19. Fatur Aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Makan."

Dena yang baru saja menyalakan komputernya, langsung mendongak. Gadis itu membelakan matanya saat mendapati Fatur yang berdiri di sampingnya seraya tersenyum

Jantung Dena berdebar. Ia tidak akan mati, 'kan?

Mata Dena turun menatap kotak makan di mejanya. "Maaf?" tanya Dena menatap Fatur.

"Kamu lucu kalau lagi kaget gitu," kata Fatur terkekeh geli.

Dena membelakkan matanya. Sejak kapan Fatur menjadi alay begini? Fikirnya.

"Bapak sehat?"

"Selalu sehat kalau ada kamu di depan saya." Fatur menaik turunkan alisnya.

Gila! Bosnya ini sepertinya benar-benar sakit.

Dena meringis pelan, "Pak, mending Bapak duduk di kursi Bapak, deh. Siang nanti kita ada meeting sama Klien. Terus nanti---"

"Terus nanti saya sama kamu nikah, punya anak. Ah ... Saya bakal jadi manusia paling bahagia rasanya, Den."

Dena lagi dan lagi membelakan matanya. Gadis itu beranjak, tangannya terulur mencengkal pergelangan tangan Bosnya itu. "Ayo ke rumah sakit!" ajak Dena heboh.

"Jangan, Den! Saya sakit."

"Saya tau!"

"Jantung saya deg-degannya cepet banget. Saya bener-bener sakit! Saya gak butuh dokter, saya butuh kamu," jawab Fatur tak kalah heboh.

Dena melepas cengkalan tangannya. Gadis itu menatap Fatur, "Pak, Bapak pulang aja sana. Bapak bener-bener gak beres nih, Bapak kayanya harus banyak istirahat," ujar Dena.

"Ah, seneng banget telinga saya denger kamu perhatian kaya gini. Jadi pengen cepet-cepet nikah," jawab Fatur.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali. Sumpah demi apapun, Dena lebih baik mendengar Fatur mengatakan, 'Jangan geer.' dibandingkan mendengar ucapan-ucapan lebay itu.

"Pak, Bapak perlu dirukiyah." Dena menatap Fatur dengan keterkejutannya.

Fatur duduk di kursi kerja Dena. Cowok itu senyum-senyum sendiri seraya menatap ke arah langit-langit, "Den, nanti kalau kita udah nikah, kamu saya peluk dari belakang kalau lagi masak."

"Terus nanti bangun tidur saya diciumin sama kamu."

"Terus---"

"Ngehayal aja terus, Pak! Bapak jangan kurang ajar, ya!" potong Dena.

Memang Dena cewek apaan?

Fatur berdecak kesal, "Jangan ganggu saya lagi menghayal!" kesal Fatur.

"Bapak ngehayalnya bawa-bawa saya!"

"Suka-suka sayalah. Apa urusannya sama kamu?" tanya Fatur sewot.

Dena melotot, "Urusan saya. Bapak---"

"Saya ganteng. Saya tau, kamu gak usah berlebihan," jawab Fatur memotong ucapan Dena.

Dena menghela nafasnya pelan. Pintu ruangan terbuka, Fatur dan Dena sontak mengalihkan pandangan mereka.

Fatur refleks beranjak dengan wajah sangarnya, "Ngapain kamu?! Ganggu aja!" kesal Fatur.

"Bos, saya cuman mau kasih laporan dari Gusti. Dia tadi buru-buru gitu, jadi nitipin ke saya, nih." Cowok itu menyodorkan berkas laporan pada Fatur.

Fatur menerimanya. "Kembali kerja," titah Fatur.

Dena melirik kotak yang Fatur berikan. Senyum di bibirnya perlahan terbit, "Bim!" panggil Dena saat cowok itu hendak pergi.

Bima, mau tak mau, cowok itu kembali berbalik. "Iya, kenapa calon isteriku? Kangen sama gue?" tanya Bima tidak tahu diri.

"Jangan kurang ajar kamu sama calon isteri saya!" Fatur melotot ke arah Bima.

Bima tertawa, "Cieelah ... Ngaku-ngaku, kelamaan jomblo nih ye?" ledeknya seraya mencolek lengan Fatur beberapa kali.

"Heh! Saya masih normal! Jangan colek-colek saya kaya gitu." Fatur mengedik geli.

"Bim, gue dapet makanan nih dari si Bos. Baik banget, 'kan?" tanya Dena.

Bima mengangguk, "Baik-baik. Tapi kata Mama, baikan gue. Soalnya gue waktu kecil kalau di suruh beli sabun colek langsung otw," jawab Bima seraya mengangkat jari jempolnya.

Dena membuka tepaknya. Gadis itu tersenyum melihat roti bakar di dalam sana. Dena berjalan mendekat ke arah Bima dan juga Fatur.

Fatur tersenyum senang, "Kamu mau suapin saya?" tanya Fatur percaya diri.

Dena menggeleng, "Bapak jangan geer, saya mau suapin Bima."

Senjata makan tuan.

***

"Terimakasih untuk waktunya, Fatur. Kamu sama seperti Papa kamu, benar-benar menurun. Kalau gitu, saya pamit. Sukses selalu, Fatur."

Fatur tersenyum dan menjabat tangan pria paruh baya itu, "Terima kasih, Pak. Senang kerja sama dengan Bapak," jawab Fatur ramah.

Setelahnya, kliennya itu pergi meninggalkan Dena dan juga Fatur.

Fatur melirik Dena sekilas. Cowok itu langsung melangkah pergi meninggalkan Dena begitu saja.

Ia kesal! Bayangkan saja, Dena menyuapi Bima di depannya? Apa Dena tidak berfikir itu sangat menyakiti Fatur?

Dena terkekeh geli, ia sengaja melakukan itu. Ia hanya ingin melihat seberapa serius cowok itu memperjuangkan Dena.

Tanpa menunggu lama-lama lagi, Dena memilih berjalan mengikuti Fatur.

Ia masuk ke dalam mobil kemudian menatap Fatur yang masih memasang wajah kesalnya. "Jangan liatin saya! Muka saya lagi jelek," kats Fatur.

"Tumben ngaku."

"Apa kamu bilang? Kamu itu harusnya muji saya! Kamu itu harusnya bilang saya ganteng, kenapa kamu gak peka banget jadi cewek, Dena?!" tanya Fatur melotot ke arah Dena.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali, "Bapak kenapa? PMS? Atau ... Isteri Bapak lagi hamil, ya? Jadi Bapak sensi?"

"Dena, saya belum nikah kalau kamu lupa!" geram Fatur.

Dena tertawa pelan, "Bercanda, Pak."

"Bercanda kamu gak lucu!"

"Yang lucu malah muka kamu," sambung Fatur.

Dena menggelengkan kepalanya pelan. Hari ini Fatur sangat aneh. "Saya tau muka saya lucu. Udah, Pak, ayo ke kantor lagi," ujar Dena.

"Ayo! Ke KUA!" ajak Fatur.

"Hah?"

Fatur mendengkus kesal, "Emang pada dasarnya kamu itu gak peka, gengsian pula. Dasar cewek!"

"Apa sih, Pak?"

"Apa?" tanya Fatur songong.

Dena mengembuskan napasnya pelan. "Gak tau, Pak. Gak ngerti saya liat sikap Bapak hari ini. Aneh banget," kata Dena.

"Kamu kan emang gak ngerti saya. Ah! Udahlah, gara-gara kamu saya jadi bucin!" kesal Fatur.

"Pak--"

"Tanggung jawab!"

Dena menganga tak percaya saat mendengar nada sewot dari Bosnya itu. "Bapak hamil? Bapak hamil anak siapa?" Dena menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

Fatur membelak, cowok itu menyentil kening Dena dengan gemas. "Saya cowok!" kesal Fatur.

"Balik ke topik! Kamu harus tanggung jawab, Dena," ujar Fatur lagi.

Dena menggeleng, "Gak ngerti, Pak. Bapak ngomong muter-muter kaya iklan di TV saya," sahut Dena.

"Tanggung jawab sama perasaan saya, Dena. Ayo nikah!"

TBC

Yuhuu! Ada yang nunggu?

Rame banget ya dari kemarin sore, aku masih gak nyangka banget:')

Ada yang ingin di sampaikan untuk Dena

Fatur

Bima

Semoga part ini nggak mengecewakan ya<3

See you guys!

Jangan lupa follow instagram aku:v
@Octaviany_Indah.

Dih, iklan. /PLAK!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro