16. Malu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Den."

"Apa?"

"Ayo nikah!"

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali. Tangannya terangkat menyentuh dahi pria di hadapannya.

Fatur mengembangkan senyumnya. Ia meraih tangan Dena kemudian mengecup punggung tangannya. "Den, gak bisa saya nahan-nahan lagi," kata Fatur.

"Hah?"

"Den ayolah," kesal Fatur.

Dena mengerutkan alisnya tak mengerti. Fatur baru saja mengajak Dena ribut, mengapa sekarang malah mengajak nikah? Apa otak cowok itu tidak error?

"Den ayo nikah! Ayo nikah! Ayo nikah!"

"Kebangetan kalau kamu gak terima saya!"

"Saya udah nurunin gengsi saya, nih," ujar Fatur dengan wajah yang memerah.

Dena menghela nafasnya. "Nggak, Pak. Saya gak geer kok. Saya kan udah ada Bima."

Raut wajah Fatur seketika berubah menjadi datar. "Dena! Saya gak setuju kamu sama Bima. Kamu itu harusnya sama saya," ujar Fatur.

Fatur menghentikan mobilnya di depan perusahaannya. Cowok itu menatap Dena, "Den, saya serius," kata Fatur.

"Tapi, Pak---"

"Saya serius mau bilang, jangan geer! Saya gak jadi ngajak kamu nikah. Kamu ngejawabnya lama. Saya keburu jadi perjaka tua nanti. Ah! Ngeselin!"

Fatur memberikan kunci mobilnya pada Dena. Setelahnya, Fatur memilih turun dan masuk ke dalam kantornya itu.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali, "Gue jahat gak sih? Dia beneran ngajak gue nikah?" gumam Dena.

Dena memilih turun dari mobil milik Fatur. Setelah itu, ia memberikan kuncinya pada satpam.

Saat hendak masuk, ia dikagetkan dengan Lucy yang melipat kedua tangannya di depan dada menatap Dena. "Habis dari mana kamu sama Fatur?" tanya gadis itu.

"Saya habis ngecek pembangunan, Mbak. Kita gak---"

"Inget, Dena. Jaga jarak sama Fatur," peringat Lucy.

Setelahnya, gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Dena.

***

Fatur mengacak rambutnya dengan kasar. Pintu ruangan terbuka menampakan Lucy yang kini sudah melemparkan senyum manis padanya.

Fatur menghela nafasnya, "Ngapain ke sini?" tanya Fatur.

"Tur, Mama---"

"Terserah! Keluar!" usir Fatur.

Fatur muak! Jika Lucy terus menerus kemari, Dena pasti akan semakin ragu pada Fatur.

Fatur tak bisa terus menerus begini. Ia juga ingin menikah. Ia tak mau kecolongan lagi.

Ia tak mau Dena bersanding dengan orang lain lagi seperti beberapa tahun lalu. Walaupun gagal--tetap saja itu menyakiti Fatur.

"Fatur---"

"Lucy, keluar!"

Lucy menggelengkan kepalanya tak percaya, "Kamu kenapa sih, Tur? Kamu berubah tau gak? Ini bukan kamu," lirih Lucy.

Fatur menghela nafasnya. Cowok itu beranjak kemudian meraih tangan Lucy dan menggenggamnya. "Maaf," bisik Fatur.

Fatur menarik Lucy ke dalam pelukannya. Lucy tersenyum miring kala melihat Dena yang berdiri di ambang pintu.

Dena memilih pergi. Saat berjalan terburu-buru, ia bertuburkan dengan Bima yang tengah memegang beberapa berkas. "Yah! Jatoh. Den, kenapa sih? Rem lo blong?" kesal Bima.

"M-Maaf, Bim. Gue gak sengaja."

Bima memunguti berkasnya. Namun, mendengar suara Dena yang bergetar, sukses membuat Bima kaget.

Cowok itu berdiri kemudian menatap Dena. "Den, lo nangis? Anjir! Gue gak maksud marahin lo. Den, maafin gue. Jangan coret gue jadi daftar suami-suami idaman lo," pekik Bima heboh.

Dena menggeser tubuh Bima. Namun, Bima menahan pergelangan tangan gadis itu. "Den, lo kenapa?" tanya Bima pelan.

"Gue gak tau."

"Sakit banget, Bim," lirih Dena.

Bima menarik Dena ke dalam pelukannya. Cowok itu mengusap punggung Dena dengan pelan. "Nangis aja," kata Bima.

Dena membalas pelukan Bima. Gadis itu tanpa diduga menangis.

Fatur menatap Bima dan juga Dena dari kejauhan. Lucy sudah pulang dengan segala bujukan yang Fatur berikan.

Sekarang, tangannya terkepal di sisi jaitan melihat pemandangan yang baginya sungguh tidak mengenakkan.

***

Dena hendak keluar dari dalam ruangan. Namun, Fatur mencengkal pergelangan tangan gadis itu. "Pulang sama saya."

"Maaf, Pak. Saya sama Bima."

"Saya gak peduli. Kamu tetep pulang sama saya," jawab Fatur.

Fatur menarik Dena keluar. Di dalam lift, hanya ada keheningan yang tercipta.

Fatur melirik Dena, "Saya gak suka kamu pelukan sama Bima kaya tadi," ujar Fatur.

"Bapak juga---"

"Jangan geer! Kamu pelukan di ruangan terbuka kaya gitu emangnya pantes?! Jabatan kamu di sini itu lumayan terpandang. Kamu harusnya jadi contoh buat temen-temen kamu," geram Fatur.

Dena menunduk. Ia kira, Fatur cemburu.

"Lain kali saya cari ruangan yang tertutup Pak," jawab Dena.

Fatur melotot, "Jangan macem-macem kamu, Dena!" ujar Fatur.

"Saya bener---"

"Gak bener! Yang bener itu kamu terlalu gengsi ungkapin perasaan kamu ke saya. Kamu cemburu kan liat saya sama Lucy? Terus kamu pelukan sama Bima?!" tanya Fatur asal.

Sebenarnya ini hanya alasannya saja. Karna yang sebenarnya cemburu di sini adalah Fatur.

Tapi, ucapan asal Fatur tadi benar adanya.

"Bapak yang gengsian. Bapak yang suka sama saya," kata Dena tak terima.

"Kalau saya suka sama kamu, kamu mau apa?" tanya Fatur menantang.

Pertanyaan itu terucap bersamaan dengan lift yang terbuka. Beberapa karyawan menatap Dena dan juga Fatur.

Keduanya memasang wajah bodoh mereka. "Sore, Pak," sapa mereka.

"Sore. Saya duluan," jawab Fatur malu sendiri.

Cowok itu berjalan mendahului Dena. Namun, sadar bahwa gadis itu tak mengikutinya, Fatur berbalik dan menarik pergelangan tangan gadis itu. "Lama!" kesal Fatur.

"Den, kamu tau gak?" tanya Fatur melirik Dena di sela-sela perjalanan mereka.

"Nggak, Pak."

"Saya malu."

"Saya juga," jawab Dena.

Astaga, memalukan!

TBC

Ada yang nunggu?

Semoga suka ya<3

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk Fatur

Dena

Bima

Lucy

See you guys!

Instagram : @Octaviany_Indah. Siapa tau ada yang mau follow:v bhak:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro