17. Rusuh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dena turun dari mobil milik Fatur, saat mendongkak, matanya tak sengaja bertemu dengan mata milik Azka.

Cowok itu tersenyum menatap Dena. "Azka?" ujar Dena.

"Baru pulang, Den?"

Dena tersenyum, "Iya, nih. Ngapain ke sini? Tumben," ujar Dena.

"Sengaja sih, mau ketemu aja. Eh, btw, Mama nanyain kamu. Katanya kemarin dia ke Bandung, tapi kamu keburu balik ke Jakarta."

Tangan Azka terulur mengusap bahu gadis itu, "Aku turut berduka cita ya atas meninggalnya Papa kamu," kata Azka.

Di dalam mobil, Fatur memicingkan matanya tak suka. Cowok itu turun dari mobilnya kemudian menepis tangan Azka yang berada di bahu Dena. "Gak boleh sentuh-sentuh," kata Fatur.

Cowok itu menarik Dena agar berdiri di belakangnya. "Mantannya Dena?" tanya Azka.

"Calon suami," jawab Fatur asal.

Dena mengerutkan alisnya. Gadis itu melepas cengkalan Fatur di pergelangan tangannya. "Jangan ngada-ngada, Pak," kata Dena.

"Jangan geer kamu. Mana mungkin cowok setampan saya mau menikah sama kamu. Banyak cewek yang ngantri buat dapetin saya," jawab Fatur.

"Halah, kalau banyak yang ngantri kenapa gak nikah-nikah sampai sekarang?" tanya Dena.

"Orang saya maunya sama kamu."

Dena menganga. Bukankah tadi Fatur bilang tidak mau menikah dengan Dena? Mengapa sekarang bilang mau?

Azka menggaruk tengkuknya sendiri. Ia bingung, pasalnya tiap kali bertemu dengan Dena, bukannya mengobrol malah menyaksikan perdebatan gadis itu dengan cowok yang Azka ketahui adalah mantannya Dena.

"Pak apasih, gak jelas banget," ujar Dena kesal.

"Eh! Jangan geer! Mulut saya kepeleset. Kenapa? Jantung kamu diskoan waktu saya bilang gitu?" tanya Fatur.

Cowok itu tertawa, "Ya jelas, kamu kan baperan. Belum move on juga dari saya," sambungnya.

"Saya tau saya ganteng. Jadi bakal susah banget buat kamu lupain saya, saya maklum kok Dena, saya maklum banget," kata Fatur lagi.

Dena menggelengkan kepalanya. Ia merasa ngeri sendiri melihat tingkat percaya diri Fatur yang berlebihan.

"Azka, mau mampir?" tanya Dena.

Fatur melotot. "Gak boleh! Nanti kalian digerebek terus nikah. Saya gak ikhlas!" kata Fatur refleks.

"Mending saya nikah sama Azka daripada sama Bapak. Ayo, Ka," ajak Dena.

Fatur menghalangi jalan keduanya dengan tangan yang ia rentangkan. "Gak! Pulang kamu, jangan mampir-mampir segala!" ujar Fatur heboh pada Azka.

Azka melirik Dena. Sumpah demi apapun, ia merasa bingung sejak tadi.

"Tin ... Tin ... Tin ... Awas! Awas! Motor mendarat di tempatnya!"

Sebuah motor berhenti tepat di depan Fatur, Azka, dan juga Dena. Dena mengusap wajahnya kasar.

Musnah sudah harapannya untuk tidur sepulang kerja. "Hallo calon isteri, ayok ikut gue," ajak si pengendara.

"Heh! Jaga ucapan kamu, Bima!" pekik Fatur.

Astaga, cowok itu sedaritadi heboh sekali.

"Eh ada Bos. Makasih udah anter calon isteri saya sampai selamat, Bos," kata Bima.

"Dena, kamu serius mau nikah sama modelan kaya gini?" tanya Fatur menunjuk Bima.

Azka menatap Dena kaget, "Dena, kamu mau nikah?" tanya Azka.

"Apaan sih?!" tanya Dena kesal.

Bima mengerutkan alisnya menatap Azka. "Sayang, dia siapa? Lo main belakang sama gue? Sumpah ya apa yang lo lakuin ke gue itu jahat, Den." Bima menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Bima, pulang lo!" usir Dena galak.

"Ya Allah, Bima diusir," lirih Bima.

Fatur memasang tampang songongnya, "Tampang kamu emang pantes buat diusir," ujar Fatur.

"Bapak juga. Bapak pulang sana, saya mau istirahat!" kata Dena.

"Mana bisa? Terus kalau saya pulang kamu berduaan sama si manusia ini?" Fatur melotot seraya menunjuk Azka.

Azka menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak mengerti dengan tingkah tiga manusia di depannya ini. "Den, aku pulang ya? Lain kali aku ke sini lagi. Kayanya waktunya gak tepat," pamit Azka.

"Bagus! Pulang aja sana, gak usah balik lagi," sahut Fatur.

"Pak." Dena melotot.

Cowok itu memasang tampang bodo amatnya. Sedangkan Bima, cowok itu masih duduk di atas motornya. "Maaf banget ya, Ka. Kamu dateng pas lagi kaya gini terus," ujar Dena tak enak hati.

"Jangan basa-basi. Sana pulang." Fatur menatap Azka songong.

Azka tersenyum kikuk. Cowok itu akhirnya memilih pamit pulang.

Dena beralih menatap Fatur dan juga Bima. "Pulang sana," kata Dena.

"Kamu berani ngusir saya?" tanya Fatur.

"Pak---"

"Jangan sampai kamu usir saya di hati kamu juga, Den," sambung Fatur.

Bima mengembungkan pipinya. Cowok itu tertawa, "Si bos alay. Asstagfirullah ngakak. Tarik nafas, Bim. Keluar ... Hahahaha!"

Wajah Fatur memerah. Cowok itu menendang ban motor milik Bima dengan kesal. "Bos!" kaget Bima.

Fatur cuek, cowok itu masuk ke dalam mobilnya.

Namun, tak lama ia kembali lagi. "Pulang kamu! Jangan cari-cari kesempatan sama Dena." Fatur melotot.

"Bagian saya sekarang, Bos. Bos kok git---"

"Pulang atau saya potong gaji kamu?" ancam Fatur.

Bima menganga, "Pak! Mana bisa---"

"Pulang!"

Bima mendengkus. Cowok itu melajukan motornya dengan perasaan kesal.

Fatur beralih menatap Dena, "Kenapa? Baper? Jangan geer! Saya tau kamu capek. Sana masuk," ujar Fatur tak santai.

Dena hendak melangkah pergi. Namun, tangannya dicengkal oleh Fatur. "Bilang makasih gratis, Dena," sindir Fatur.

"Kalau gak ikhlas gak usah nampung saya pulang."

"Berani kamu sama saya?" Fatur melotot.

Dena memicingkan matanya kesal, "Atas dasar apa---"

"Saya nikahin juga kamu lama-lama!" potong Fatur.

Dena memasang wajah kagetnya, "Apa, Pak?"

"Apa?"

"Tadi Bapak bilang apa?" tanya Dena.

Fatur mengangkat bahunya tidak acuh, "Saya gak bilang apa-apa."

Setelah itu, Fatur berjalan masuk ke dalam mobilnya. Dena menganga tak percaya.

TIN!

Dena terlonjak, gadis itu refleks memundurkan langkahnya. Kaca mobil milik Fatur terbuka, "Kaget ya?" tanyanya menyebalkan.

Boleh Dena bunuh Fatur sekarang juga?

TBC

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Fatur

Dena

Azka

Bima

Semoga suka ya<3

Makasih udah stay nungguin jangan geer:')


See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro