Bosnya datang, tanpa senyum di wajahnya. Bawahannya menarik Vernon menuju alat tempat eksekusi. Tak ada ampun, terutama bagi pemuda rendahan sepertinya. Wajah Vernon tetap tenang. Lebih baik seperti ini, meninggalkan segalanya setelah kebahagiaannya berakhir.

**

Sang gadis terbangun di kamarnya. Mimpi itu adalah mimpi aneh baginya. Seorang pemuda tampan yang mengantarkan jalan ke suatu tempat, hanya itu. Ia menyadari sesuatu, pemuda itu menyerahkan kertas lusuh. Kertas itu ada di genggamannya. Ia segera membukanya.

*

Hai,

Maafkan aku menarikmu dalam duniaku tadi. Aku menulis hal semacam ini untuk pertama kalinya. Kuharap kau membacanya.

Kau bertanya dimana? Itu di duniaku. Aku bertugas membawamu keluar dari sana. Entah mengapa, aku merasa nyaman dengan perjalanan tadi. Bahkan, jika kau ingin tau, aku mengambil jalan memutar, memperlama waktu bersamamu. Kuharap kau tidak keberatan. Aku merasakannya pertama kali, dan berkat itu, aku melanggar beberapa peraturan tertulis. Sehabis aku mengantarmu, mungkin saja aku dieksekusi, terakhir kali mengantar orang. Terima kasih sudah mau mengikutiku, meskipun kau tak tau apapun. Sayonara.

Vernon

*

Avril terdiam beberapa saat, lantas menaruh kertas itu di atas meja, hendak mandi. Ia melupakan sebuah kalimat di kertas itu, dan berharap agar ia bisa bermimpi itu lagi, bertemu dengan lelaki bernama Vernon.

***

Vril, sore gaje.

Ini teenfict kan? Cinta yang tak dapat bersatu.

Oke, hope you like

Special tag :
diraaaf

Nb : Gamudeng? Baca ulang intinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro