Ch. 5 - Diskusi Tiga Gadis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Azuma-sensei memerintahkan anak-anak untuk pemanasan setelah berganti pakaian. Baju olahraga putih bergaris biru pun dipakai oleh murid-murid. Azuma-sensei memberikan arahan mengenai pelajaran hari ini yakni latihan atletik lari. Praktiknya dimulai dari laki-laki dulu.

Disaat murid laki-laki berlari secara bergantian mengelilingi lapangan, para gadis duduk di atas rumput sambil menonton dan mengobrol. Kebanyakan dari mereka sibuk sendiri tapi ada juga yang terkagum-kagum sampai fangirling ketika melihat lelaki populer berlari.

"Kyaaa! Seijuro-kun ...!! Ganteng banget larinya!"

"Seijuro-kun ...! Semangat ...!!!"

Beberapa gadis memuji-muji Seijuro sambil heboh sendiri. Seijuro tidak mendengarnya karena jaraknya jauh dan ia sedang fokus berlari melawan murid laki-laki yang lain.

Namun, saat menatap ke arah penonton, Seijuro tau dia sedang disemangati. Diapun langsung mengeluarkan senyuman tipis sok ganteng.

"Kyaaa ...!!! Seijuro ...!!"

"Barusan Seijuro senyum! Senyumnya pasti ke aku ...!!"

"Bukan, bukan. Jelas-jelas dia senyum ke arahku!"

Mereka yang fangirling itu berjumlah enam sampai tujuh orang. Sebagian besar lelaki yang belum mendapat giliran tiba-tiba memandang Seijuro dengan tatapan nafsu membunuh. Mereka bergumam seolah ingin menyantet Seijuro. Tidak, bahkan beberapa dari mereka sudah menggenggam boneka!

Namun, dibanding mempedulikan hal-hal seperti itu, sebagian gadis benar-benar sibuk dengan circle-nya masing-masing.

"Kasahara, aku dengar Seijuro pernah menembakmu. Kenapa kamu tidak terima? Tuh ... lihat gadis-gadis yang ada di sana. Banyak yang berharap bisa berpacaran dengan Seijuro. Kamu malah nolak." Gadis berambut hitam pendek bernama Oikura. Nada bicaranya seolah mengejek Kasahara dan menyamakannya dengan fangirls itu.

"Oikura ... kamu kok ngeledek gitu sih ...." Kasahara memanyunkan bibirnya. Ngambek pada Oikura Ame. "Seijuro itu bad boy. Aku gak suka. Aku lebih suka yang good boy dan gak banyak tebar pesona," jelasnya.

"Kayak siapa??" tanya Oikura lagi.

Hinata Yura, gadis berambut ungu panjang berponi rapi. Tertawa kecil dengan suara lembut sebelum berbicara dengan nada yang tenang.  "Pasti Fujino. Iya 'kan?"

"Uhh ...! Fujino lagi. Kalian bahas dia terus. Aku dan Fujino hanya teman masa kecil."

"Tapi, sepertinya kalian cukup akrab. Cocok juga. Selain itu kamu sendiri menikmati interaksi dengan Fujino 'kan? Dia suka gadis berkacamata lhoo ...," lanjut Hinata.

Kasahara memutar bola matanya. Karena perkataan Hinata barusan ia jadi membayangkan sosok Fujino dan sikapnya saat mode simp. Itu adalah pemandangan yang menggemaskan bagi Kasahara. Ketika mengingat ekspresi Fujino pada momen itu, rona merah terlihat di pipi Kasahara. Dia merasa gemas.

"Soal gadis berkacamata ... aku sudah tau dia menyukai itu. Obsesinya sudah dari SD lho. Uuhhh ... merepotkan. Terkadang, dia terlalu mengganggap rendah gadis yang tidak memakai kacamata, dan itu membuatku agak kesal."

Masih dengan rona merah di pipi, Kasahara menggulung sekumpulan helai rambut dengan telunjuknya.

"Heee. Kalian berdua kayaknya lebih dekat dari yang kupikirkan saat masih kecil. Teman dekatmu jangan-jangan cuma Fujino saja?" Oikura nyengir kuda. Dia ingin menggali rasa malu temannya itu lebih dalam lagi.

"H-Hah? Apanya? Teman dekat cuma satu? Hahaha."

Kasahara tertangkap. Matanya menatap ke sana ke mari karena tidak bisa mengelak. Awalnya ia tertawa kecil tapi lama kelamaan tawanya itu menghilang seketika karena tidak menemukan jawaban untuk 'ngeles'.

"I-Iya ... teman dekatku Fujino saja ...," jawab gadis itu malu-malu.

"BWAHAHAHAHA! BENERAN FUJINO SAJA TERNYATA."

"Ssssttt! Diamlah ...! Oikura!"

Kasahara menepuk-nepuk pundak Oikura agar ia berhenti. Dia terlihat sangat panik karena Oikura berbicara terlalu lantang sampai-sampai menyebut nama Fujino.

Bagi Kasahara terlalu memalukan untuk mengakuinya. Sifatnya yang pemalu saat masih kecil membuatnya sulit berbaur dengan anak-anak lain. Pada saat itu hanya Fujino saja yang mau berteman akrab. Sering mengajak bicara duluan. Bahkan tidak keberatan main berdua saja. Karena itulah Kasahara menganggap Fujino satu-satunya teman dekat.

Itulah mengapa Kasahara sangat sakit hati ketika mendengar Fujino berkomentar buruk tentang gadis yang tidak pakai kacamata. Sakit hatinya terbawa sampai remaja. Hal yang wajar mengingat hubungan mereka begitu dekat terutama dari sudut pandang Kasahara.

"Hihihi. Reaksimu lucu sekali. Aku jadi ingin semakin menjahilimu, Sumire."

"Sudah kubilang diam ...!"

Kasahara mencubit Oikura. Sayangnya tingkah lakunya itu tidak seram sama sekali. Seperti anak kucing yang sedang ngambek. Bukannya minta maaf Oikura malah tertawa menikmati situasi ini.

"Ah ... sekarang gilirannya Fujino, Kasahara. Lihatlah," ucap Hinata tiba-tiba, memecah keributan.

Kasahara pun menoleh ke arah lapangan. Di sana ada beberapa lelaki yang berposisi setengah berlutut sebagai posisi siaga di pinggir lapangan, tepatnya track untuk berlari.

Mereka semua sepertinya bersemangat untuk unjuk gigi. Termasuk Fujino yang cengar-cengir seolah yakin menang.

"Bersedia, siap, mulai!"

Azuma-sensei meniup peluit. Para lelaki pun langsung berlari sekuat tenaga agar bisa jadi juara satu di depan cewek-cewek.

Bagi yang awam akan langsung ngebut di awal. Bagi mereka yang paham akan menghemat tenaga terlebih dahulu. Dan Fujino ... termasuk lelaki yang awam dalam lomba lari.

"Woohhh, Fujino cepat juga." Oikura berkomentar.

"Sepertinya Fujino bisa menang jika konsisten seperti itu. Tapi ... lapangan sekolah kita sangat luas," ucap Hinata dengan suara lembutnya.

Kasahara ikut memandangi Fujino. Dia tidak banyak bicara karena terlalu fokus. Ketika Fujino berada di posisi ketiga, tubuh Kasahara gemetar dan tangannya terkepal erat. Saat di satu titik Fujino kehilangan banyak tenaga hingga membuatnya berakhir di posisi ketiga dari belakang, Kasahara menutup matanya karena terlalu gregetan.

'Ayo ... Fujino! Lebih semangat lagi!' batin Kasahara gemas. Dia sangat ingin Fujino menang.

Fujino di sana benar-benar kehabisan tenaga. Tidak seperti perempuan yang disuruh lari mengelilingi lapangan sekali saja, para laki harus berlari sampai tiga putaran.

Karena boros tenaga di awal Fujino semakin turun peringkat. Dia kini berada di posisi kedua terakhir. Meskipun jaraknya tipis dengan yang lain, Fujino merasa tertekan hingga membuatnya menghabiskan lebih banyak stamina.

Pada akhirnya, Fujino menempati posisi terakhir usai semua laki-laki berhasil menyelesaikan praktik lari ini.

'Tidak ... Fujino kalah.' Kasahara terlihat khawatir. Di depan sana Fujino sangat kelelahan. 'Tidak apa-apa Fujino! Tetap semangat! Kamu sudah melakukan yang terbaik!'

Kasahara gemas sekali ingin menghampiri Fujino. Dia tau lelaki itu pasti merasa malu. Kasahara jadi ingin menghiburnya dengan mengajaknya mengobrol.

Fujino ditertawakan teman-temannya. Dia balas mengejek dan terlihat mengambek. Berlagak sok kuat hingga ngaku-ngaku hanya memakai setengah kekuatan. Padahal aslinya dia kena mental di dalam.

"Fujino itu lucu juga ya. Pantas saja Kasahara senang menggodanya." Oikura terkekeh melihat tingkah Fujino yang sedang diledeki.

"K-Kenapa kau membawa-bawa namaku, Oikura!?"

"Heee ... bukannya kamu sering goda-godain dia? Keliatan jelas tau. Emangnya kau pikir aku gak sadar?"

Hinata mengangguk mendukung Oikura, "Benar sekali. Kasahara, kau cukup sering menggoda Fujino. Jadi ... sisi Fujino yang lucu itu yang kau sukai ya?"

Kasahara terbelalak. Wajahnya tiba-tiba memerah. Padahal belum lama dia bersekolah di Miwashima dan berteman dengan dua gadis ini. Tapi mereka dapat sepeka itu dengan kelakuan Kasahara.

"Loh kok diam? Jawab dong." Oikura terkekeh.

"Kasahara terlalu malu. Dugaan kita sepertinya benar."

Kasahara tidak mau mengakui dia menyukai sisi lucu dari tingkah Fujino. 'Tertangkap'-nya dia membuat Oikura dan Hinata semakin gemas memancing sisi memalukan dari gadis itu.

"Kasahara tipe gadis yang suka menggoda lelaki seperti Fujino."

"Benar, benar."

"Duuuuhhhh ...! Sudah doooonggg!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro