Ch. 3 - Salting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat keduanya berjalan, Fujino tiba-tiba menghentikan langkahnya karena pertanyaan yang mengejutkan itu.

"Tunggu. Dari mana kau tau namaku?"

Kali ini gadis pirang yang terkejut. Dia sampai membelalakkan mata dan menutup mulut selayaknya perempuan.

"Heee ...!? Ini benar Fujino!?"

"T-Tunggu! Jelaskan dulu ...."

"Wahh ... tidak kusangka bisa bertemu Fujino di sini. Fujino, apa kau benar-benar tidak mengenalku?"

"Hah ...?"

Gadis pirang itu tersenyum manis. Dia juga memegang batang kacamatanya seolah ingin menunjukkan bahwa ia memiliki itu.

Fujino berusaha mengingat siapa gadis itu. Dari parasnya jika dipikir lebih dalam memang familiar.

Fujino cukup sulit mengingat gadis ini. Dia merasa tidak punya teman dekat cewek berkacamata sebelum SMA. Namun, dia terus berusaha mengingat karena tidak ingin mengecewakan gadis berkacamata ini.

"K-Kau ... Kasahara Sumire?"

"Hum!" Kasahara mengangguk. "Sudah lama ya, Fujino! Benar-benar deh ... aku beneran gak nyangka bisa bertemu kau lagi. Apalagi kita satu sekolah."

"Benar kau Kasahara?" Fujino masih tidak percaya.

"Uuuhhh ... benar tau! Aku ini Kasahara. Kasahara Sumire! Masa' ragu dengan wajahku?"

Fujino menelan ludah. Dia ingat seperti apa penampilan Kasahara dulu waktu masih kecil. Dulu gadis itu berambut hitam dan tidak memakai kacamata. Tidak hanya itu, kepribadiannya juga bertolak belakang dengan yang sekarang.

Sekarang Kasahara tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Dia mengecat rambut menjadi pirang. Bahkan sekarang memakai kacamata yang mana membuatnya puluhan kali lipat lebih cantik dari dirinya dulu di mata Fujino.

"Kenapa Fujino? Kok melamun?"

"Ahh ... umm ... tidak. Tidak apa-apa." Fujino memalingkan wajah. Rona merah samar terlihat di pipinya.

Kasahara menyadari apa yang Fujino rasakan sekarang. Diapun tersenyum tipis sambil agak menyipitkan mata.

"Ahh ... aku tau. Kau pasti terpesona oleh penampilanku sekarang yaaa ...? Fujino?"

Suara Kasahara benar-benar lembut di telinga Fujino.

"Nggak. Mana mungkin."

"Mana mungkin? Tapi pipimu kok merah begitu?"

Kasahara sengaja mendekatkan wajahnya ke arah Fujino, membuat lelaki itu bisa menghirup aroma rambut pirangnya sekaligus memompa jantung lebih cepat.

Senyuman kemenangan terlihat di wajah Kasahara. Dia senang menggoda teman masa kecilnya ini. Ini adalah sesuatu yang ia tunggu-tunggu sejak lama karena kata-kata Fujino waktu itu masih teringat jelas di kepalanya.

"Fujino ... telingamu ikut memerah tuhh~ Parasku benar-benar secantik itu yaaa?."

Fujino kalah. Dia sadar tidak bisa mengelak.

"I-Iya. Emang. Parasmu yang sekarang cantik banget. Kamu udah pakai kacamata dan merawat diri. Kecantikanmu gak ada tandingannya dibanding siswi-siswi lain di sekolah kita. B-Bahkan di antara semua cewek yang kukenal selama ini, kamu yang paling cantik."

"H-Heee!? Heeeeeee ...!?"

Kasahara menarik wajahnya kembali yang kini sudah memerah. Sebelumnya ia yakin pesona yang ia miliki sekarang mampu membuat Fujino bersikap malu, dan dia memang berhasil. Akan tetapi serangan balik Fujino sama sekali tidak ia duga.

'F-Fujino kok memujinya sampai seperti itu sih ...!?'

'BODOOOOOOOOHHHHHHHHHHH NGOMONG APA AKU TADI!?'

Baik Fujino dan Kasahara sama-sama salah tingkah karena kelakukan mereka sendiri.

Tidak mau berdiam terus, mereka pun kembali berjalan menuju SMA Miwashima sekaligus menghilangkan canggung.

Meskipun berjalan berdampingan keduanya sama-sama menunduk dengan muka memerah. Saat mencoba melirik ke arah satu sama lain mereka langsung berpaling ketika pandangan bertemu.

Ini terlalu memalukan, terutama bagi Fujino yang memang tidak tahan dengan gadis berkacamata. Apalagi gadis itu sampai menggodanya hingga berinisiatif mendekatkan wajah. Bagaimana mungkin Fujino tidak kegirangan?

'Ngomong apa sih aku ini!? Bodoh sekali! Ke mana harga diriku!? Masa' iya aku bertingkah seperti simp pada teman masa kecilku sendiri!? Ayo, jangan norak Fujino! Kau bukanlah simp!'

Fujino berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Dia terus berjalan di samping Kasahara. Mukanya masih berona merah karena rasa malu yang tidak bisa tahan.

Saat Fujino iseng melirik Kasahara, dia kesengsem lagi.

'Aduuuhhhhh ...! Emang cantik sih. Dilihat dari manapun Kasahara yang sekarang benar-benar cantik!'

Fujino memalingkan wajah lagi. Dia tidak mau memerhatikan Kasahara terlalu lama demi menjaga kesehatan. Jika Fujino terkena diabetes itu akan menjadi hal yang merepotkan.

Sementara itu kondisi Kasahara tidak berbeda jauh. Rona merah masih berada di wajahnya.

'Duhh ... Fujino benar-benar tidak menahan diri. Dia agresif sekali memujiku tanpa pandang bulu. Apa lelaki itu tidak punya malu ...?'

Kasahara iseng melirik Fujino, tapi tiba-tiba langsung berpaling.

Kasahara mungkin bersikap tenang. Namun, terlihat jelas bibirnya sedikit bergetar. Kasahara terlalu kegirangan dipuji oleh Fujino. Dia berhasil balas dendam di pertemuan pertama.

Kali ini Fujino tidak memandangnya gadis biasa dengan paras biasa, melainkan gadis berkacamata dengan kecantikan luar biasa.

Saat melewati toko, Kasahara menatap ke arah cermin. Melihat pantulan wajahnya sendiri yang cukup jelas. Di sana ada rupa gadis cantik berambut pirang, dengan kacamata hitam yang membuatnya menawan.

'Apa aku memang secantik itu? Uhhh ... dasar Fujino. Dia membuatku kepikiran.'

***

Pagi ini murid-murid SMA Miwashima memulai kegiatan belajar mereka. Di kelas 2-B kehadiran Kasahara masih menjadi sorotan mata para lelaki. Ketahuan sekali beberapa murid laki-laki melirik-lirik Kasahara di tengah jam pelajaran.

Yang paling sering melirik tentunya Fujino Rai. Hebatnya ia ternyata duduk bersampingan dengan Kasahara di barisan kursi tengah.

'Makoto, harusnya kau memberitahuku murid barunya memakai kacamata. Dasar! Kalau begini aku bisa lebih siap dan tidak bersikap seperti fanboy aktris terkenal!' kata Fujino dalam hati.

Dia menatap sinis pada Makoto yang duduk di barisan depan. Gara-gara dia(?) Fujino harus merasakan malu selama beberapa jam terakhir.

Namun, kekesalan itu tidak bertahan lama karena kecantikan dari gadis berkacamata mengobati perasaannya.

'Ahh ... tidak masalah deh. Aku sekelas dan duduk di samping Kasahara juga. Aku harus bersyukur ....' Fujino mengangguk-ngangguk penuh senyuman. Tiga detik kemudian matanya terbelalak menyadari sisi simp-nya. 'AAAARRRGGHHH NGOMONG APA KAMU! Sadarlah! Kasahara teman masa kecilku! Waktu itu aku sudah berkata jahat padanya! Masa' sekarang aku ngesimp setelah dia jadi cantik? Mau ditaruh mana mukaku ini? BODOH!'

BRUKK!!

Fujino menghantamkan kepalanya ke arah meja.

Guru matematika spontan menoleh ke arah Fujino.

"Fujino? Apa yang kau lakukan? Tolong jangan membuat keributan saat pelajaran berlangsung."

"M-Maaf! Sakamoto-sensei! Saya kurang fokus."

Fujino menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa canggung.

"Haahh ... makanya jangan lihat Kasahara terus," ucap Sakamoto-sensei.

"Hahahahaha!"

"Dasar Fujino. Pandangannya pasti gak bisa lepas dari Kasahara."

"Fujino ...! Jangan banyak melamun. Kasahara kasihan tuh ditatapi terus."

Seisi kelas menertawakan Fujino. Mereka semua tau seperti apa sifat Fujino beserta kecintaannya yang aneh itu. Fujino terbelalak sambil melirik ke sana kemari. Ketika Kasahara melihatnya lelaki itu langsung membenamkan wajah pada meja lalu ditutupi kedua lengan.

"Hahaha! Lihat! Dia malu!"

"Fujino kalau salah tingkah begini ya?"

Seisi kelas tiada henti-hentinya menertawakan Fujino.

Beberapa laki terlihat cemburu. Mereka ingin digoda seolah dijodohkan seperti itu juga.

Sementara itu Kasahara sendiri ikut salting. Dia tertawa canggung pada teman-temannya. Beberapa kali melirik Fujino tetapi hal itu malah membuat rona pipinya memerah.

Digoda-goda oleh teman-teman sekelas memang tidak nyaman. Namun, perhatian Kasahara bukan ke arah sana karena ada hal lain yang membuatnya kepikiran dan berfantasi.

'F-Fujino kalau salting manis bangeet!! Aaaaaaaaaaa!!! aku mau lihaaaatt ...!!!!'

Sambil tersenyum, bibir Kasahara bergetar. Dia benar-benar menahan diri dari rasa gemas yang menggelora.

Matanya masih melirik-lirik ke arah Fujino yang masih membenamkan wajah. Tidak pernah Kasahara sangka seorang Fujino yang ia kenal sangat percaya diri dan dominatif di masa kecil, sekarang bertindak malu-malu kucing di dekatnya.

'Aaaaaa ...! lucu banget! Telinganya memerah! Aku jadi ingin menggodanya!'

Hari itu, baik Fujino maupun Kasahara sama-sama mendapat fan service. Bedanya salah satu dari mereka harus merasakan pahitnya harga diri yang rusak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro