Ch. 8 - Hangout

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fujino bangun dari tidurnya. Menguap sebentar. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Kebetulan, HP-nya berdering tidak lama setelah ia bangun.

"Halo?"

"M-Maaf Fujino. Apa kamu sibuk?"

"E-Eeeehhh!? Kasahara!?"

Kasahara berteriak di HP. Suara Fujino membuatnya kaget.

"Jangan berisik dong Fujino ...!"

"Ah iya iya, maaf. Aduh ... aku benar-benar tidak menyangka kau yang menelfonku. Kupikir Makoto tadi."

"Huh ... aku maafkan dehh .... Jadi bagaimana? Apa kamu sibuk?"

"Tidak kok. Minggu ini aku gak ada rencana apapun."

Tiba-tiba suara Kasahara tidak terdengar. Fujino mengangkat alisnya, kebingungan apa yang terjadi. Hal itu untungnya tidak berlangsung lama.

"Mau ikut ke mall bersamaku?" tanya Kasahara.

Fujino terbelalak. Jantungnya berdebar gak karuan.

"Ke mall? G-Gas!"

"Eh? Fujino setuju?"

"SETUJU."

Suara antusias Fujino membuat Kasahara tertawa.

"Baiklah. Kalau begitu siap-siap ya. Nanti jam sembilan pagi kita ketemuan di stasiun."

"O-Oke!"

Tidak lama kemudian, telfon ditutup.

Fujino menghembuskan nafas panjang. Dia sangat shock dengan apa yang barusan terjadi. Fujino mencubit tangannya tapi tidak terbangun dari mimpi. Terbukti bahwa Kasahara benar-benar telah mengajaknya ke mall bersama.

"Aku harus tampil keren!"

Tanpa membuang-buang waktu. Fujino langsung keluar kamarnya, berteriak sekeras mungkin agar didengar semua penghuni.

"MAMA ...!!! KAKAK ...!! BANTU AKU MEMAKAI PAKAIAN BAGUS!!!"

***

Matahari semakin meninggi. Suhu udara masih terasa sejuk dan orang-orang memenuhi jalanan kota yang sibuk ini. Di sebuah stasiun seorang gadis berambut pirang dengan kacamata yang mempercantik penampilannya, berdiri sambil main HP dan menoleh ke sana ke mari sesekali.

"Sepertinya aku datang terlalu cepat. Waktu janjiannya masih lima belas menit lagi sih. Duh ... entah kenapa rasanya gak sabar."

Kasahara sangat ingin bermain dengan Fujino. Dia sendiri bingung mengapa membuat rencana ini. Padahal mengobrol biasa saja atau hangout sebentar sudah memperdalam hubungan pertemanan dengan Fujino.

Harusnya seperti itu saja cukup. Kasahara sayangnya merasa tidak demikian. Dia ingin mengobrol banyak dengan Fujino hingga sejam lebih tanpa diganggu waktu atau jadwal penting. Itulah mengapa rencana di hari minggu ini dibuat.

Tidak lama kemudian, Fujino datang. Dia memakai pakaian sederhana. Kaos biru gelap yang dibalut kemeja hitam lengan panjang. Celana jeans hitam dan sepatu hitam yang sangat bersih.

Dia terkejut melihat Kasahara dan langsung menghampirinya.

"Ya ampun! Apa aku terlambat!? Maaf! Maaf! Sungguh aku minta maaf. Aku kira kamu masih belum datang."

Kasahara tertawa kecil. "Nggak kok. Kamu gak telat. Akunya yang datang terlalu cepat."

"Tidak, tidak. Seharusnya sebagai lelaki aku harus inisiatif datang lebih awal sebelum perempuannya datang. Maaf, Kasahara."

"Sudah ah, gak usah dibahas terus!" Kasahara mencubit lengan Fujino. "Karena kita sama-sama udah di sini, ayo masuk ke mall. Kita main bareng sampai puas!"

Fujino masih berwajah murung. Dia masih merasa tidak enak tapi lagi-lagi Kasahara menambahkan.

"Jangan dipikirkan. Benar deh. Aku tidak suka Fujino yang dikit-dikit tidak enakan. Padahal kamu dulu bebas sekali bercandanya."

"E-Ehhh ... ya iya sih. Tapi ... jangan bandingkan dengan yang waktu kecil dong. Banyak bercanda 'kan bisa berakibat buruk."

"Dalam berteman terkadang kata-kata menyakitkan tidak bisa dihindari. Jadi gapapa kok. Yang penting niat kita tidak sengaja menyakiti teman."

Fujino menggaruk-garuk kepalanya, masih merasa gak enakan. Namun, jika dia bersikap seperti ini terus lama-lama Kasahara jadi tidak betah dengan acara 'hangout' hari ini.

"Baiklah. Aku paham. Yuk, kita masuk ke mall-nya saja."

Kasahara tersenyum manis.

"Ayo!"

Kedua remaja itupun masuk ke dalam mall. Mereka melihat-lihat apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Ada banyak makanan, hiburan, barang-barang kosmetik, bioskop, tempat komik, dan lain sebagainya. Ada juga yang menjual jasa-jasa unik seperti maid cafe dan sewa cosplay.

"Banyak sekali ya hiburannya. Fujino mau main ke mana dulu?"

"Emm ... bingung juga. Kamu saja yang milih."

"Nggak, aku mau Fujino saja yang milih."

"Jangan. Kamu saja."

"Kamu."

"Kamu."

Lama-lama Kasahara kesal dan cemberut. Fujino hanya tertawa canggung.

Kasahara akhirnya bersedia memilih tempat mana yang dikunjungi duluan. Dia mengerti terlukanya harga diri laki-laki ketika tidak memenuhi keinginan sang gadis. Jika berdebat terus maka debatnya tidak akan selesai-selesai.

"Kita ke maid cafe aja yuk!" kata Kasahara antusias.

"E-Ehh ... kenapa?" Fujino bingung karena biasanya tempat itu jadi incaran laki-laki. Bukan perempuan.

"Aku sudah lama tidak ke maid cafe. Terakhir kali pas SMP. Waktu itu aku sering membayangkan diriku pakai baju maid tapi tidak pernah kesampaian."

"B-Baju maid!?"

Fujino terkejut, tapi kemudian langsung menutup mulutnya.

Sejak bertemu Kasahara di stasiun tadi Fujino tidak membayangkan yang aneh-aneh. Dia sudah beradaptasi dengan pengaruh kecantikan Kasahara. Namun, karena Kasahara membahas dirinya yang ingin memakai baju maid, Fujino seketika kehilangan kendali diri.

Dia membayangkan betapa cantiknya Kasahara sangat memakai pakaian maid. Rambut pirang panjang yang menjuntai ke bawah dan kacamata yang membuat penampilannya semakin menawan, ditambah pakaian hitam putih yang imut itu, Kasahara akan menjadi sangat amat cantik di mata Fujino.

Dia jarang melihat maid berkacamata. Jika Kasahara menjadi sosok yang seperti itu, ia akan menjadi gadis dengan kecantikan yang mampu membuat Fujino mimisan atau bahkan jingkrak-jingkrak layaknya fanboy pada seorang idol.

"Fujino?"

"...."

"Fujino?"

"Heh! Iya!?"

"Kok kamu bengong sih!? Jangan melamunnn."

Jantung Fujino serasa mau copot. Dia langsung menggelengkan kepalanya agar fantasinya tidak berlebihan.

Melihat tingkah Fujino awalnya Kasahara mengangkat alis, tapi kemudian dia tersenyum jahil. Dia bisa menebak apa yang Fujino pikirkan.

"Kamu tadi membayangkan aku pakai baju maid ya ...??? Hayoooo ngaku!"

"E-Eh!"

Fujino kehilangan kata-kata. Dia bingung harus menjawab apa tapi di sisi lain tidak ingin berbohong.

"Iya. Emang. Aku tadi bayangin kamu pakai baju maid. Cantik banget sampai aku melamun lama," kata Fujino tanpa kontak mata.

Kasahara terdiam dengan mata terbuka lebar. Pipinya langsung memerah mendengar ucapan tidak tau malu itu.

"F-Fujino nakal! Bagaimana bisa kamu mengatakan itu tanpa malu!? Nakal! Nakal! Nakal!"

Pundak Fujino langsung digeplak-geplak.

"Yaa habisnya kamu sih! Jadi cewek kok cantik banget!? Pakai kacamata lagi! Kalau pakai baju maid pasti jadi makin cantik 'lah! Jangan bilang aku nakal, Kasahara. Ini salahmu yang terlalu maruk."

"D-Dasar ...." Kasahara seolah kehilangan kendali diri. Ekspresinya mungkin cemberut tapi dalam hati kegirangan setengah mati. "Jangan muji aku sesantai itu dong! Kamu suka goda-goda cewek ya? Aslinya bad boy ya? Sering pacaran ya? Sering kencan sama cewek ya?"

"Nggaklah! Mana mungkin. Aku gak seberani itu sama cewek."

"Bohong ... buktinya kamu bisa muji-muji lancar begitu!"

"Itu cuma ke kamu doang!"

"H-Heeehhh!?"

"M-Maksudnya ke cewek-cewek berkacamata! Kalau mereka menanyakan hal-hal yang memancing fantasiku ya aku jawab jujurlah! L-Lagipula mana mungkin aku bisa bersikap cuek pada paras cantik gadis berkacamata."

Fujino panik saat menjelaskan. Dia bingung bagaimana merangkai kata yang tepat agar Kasahara tidak marah dan tidak berpikir yang aneh-aneh terhadap dirinya.

Kasahara masih cemberut. Dia tadinya sempat senang karena mendapati sikap khusus dari Fujino, tapi Fujino malah langsung menjelaskan bahwa sikapnya itu untuk semua cewek berkacamata.

'Kok aku malah sebal begini? Uhh ... kekanak-kanakan,' gumam Kasahara. Dia masih bete, tapi memutuskan untuk melupakannya saja.

Kasahara mulai berjalan ke maid cafe tanpa mengatakan apapun. Fujino menatap punggungnya lalu segera ikut.

"A-Anu ... Kasahara. Apa kamu marah?"

"Sudah tidak kok. Aku hanya kesal sedikit saja, lupa kalau kamu ini suka sama semua cewek berkacamata."

"Heh?"

Fujino terbelalak. Dia tidak menangkap maksud dari Kasahara. Baginya, apa yang salah dengan itu? Kenapa Kasahara malah kecewa ketika ia teringat Fujino menyukai 'semua' cewek berkacamata?

Kasahara tidak menjelaskan lebih lanjut sedangkan Fujino sendiri nggan bertanya karena takut masalah barusan kembali berlanjut.

Kedua remaja yang sedang 'hangout' itu akhirnya sampai di maid cafe yang mereka bicarakan. Maid cafe yang tidak terlalu luas tapi sangat nyaman. Ada banyak gadis cantik berpakaian pelayan di tempat ini. Di antara mereka semua, Fujino dan Kasahara bertemu seseorang yang tidak mereka sangka-sangka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro