15. Ribut

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Den, saya masih sayang sama kamu. Kamu mau kan nikah sama saya?"

"Iya, Pak. Saya mau."

Fatur melebarkan senyumnya, di depan cermin, Fatur membuat drama seolah dirinya tengah berbicara dengan Dena.

Ah ... Enaknya menghayal.

Fatur merebahkan tubuhnya di kasur, "Enak kali ya kalau gue bangun tidur langsung disuguhin muka Dena."

"Terus nanti gue usap-usapin kepalanya."

"Kalau gue susah bangun diciumin sama dia," gumamnya lagi.

Fatur senyum-senyum sendiri. Namun setelahnya, ia menampar pipinya sendiri. "Sial! Mesum banget otak gue."

Fatur meraih ponselnya. Cowok itu mencari kontak pujaan hatinya itu. Setelah ketemu, Fatur terdiam sesaat. "Telepon jangan, ya?" gumamnya pelan.

"Ah bodo amat. Gue telepon aja. Kalau dia bilang gue kangen dia, gue jawab aja, 'Jangan geer! Yang kamu bilang emang bener!' gitu." Fatur terkikik pelan.

Cowok itu menekan tombol telepon.

Menempelkan ponselnya pada telinga kiri, Fatur mengigit bibir bawahnya gugup.

"Hallo, Pak?"

"Kamu lagi ngapain?" tanya Fatur basa-basi.

Cowok itu menepuk bibirnya sendiri. Bisa-bisanya ia bertanya seperti anak ABG yang baru mengenal cinta.

"Mau tidur nih, Pak. Ada apa, ya?" tanya Dena di sebrang sana.

"Saya gabut."

"Lah?"

Fatur berdecak kesal, "Jangan geer! Kalau kamu ngira saya kangen sama kamu, kamu salah besar."

Yang bener kan kangen banget. Batinnya.

"Udah malem, Pak. Gak tidur?" tanya Dena mengabaikan ucapan Fatur.

Fatur menahan senyumnya, "Kamu perhatian banget sama saya. Masih suka ya sama saya? Mau balikan? Ayo!"

"Jangan geer, Pak. Saya mau tidur udah ngantuk. Bapak ganggu."

Fatur melunturkan senyumnya. Bisa-bisanya gadis itu berkata jujur begitu. "Halah, paling juga kalau Bima yang telepon kamu senyum-senyum," kesal Fatur.

"Bima kan calon suami saya."

Fatur mengeram. "Gak! Saya gak akan biarin kamu nikah sama Bima. Sadar Dena, jodoh kamu itu saya!"

"Bapak makin malem makin ngaco, ya?"

"Eh, jangan geer! Saya tadi---"

"Saya mau tidur, Pak."

"Mau saya temenin?" tanya Fatur ambigu.

"Bapak jangan macem-macem!" pekik Dena di sebrang sana.

Fatur melotot. Lagipula, siapa yang mau macam-macam dengan jarak sejauh ini?

"Otak kamu perlu dicuci, Dena. Maksud saya, kamu tidur saya nyanyiin lagu balonku ada lima sampai kamu tidur," ujar Fatur kesal.

"Ah udahlah, Pak. Saya beneran ngantuk."

"Ya udah, emang saya fikirin?"

Fatur mematikan sambungannya. Niatnya kan ingin romantisan bersama Dena. Tapi ... Fatur hampir lupa, sejak dulu kan Dena tidak suka romantisan.

***

"Pembangunan sudah hampir selesai, Pak. Kita tinggal mengecat temboknya aja."

"Kira-kira butuh waktu berapa lama?" tanya Fatur.

"Dua atau tiga hari kayanya, Pak."

Fatur mengangguk-anggukan kepalanya. Setelahnya, ia melirik Dena. "Ya udah, saya cuman mau ngecek aja. Jangan lupa nanti kasih laporannya ke Dena. Saya butuh laporan itu secepatnya," ujar Fatur.

"Baik, Pak."

"Kalau gitu saya sama Dena balik lagi ke kantor."

Fatur dan Dena akhirnya memilih masuk ke dalam mobil milik Fatur.

Fatur melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Matanya sesekali melirik ke arah Dena yang terlihat anteng di tempat duduknya.

"Kamu masih suka latihan karate?" tanya Fatur memulai obrolan.

"Udah jarang, Pak."

Fatur mengangguk-angguk saja. Ia juga bingung harus memulai percakapan apa lagi.

"Bapak sama Mbak Lucy mau nikah?" tanya Dena.

Fatur menghentikan mobilnya. Cowok itu menatap Dena, "Ngaco kamu. Mana mungkin saya nikah sama Lucy?!" tanya Fatur sewot.

"Mbak Lucy cantik, baik, bule lagi. Apanya yang gak mungkin?" tanya Dena heran.

"Pokonya gak mungkin. Kalau nikahnya sama kamu ayo, saya nikahin sekarang juga," ujar Fatur.

Dena mengangkat sebelah alisnya, "Bapak fikir saya mau sama Bapak? Tukang narik ulur perasaan orang lain. Pak, saya kasih tau kalau Bapak terus-terusan kaya gitu, Bapak gak akan nikah-nikah sampe aki-aki," kesal Dena.

Eh ... Dena bilang begini tidak akan dipecat, kan?

"Kaya gitu gimana maksud kamu? Kamu yang gengsian sama perasaan kamu!" ujar Fatur tak terima.

"Saya gengsian dari mananya, Pak?" tanya Dena.

"Kamu suka kan sama saya?!"

Dena menggeleng, "Bapak yang suka sama saya!" jawab Dena tak terima.

"Jangan geer kamu. Saya gak suka sama kamu!" sahut Fatur kesal.

Dena menghela nafasnya, "Ya udah. Saya kan sukanya Bima. Bapak gak suka sama saya gak jadi masalah buat saya," ujar Dena.

Fatur melotot. "Gak boleh!" ujarnya ngaco.

"Apanya yang gak boleh, Pak?" tanya Dena heran.

"Kamu!"

"Saya kenapa?" tanya Dena lagi.

"Ah! Udahlah. Meledak otak saya lama-lama ngomong sama orang gengisan kaya kamu," kesal Fatur.

Fatur memilih melajukan mobilnya kembali. Dena memilih diam.

Di sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama mencuri pandang. Pada satu waktu, keduanya sama-sama tertangkap basah. "Jangan liatin saya!" kata Fatur sewot.

"Bapak yang liatin saya," jawab Dena tak terima.

"Atas dasar apa saya liatin kamu?"

"Karna Bapak masih suka sama saya. Bapak kan gengsian," jawab Dena.

Biar saja ia kepedean. Yang jelas, Dena sudah benar-benar muak dengan segala ucapan Fatur.

"Jangan geer kamu! Mana mungkin saya suka sama kamu."

Dena memicingkan matanya, "Kalau Bapak lupa, dulu Bapak bucin banget sama saya!" ujar Dena.

"Dan kamu nyakitin saya," sambung Fatur.

Dena diam. Mengapa larinya ke sana? Kesal Dena.

"Kenapa diem? Merasa?" tanya Fatur songong.

Dena tak menjawab. "Bagus kalau kamu mikir. Saya itu terlalu berharga buat kamu sia-siai," ujarnya percaya diri.

"Terserah Bapak aja."

"Den."

"Apa?"

"Ayo nikah."

TBC

Double update nih:v

Makasih untuk temen-temen yang udah sempetin Baca, vote, dan komen cerita ini. Aku sayang kalian<3 maaf juga gak bisa bales satu-satu huhuTT

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Fatur

Dena

See you guys!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro