XII - SURAT UNTUKMU

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada yang bilang, konflik terbesar dari suatu hubungan bukanlah berasal dari orang lain. Sebenarnya konflik itu berasal dari masing-masing pihak. Waktu terus berjalan, karma itu ada, takdir dan semesta sudah merancang jalannya, lalu kedewasaan akan menguji apakah keduanya layak bersama, atau harus berpisah.

Wulan sudah menenangkan pikirannya. Tak lagi mau menangis hanya karena Jaka. Melihat laki-laki itu tersorot cahaya sore dengan tatapan mata sarat akan kesedihan, membuat Wulan ikut menyesal. Iya, dia marah, marah sekali. Tapi juga cinta, dan tak bisa membohongi dirinya sendiri.

Baru saja ingin menyamankan duduknya di pesawat, kakinya tak sengaja terantuk sebuah benda keras dari dalam tas tentengnya. Hei, bukannya isi tas tenteng itu hanya jaket dan dompet?

Wulan merunduk, lalu meraih sebuah kotak merah dari dalam tas. Isinya kamera polaroid...miliknya, beberapa cetakan foto dirinya dan laki-laki itu, boneka beruang putih yang ia kira tertinggal disana. Dan secarik kertas.

Wulan meraih kertas tersebut, lalu membacanya dengan seksama.

Gadis itu sukses terpaku di kata-kata terakhir milik Jaka.

'Aku akan selalu disini. Dengan seluruh rasa yang mungkin bukan singgah, tapi menetap, menjadi rumah untukmu kembali, sayang.'

Sayang.

Wulan itu sayangnya Jaka.

Sudah cukup membuat Wulan kembali haru. Tanpa sengaja sikunya menekan dada boneka beruang yang sengaja ia pangku. Sebuah suara muncul dari dalam boneka tersebut. Boneka perekam suara, yang menjadi hadiah untuk Wulan.

'Happy Birthday to youuuu! Happy birthday, Wulannya Jaka!'

Oh, apakah itu untuk ulang tahunnya waktu itu?

Wulan menekannya sekali lagi.

Kemudian, sebuah suara parau seseorang agaknya membuat Wulan keheranan. Memutuskan untuk mendekatkan telinganya ke dada boneka beruang tadi. Mendengarkan tiap kalimat yang keluar dari dalamnya.

'Pada akhirnya, hidup bukanlah fatamorgana, kan? Tak peduli seberapa besar aku mengungkapkan rasa sayangku, tetap tak dapat mengikatmu dalam sebuah hubungan yang seharusnya berlandaskan kepercayaan.

Tidak masalah bagiku jika diminta untuk tidak mencarimu setelah ini. Tapi tidak mungkin bagiku melupakan apa saja yang pernah kita lewati. Selama cintaku padamu masih seluas angkasa, tak masalah kau membenciku saat berada jauh dariku.

Karena bagiku, kau adalah bintang dan aku bulannya. Kau ada di sisiku sebagai udara, kau ada di hatiku menggenggam kuncinya, kau ada di pikiranku, juga selalu menjadi harap yang terus kusebut dalam tiap doaku.

Hiduplah menjadi yang kau mau. Kejarlah seluruh cita-citamu disana. Semoga sukses, semoga orang tuamu bahagia. Jangan lupakan aku disini; pendusta yang kau benci.

Halo, bidadari. Aku, Jaka. Sudah benar jatuh cinta. Sudah tenggelam terlalu dalam hanya untuk sekedar berenang ke permukaan. Aku tidak bisa berdusta lagi dengan mendoakanmu bahagia disana, karena aku terlalu payah untuk bangkit setelah ini. Jika aku diizinkan menghamba,

Sayang, kumohon, kembalilah.'

***

Nawang Wulan Olivia adalah perwujudan dewi Nawang Wulan.

Jaka Tarub Samudra adalah Jaka Tarub di era modern.

Bandara tempat hilir mudik manusia merupakan bentukan dari sungai tempat hilir mudik air jernih.

Wulan dan keenam sahabatnya ibaratnya tujuh bidadari dari khayangan.

Cinta diantara mereka tumbuh layaknya anak dewi Nawang Wulan dan Jaka Tarub.

Paspor itu seperti selendang dalam legenda.

Terakhir, kotak emas milik Jaka bak lesung padi di rumah Jaka Tarub dalam cerita.

Inti dari cerita ini, adalah kebohongan menembus batas. Kebohongan yang pada akhirnya terungkap sendiri. Pengkhianatan akan cintanya sendiri.

Wulan pergi, meninggalkan Jaka dan sejuta cerita.

***

519 words.

Tbc.

Gambarnya masuk tidak?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro