18. Mau serius?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dena baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Saat hendak merebahkan tubuhnya, bel apartementnya berbunyi.

Dena memutar bola matanya kesal. Gadis itu akhirnya mau tak mau berjalan membuka pintu apartementnya. "Gak ada si Bos, 'kan?"

Dena mengerutkan alisnya. Namun, kepalanya menggeleng. "Gak ada, ngapain ke sini?" tanya Dena galak.

"Gue tadi ngumpet di tukang batagor. Nih buat lo." Cowok itu menyerahkan bungkusan batagor pada Dena.

Dena menerimanya dengan senang hati. "Tiap hari deh lo ngasih gue kaya gini, Bim," ujar Dena seraya tertawa pelan.

"Boleh. Jadi isteri gue dulu ayok!" ajak cowok itu.

Ya ... Dia Bima. Memang, siapa lagi cowok yang ngebet ingin menikah dengan Dena?

Bima merongoh celananya. Cowok itu menyerahkan satu bungkus kopi susu pada Dena, "Seduhin dong. Kalau nyeduh di warung lima rebu. Kalau beli mentahannya cuman seribu gope. Kan lumayan tiga ribu gope nya bisa gue pake nabung buat mas kawin lo nanti," kata Bima panjang lebar.

"Makannya jangan beli batagor terus," sindir Dena.

"Ya udah siniin batagornya. Gue jual lagi ke si Amangnya." Bima mengulurkan tangannya pada Dena.

Dena menepis tangan itu, "Gak boleh tau udah ngasih diminta lagi," kata Dena.

Bima menggaruk pipinya, "Ya udah gue mau ngasih hati gue ke lo. Tapi jangan dibalikin lagi, ya? Kan gak boleh," ujar Bima.

Dena menghela nafasnya. "Terserah," jawab Dena.

"Gue gak ditawarin masuk?"

"Gak! Nanti jadi fitnah. Emang lo mau nanti kita digerebek terus dinikahin secara paksa?" tanya Dena.

Bima memicingkan matanya menatap Dena. "Kaya omongannya si Bos," ujarnya pelan.

"Ah! Mana ada? Ini Jakarta, Den. Bukan di kampung gue," ujar Bima setelahnya.

Dena tertawa pelan. Tapi ... Apa yang Bima katakan ada benarnya.

Dena memilih menggeser tubuhnya sedikit. Kemudian, ia mempersilahkan Bima masuk.

Saat Bima sudah duduk di sofa, Dena memilih menyeduh kopi yang cowok itu berikan tadi.

"Den, si Bos suka sama lo atau gimana, sih? Heran gue, dia sewot mulu kalau ketemu gue. Padahal kata Mama, gue ganteng kaya iron men," kata Bima saat Dena sudah duduk di sofa berbeda.

"Nggaklah. Si Bos udah punya pacar. Namanya Mbak Lucy," ujar Dena.

Bima melebarkan senyumnya, "Ya udah atuh ayo, Den, gas!" ajak Bima.

"Hah?"

"Nikah, Den, nikah," ujar Bima memperjelas.

Dena menggelengkan kepalanya pelan. Gadis itu akhirnya memilih menyantap batagor pemberian Bima tadi langsung dari plastiknya.

"Den, gue cuman mau ngasih tau, harga batagornya lima ribu."

"Terus? Lo mau minta gue ganti, gitu?" tanya Dena.

Bima mengangguk, "Ganti pake hati lo aja gimana?" Bima menaik turunkan alisnya menatap Dena.

"Ngarep!"

***

Malam harinya, pintu apartemen Dena lagi dan lagi berbunyi. Gadis itu beranjak kemudian membuka pintu apartementnya.

Ia dibuat kaget saat melihat Fatur yang kini sudah berdiri di depannya.

Cowok itu tersenyum. Dengan baju kaus yang dilapisi jaket, cowok itu terlihat sangat tampan. Namun, Dena menepis pemikirannya itu.

"Ada apa, Pak?" tanya Dena.

"Ada kamu."

"Hah?"

"Di hati saya," sambungnya.

Dena mengerutkan alisnya, "Pak, apaan sih? Malem-malem jangan suka ngelawak. Pulang sana," usir Dena.

Fatur berdecak kesal, "Saya ke sini pake bensin, Dena. Kamu tega mau usir saya?" tanya Fatur.

"Lagian Bapak ngapain malem-malem ke sini?" tanya Dena heran.

Fatur mengembuskan nafasnya pelan. "Mau mastiin," katanya.

Dena kembali dibuat bingung. "Mastiin apa?" tanya Dena lagi.

"Mastiin kalau jantung saya masih deg-degan cepet banget kalau lagi sama kamu."

Dena menganga. Ah, lebay sekali bosnya ini. "Pak, Bapak beneran aneh. Pulang sana, Pak."

Fatur meraih tangan gadis itu. Menggenggamnya, kemudian menatap Dena lekat. "Saya gak mau main-main lagi, Den. Saya serius sekarang," ujar Fatur.

Dena hendak menarik tangannya. Namun, Fatur justru mengeratkan pegangannya. "Dengerin saya." Fatur merapikan rambut Dena yang sedikit berantakan.

Ia tersenyum dengan tangan yang mengusap lembut pipi gadis itu. "Saya mau ke Bandung, ketemu Mama kamu."

"Ng-Ngapain?" tanya Dena gugup.

"Minta izin buat jadiin kamu milik saya, Den," ujar Fatur.

Dena menarik tangannya. Gadis itu mengigit bibir bawahnya menatap Fatur. "Bapak kayanya sakit, deh. Mau saya---"

"Saya gak sakit, Dena. Saya serius. Udah saya bilang, saya gak mau main-main lagi," tekan Fatur.

Dena tertawa pelan, "Saya yakin setelah ini Bapak pasti bilang sama saya, 'Den, jangan geer!' tenang, Pak. Saya gak geer, kok," kata Dena.

Fatur menggelengkan kepalanya. Cowok itu mengacak rambutnya kesal. Tangannya terulur menarik Dena. Menempelkan telinga gadis itu pada Dadanya. "Kamu denger?" tanya Fatur.

Dena menelan salivanya susah payah. Dena hendak menjauh. Namun, Fatur justru malah semakin mengeratkan pelukannya. "Den, please nikah sama saya. Saya gak bisa liat kamu deket sama Bima," ujar Fatur.

"Pak, lepasin." Dena mendorong tubuh Fatur.

Cowok itu mundur sedikit. "Kamu masih gak percaya kalau saya serius?"

"Maaf, Pak. Kayanya saya gak bisa. Bapak boleh pulang."

Pintu tertutup. Fatur menatap sendu ke arah pintu apartement Dena.

Sial, bukannya lega, hatinya malah semakin sakit dengan penolakan gadis itu.

Fatur mendekat pada pintu. "Den, saya bakal buktiin kalau saya bener-bener serius sama kamu."

Setelahnya, Fatur pergi meninggalkan lorong itu.

Di dalam kamarnya, Dena menahan senyumnya.

Ia akan menunggu. Dena akan melihat seberapa besar perjuangan lelaki itu untuknya.

Ia mengintip membuka pintunya. Melihat keadaan sekitar, kemudian cewek itu melompat girang. "Yes! Ternyata Fatur masih suka sama gue!" pekiknya.

"Tapi ... Kalau Mbak Lucy tau gimana?" gumam Dena.

"Ah masa bodo. Akhirnya ... Kenapa gak dari kemarin-kemarin sih dia bilang gitu?"

"Pokonya, gue gak akan semudah itu nerima dia. Enak aja, udah bulak balik hati gue beberapa kali masa gue terima gitu aja? Kan gak adil banget."

"Pokonya---"

"Pokonya saya bakal buat kamu percaya, cuman saya yang pantes jadi suami kamu."

Dena membelakan matanya. Gadis itu berbalik. Ia tercengir dan meruntuki kebodohannya sendiri.

Gue lupa tutup pintu, ujarnya dalam hati.

Dena memasang wajah songongnya kembali. "Bapak pulang sana. Saya mau istirahat. Makasih."

Dena menutup pintunya. "Bego lo, Den," runtuknya.

"Den, saya pamit ya."

"I Love You!"

TBC

Gimana kesan setelah baca part ini?

Semoga suka ya<3

Btw aku terharu banget:') padahal kemarin pembaca baru 8k eh pas cek sore-sore udah 30k lebih aja. Sumpah demi apapun aku gak nyangka banget hiks

Makasih banget semuanya yang udah sempetin baca cerita gaje iniTT

Pokonyaa i lopyuuu pull--tapi jangan geer! Yang tadi cuman latihan ngomong ke doi:')

Ada yang ingin di sampaikan untuk Dena

Fatur

Bima

See you guys!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro