8. Kissmark?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang ini beneran warning!T_T

***

"Baby!"

Dena yang tengah sibuk merekap laporan keuangan, langsung mendongak menatap wanita yang langsung menyosor mencium pipi Fatur.

Gadis itu berdecih pelan dan memilih fokus pada berkasnya.

"Kamu ngapain ke sini?"

"Sayang, kamu gak kangen sama aku? Aku bela-belain ke sini buat kamu loh."

"Y-ya, aku kangen, tapi-- Dena, bisa kamu keluar sebentar?"

Dena yang merasa namanya terpanggil, langsung beranjak. Gadis itu menganggukan kepalanya dan memilih pergi meninggalkan ruangan itu.

Fatur langsung mengunci pintunya setelah Dena pergi.

Dena memutuskan untuk ke ruangan kariyawan. Gadis itu memilih duduk di samping Fitri dengan wajah lesunya.

Dena yang salah. Fatur sudah berkali-kali bilang pada Dena agar dirinya tidak geer dengan segala perilaku cowok itu.

Dena akui dirinya masih suka Fatur. Ia masih belum bisa melupakan cowok itu sepenuhnya. Apalagi, mereka dulu putus karna terpaksa.

Dena mengembuskan nafasnya pelan, "Fit, ada minum?" tanya Dena.

Fitri memberikannya tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer. "Dena, gue tadi liat ada cewek cantik masuk ruangan, siapa?" tanya Anggita tiba-tiba.

"Gak tau. Pacarnya si bos kali," jawab Dena cuek.

"Cocok sih, ceweknya cantik si bosnya ganteng. Apalagi kayanya yang tadi tipe si bos banget," ujar Anggia.

Gadis itu mendongakan kepalanya menghayal, "Kalau gue punya body kaya gitu, udah jadi model pemper kayanya," gumam Anggita.

"Ngarang lo," sahut Fitri.

"Gue ke toilet dulu, ya," pamit Dena.

Dena memilih berjalan menuju ke arah toilet. Namun, saat melewati ruangannya, pintu terbuka menampakan Fatur dan juga gadis tadi.

Fatur terlihat terkejut, cowok itu buru-buru merapikan kemejanya. "Den, saya ada urusan," ujar Fatur.

Dena mengangguk. Namun, tatapan Dena terhenti pada leher kanan Fatur.

Warnanya seperti merah keunguan. Apa itu--kissmark?

***

Pintu apartement berbunyi. Dena buru-buru membukanya, gadis itu terkejut kala mendapati kehadiran Fatur yang masih mengenakan baju kantornya. "Ada apa, Pak?" tanya Dena.

"Yang tadi mantan saya," ujar Fatur.

"Kamu jangan salah paham," sambungnya.

Dena mengerjapkan matanya beberapa kali. Untuk apa Fatur repot-repot menjelaskan itu pada Dena? Bukankah Dena juga hanyalah mantannya Fatur?

"Den," panggil Fatur.

Dena mengangkat sebelah alisnya, Fatur mengembuskan nafasnya, "Saya--gak tau kenapa saya tiba-tiba ke sini. Kayanya kaki saya lagi mandiri kaya kemarin," ujar Fatur.

"Kamu jangan geer. Saya bilang gini cuman gak mau kamu salah paham sama---"

"Udah kan, Pak? Saya mau istirahat." Dena hendak menutup pintunya. Namun, Fatur menahannya. "Oke saya jujur," ujar Fatur.

"Saya masih suka sama kamu, Den."

"Saya---"

Fatur menggelengkan kepalanya. "Saya masih suka sama kamu. Tapi itu dulu! Bukan sekarang. Kamu jangan geer! Sekarang saya mau pulang!" Fatur langsung pergi meninggalkan Dena.

Dena memejamkan matanya sesaat. Mengapa Fatur suka sekali membolak balikan hatinya?

Fatur masuk ke dalam mobilnya. Cowok itu memegangi dadanya sendiri, "Tadi hampir aja, kenapa malah lo gagalin lagi bego?" tanya Fatur kesal.

Cowok itu membenturkan kepalanya pada stir dengan gemas. Mengapa rasanya sulit sekali menghilangkan gengsi?

Di dalam kamarnya, Dena terdiam menatap lurus ke arah tembok. Gadis itu tersenyum kecut.

***

"Ini laporan keuangan bulan ini, Pak. Jadi---"

"Sayang!"

Dena dan Fatur mengalihkan pandangan mereka.

Gadis itu lagi, fikir Dena.

"Hai! Sekretarisnya Fatur? Bisa bikinin saya kopi susu?"

Dena beranjak, gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Baik, Bu. Saya buatin sekarang," pamit Dena.

Dena menutup berkasnya dengan terburu-buru. Kemudian, ia meletakkannya di meja dan pergi keluar.

"Tumben ke sini," ujar Bima saat Dena menginjak dapur kantor.

Dena memang jarang menginjakkan kakinya ke sini. "Ada tamu," jawab Dena.

"Kenapa gak panggil OB aja?" tanya Bima lagi.

"Tamunya pacar si Bos. Paling juga mau berduaan, ya ... Lo ngertilah pasti," jawab Dena sedikit ketus.

Gadis itu memilih meracik kopinya. Bima yang melihat itu langsung mendekat ke arah Dena, "Lo ada perasaan sama si Bos? Yang bener aja, Den. Terus mau dibawa ke mana perasaan gue?" tanya Bima sedikit riweuh.

"Apaan sih? Gue gak punya perasaan apa-apa sama si Bos," jawab Dena.

"Syukurlah. Mending sama gue aja, Den. Gue siap bahagiain lo lahir batin. Yuk ke KUA sekarang!" ajak Bima.

Dena mengetuk kepala Bima menggunakan sendok dengan gemas. Bima berdecak kesal, "Dosa tau Den kaya gitu sama calon suami," ujar Bima.

"Lo ngomong lagi gue banting lo sekarang ya, Bim!" kata Dena sewot.

"Gue kan calon--Akh!"

Brukh

Dena benar-benar membanting tubuh Bima. Jangan remehkan kekuatan Dena. Biarpun begini, Dena adalah atlet karate sejak SMP.

Jangankan Bima. Fatur saja pernah Dena buat babak belur saat SMA dulu.

"MAMA GUE ENCOK!"

Dena memilih mengambil kopinya kemudian pergi meninggalkan Bima yang masih terbaring di lantai.

Saat sampai di depan ruangan, Dena membuka pintunya. Betapa terkejutnya Dena saat melihat Fatur dan gadis itu saling---bercumbu?

"Maaf," kata Dena.

Gadis itu meletakkan kopinya kemudian memilih kembali ke luar. "Dena!" panggil Fatur.

Namun sayangnya, Dena sudah pergi meninggalkan ruangan.

Dena kembali ke dapur. Gadis itu melihat Bima yang saat ini sudah duduk bersandar di kursi.

Dena memejamkan matanya sesaat. Ayolah, mengapa rasanya bisa sesakit ini? Bukankah Dena sudah tak pantas untuk marah, kesal, cemburu dan semacamnya?

"Den, tadi gak seperti yang kamu liat."

Dena mendongak. Sedangkan Bima mengernyitkan alisnya tak mengerti. "Maksud Bapak apa ya?" tanya Dena.

"Den, saya-- Bima, bisa kamu pergi?" tanya Fatur.

Bima mengangguk. Cowok itu memilih pergi meninggalkan Dena dan juga Fatur. "Den, saya berani sumpah yang tadi gak seperti yang kamu liat. Mungkin keliatannya emang---"

"Kenapa Bapak repot-repot jelasin ke saya?" tanya Dena.

"Karna saya---"

Dena menaikan sebelah alisnya menatap Fatur. Fatur berdehem pelan, "Karna saya gak mau kamu sebar gosip waktu saya sama Lucy tadi. Kamu jangan geer. Ngapain saya jelasin ke kamu yang jelas-jelas bukan siapa-siapa saya?"

Namanya Lucy.

Dan Dena bukan siapa-siapanya Fatur.

Sudah jelas, bukan?

TBC

Ada yang ingin disampaikan untuk

Dena

Fatur

Bima

Novel DHUM masih bisa dipesan lewat penerbit ya!

See u next part!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro