14. Ditolak?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi intinya, bulan depan kita akan adakan liburan karyawan."

"Sekian pertemuan kali ini, semoga semuanya sehat selalu, ya? Kalian boleh kembali bekerja."

Siang setelah jam istirahat, Devan--Papanya Fatur tiba-tiba saja datang ke perusahaan ini. Katanya, Devan merencanakan liburan karyawan untuk cabang yang Fatur pegang.

Seluruh karyawan keluar dari ruang meeting dan kembali ke pekerjaan mereka. Sedangkan Dena, gadis itu masih sibuk merapikan berkasnya.

"Dena," panggil Devan.

Dena mendongak. Gadis itu menunduk sopan, "Iya, Pak?" tanya Dena.

"Saya mau tanya sesuatu."

"Tanya apa ya, Pak?" tanya Dena.

Pria itu menatap Fatur yang menatapnya tajam. Astaga ... Begitu saja cemburu. Lagipula, Devan juga ingat umur. "Lucy masih suka datengin Fatur?" tanya Devan.

Fatur membelakan matanya. "Pa, apaan---"

"Diem kamu, Fatur. Papa tanya Dena," potong Devan tajam.

Fatur menelan salivanya susah payah. Dena perlahan menganggukan kepalanya pelan, "I-iya, Pak," ujar Dena menjawab pertanyaan Devan.

"Kalau dia bilang suka sama Lucy jangan percaya. Dia orangnya gengsian," kata Devan.

Dena mengerutkan alisnya tak mengerti, "Maksudnya, Pak?"

"Nanti kamu tau jawabannya. Kalau perlu, kamu pancing aja, Den. Nikah sama orang lain misalnya?" kata Devan seraya melirik putranya.

Fatur memicingkan matanya tak suka, "Dena gak akan nikah sama siapa-siapa!" kata Fatur sewot.

"Emangnya Dena kamu? Apa-apa gedein gengsi, udah diambil orang baru nyaho," ujar Devan.

Dena semakin tak mengerti dengan percakapan ini. Mengapa Ayah dan Anak itu aneh sekali?

"Udahlah, saya permisi. Inget kata saya, Den. Pancing aja, nikah sama orang--"

"Pa," kesal Fatur.

Devan terkekeh. Pria itu akhirnya memilih permisi dan pergi meninggalkan ruang meeting.

Tersisa Fatur dan Dena. Gadis itu hendak pergi meninggalkan ruangan. Namun, Fatur menahan tangan gadis itu. "Jangan deket sama cowok manapun, Den."

"Hah?"

"Denger saya, jangan deket cowok manapun. Kecuali saya!"

"Tapi--"

"Jangan geer! Pokonya--ah! Pokonya jangan," kata Fatur.

Fatur menghela nafasnya. Cowok itu memilih menarik Dena menuju ruang kerja mereka.

Setelah sampai, Fatur mencari-cari kotak cincin tadi pagi.

Ia tak memberikannya pada Lucy. Bahkan, Fatur langsung mengusir wanita itu saat Dena pergi.

"Pake," kata Fatur seraya memberikan kotak itu pada Dena.

"Buat apa, Pak?"

"Nandain."

"Nandain apa?"

"Nandain kalau kamu itu cuman buat saya."

Dena terdiam. Tidak, dia tidak boleh baper oleh ucapan Fatur. Dia, kan suka membolak balikan hati Dena. "Maaf, Pak, kalau Bapak mau latihan buat---"

"Gak ada latihan-latihan! Ini buat kamu! Kenapa kamu gak peka banget jadi cewek?!" tanya Fatur kesal.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu menunduk menatap kotak cincin itu. "Maaf, Pak. Saya gak bisa."

"Kamu nolak saya?"

"Pak, saya akuin saya pernah nyakin Bapak waktu SMA dulu. Tapi maaf, Pak. Saya juga punya perasaan. Kalau perasaan saya dibulak balik terus menerus, lama-lama saya juga bosen, Pak," kata Dena.

Dena mendorong pelan lengan Fatur yang memegang kotak itu. "Saya butuh orang yang serius, Pak. Bukan yang main-main kaya Bapak. Umur saya udah mateng, saya gak mau pacar-pacaran," sambungnya.

Dena tersenyum kemudian memilih keluar dari dalam ruangan.

Fatur melempar kotak itu dengan asal, "Percuma gue lamar, tetep aja ditolak!" kesalnya.

***

"Masuk."

Dena memilih masuk ke dalam mobil Fatur. Gadis itu menatap Fatur yang juga menatapnya, "Yang tadi gak usah difikirin."

Dena mengangguk pelan. Boleh Dena berharap Fatur memperjuangkannya? Tapi ... Jika Dena gegabah berdekatan dengan Fatur, bukankah akan berbahaya jika sampai Lucy tahu?

"Saya beneran udah sama Bima, pak."

Tatapan Fatur menajam, "Gak cocok. Kamu cocoknya sama saya. Putusin," perintah Fatur seenaknya.

"Pak, saya---"

"Den! Ayolah, saya serius sekarang. Saya masih sayang sama kamu, Den. Kamu mau nikah? Ayok kita nikah sekarang. Ah! Kamu ngapain sih pake sama si Bima segala? Fuck," umpat Fatur.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tidak salah dengar?

Fatur ... Serius?

"Pak---"

"Anggap aja kamu gak denger apa-apa. Jangan geer! Saya lagi pusing," kata Fatur.

Dena membuang arah pandangnya. Boleh ia benci dengan kata itu? Mengapa Fatur senang sekali mengobrak-abrik perasaannya?

Mata Fatur menangkap sosok Bima yang baru saja menaiki motornya. "Turun. Pulang sama Bima," kata Fatur.

Fatur membuang arah pandangnya. Dena tersenyum kemudian memilih keluar.

Fatur memukul stir mobilnya. "Kalau gini terus, mau kapan gue nikah?" kesal Fatur.

Cowok itu menatap ke arah luar. Dena sepertinya akan benar-benar pulang bersama Bima.

Lihatlah, bahkan jika sedang bersama cowok itu, Dena selalu terlihat bahagia. Berbeda sekali jika sedang berada di dekatnya.

Fatur turun dari dalam mobilnya. Cowok itu melangkah ke arah Dena dan juga Bima.

Tangannya mencengkal tangan Dena, "Pulang sama saya."

"Pak---"

"Saya bilang, pulang sama saya," tekan Fatur.

"Bos, bagian saya sekarang. Bos kan kemarin-kemarin udah," perotes Bima.

Fatur melayangkan tatapan tajamnya pada Bima. "Saya gak minta pendapat kamu!"

"Bos---"

"Dena, ikut saya sekarang!" perintah Fatur.

Dena mengelus dadanya pelan. Tangannya terulur menepuk pundak Bima, "Gue duluan, ya?" pamit Dena.

Fatur melotot, "Kenapa kamu sentuh Bima?!" pekik Fatur histeris.

"Bos, saya gak ada virusnya kali," kesal Bima.

"Ada! Virus-virus hubungan saya sama Dena."

"Hah? Apa, Bos?" tanya Bima.

"Apa?"

"Tadi---"

"Bercanda."

TBC

Ada yang nunggu?:v

Ada yang ingin disampaikan untuk, Fatur.

Dena

Bima

Devan (PapanyaFatur)

See you guys!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro