33. Show don't tell

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Materi: Show don't tell
Date: 28 Februari 2017
Tutor: verbacrania
Notulen: irmaharyuni
Disclaimer: theWWG

=====>>>>>=====<<<<<=====

Kebetulan saya diamanahi untuk memberikan materi tentang visual storytelling.

Ada yang tahu apa itu visual storytelling?

(-)Visual storytelling--> macem kita membayangkan itu seolah nyata? Gitu kak?

Ya! Tepat sekali.

Secara singkat, visual storytelling adalah salah satu teknik bercerita yang akhir-akhir ini ngetop.

Mungkin pernah mendengar tentang teknik show don't tell?

Definisi:
Show don't Tell secara singkat bisa diartikan menjadi MENUNJUKKAN bukan MENJELASKAN.

Artinya : menciptakan adegan VISUAL yang dapat DISAKSIKAN pembaca saat mereka membaca cerita kita.

Jadi, ketika kita menulis, bagaimana caranya menyampaikan kepada pembaca dg cara menunjukkan bukan sekadar menjelaskan.

Contoh:
Tell: Evan menyukai Anna.

Apa yang teman-teman rasakan saat membaca kalimat di atas?

Biasa saja.
Kurang feeling.

Nah, ini yang disebut dengan HANYA MENJELASKAN
EVAN suka Anna. Sebatas itu.

Bagaimana dengan hal ini:

Show: Setiap kali Anna melintas di depannya, Evan selalu merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan ketika gadis itu membalas senyumnya, kaki Evan serasa terbuat dari jelly, meleleh bersama sunggingan Anna. Ah ... Evan benar-benar mati kutu dibuatnya.

Nah..ini yg dimaksud dengan show don't tell. Tunjukkan, bukan jelaskan.

Kenapa kita harus seperti ini?
Mungkin ada yg tau?

(-)Supaya cerita kita lebih menarik ya?
(-)Supaya cerita tidak flat tentunya.
(-)Agar pembaca ikut larut tenggelem terbawa alur cerita yg kita buat, begitu kak?

Karena tulisan sangat berbeda dengan film. Kita harus menuangkan adegan dalam pikiran kita hanya dengan menggunakan KATA-KATA (2D).

Berbeda jauh dengan film.

Sebuah film, selain didukung gambar bergerak (3D), banyak aspek yang ikut berpartisipasi: misalnya mimik muka pemeran, backsound yang melatari sampai dengan cara pemeran mengucapkan dialog.

Jadi, menjadi penulis itu tidak mudah. karena media kita cuma TULISAN.

Manfaatnya apa kita menggunakan teknik ini? mungkin ada yg tau?

(-)Hmm, untuk menggali feeling, dan gambaran yang jelas atas apa yang disampaikan?

Nah....
Manfaat Show don't Tell yang paling terasa adalah delivery emosi.

Karena ketika kita menulis, kita tidak hanya ingin pembaca MENGETAHUI, tetapi mengajak mereka untuk TERLIBAT di dalamnya.

Ketika tokoh sedih, pembaca sedih.
Ketika tokoh jengkel, pembaca mangkel, dan ketika tokoh senang, pembaca ikut tertawa.

>> Ini tujuan utama teknik Show don't Tell.

Hal terpenting saat kita menuliskan sebuah cerita adalah: MENTRANSFER EMOSI.

Biasanya pembaca begini:
NGEFEEL BANGET, cuy! --dsb.

Karena ketika menggunakan teknik ini, kita jadi kayak ikuut sama tokohnya
ikut merasakan sedihnya, amarahnya, dilemanya dia.

Kembali ke contoh di atas tentang 'suka' tadi
kalau hanya menyukai aja, kita cuma DIBERITAHU.

Tapi ketika kita mengungkapkan dengan cara yang kedua: pembaca diajak turut serta MEMBAYANGKAN.

Ini aspek penting yang sering TERLUPA (!)

Apakah mudah menulis SHOW?

Tidak pernah ada pakem-pakem yang jelas bagaimana penulis MENUNJUKKAN dan bukan MENJELASKAN ceritanya.

Bagi pembaca A sudah cukup dengan sebaris kalimat, bagi pembaca B belum tentu.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Baca kalimat yang dituliskan secara SHOW perlahan-lahan, fokuskan perhatian dan rasakan aliran kalimatnya.

Jika itu cukup membuat kita merasakan (lebih bagus lagi bisa membayangkan) maka bisa dikatakan cara kita sudah berhasil. Dan unsur yang paling jelas adalah adanya transfer EMOSI. Karena tidak ada standar yang jelas. tapi... bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Iya, karena senjata penulis cuma 1 : KATA-KATA.

Tidak ada aktor bergerak yang memerankannya, tidak ada musik latar yang mendukungnya dan tidak ada visual 3D di dalamnya.

(-)kalau aku pribadi kadang terfokus pada satu. Misal pertama feeling. Tapi adegan nggak jelas. Lalu kuedit, aku perjelas. Begitu nggak apa, Kak?

(+)boleh.

Kalau kita hanya menulis: evan menyukai alan. Mumngkin pembaca tidak terlalu ngeh, karena TIDAK MENINGGALKAN KESAN.

Diksi yang tepat, deskripsi yang pas
bisa didahului dengan menjelaskan situasi
misalnya: kelas tiba-tiba hening. semua mata tertuju pada Evan.<< Kita membentuk suasananya dulu.

Lalu dilanjutkan dengan: perlahan Evan berlutut di hadapann Anna. Meski ia ditatap dengan bengis, ia tetap menyungging senyum seraya mengasongkan bunga.

"Anna, mungkin ini norak."

"Tapi, aku menyukaimu"

Situasi dibangun secukupnya hingga tergambar jelas.

Kalau misal contoh kurang pasnya: kelas tiba-tiba hening. semua mata tertuju pada Evan.

Tapi ditambah dengan: di sudut ruangan, Habel yang sedang mengupil ikut menghentikan aktivitasnya.

Kan...merusak ya? Tujuannya apa ada si Habel?

Itulah yang dimaksud dengan deskripsi yang pas, diksi yang tepat.

(-)Kayak endapkan naskah dulu, 2 hari kemudian di edit, gitu kak ares?

(+)Ini lebih kepada mencari plothole atau membuang adegan tak penting
iya, memainkan kata tadi.

nah...gimana sih kita tau kalau kita sudah berhasil membuat SHOW?

cara gampangnya: minta temanmu membaca, dan dengarkan masukan dia.

kalau di dunia wattpad bisa ditandai dengan begini:
Ciri-cirinya, bisa dilihat dari komen pembaca:
-Shit! Gue baper elah.
-Ya ampuuun...jangan dikasih cobaan begitu banget napa, Thor. Thor bukan yang bawa palu itu, lho
-Astaga ... aku pernah ngerasain gitu
-Aku bingung kudu dukung yang mana, dua-duanya sama beratnya...Ugh, dsb
intinya, ketika pembaca merasa ikut PRIHATIN, saat itulah berarti udah membangun SHOW yang tepat.

(-)Brarti kalau blom dikomen, blom berhasil dong?

(+)belum tentu, karena masalah selera
tapi, setidaknya berusaha menuju situ.

SESI TANYA JAWAB

Q1: Kalo teknik show lebih baik digunakan di narasi ya? Kalo misalnya digunakan di dialog bisa kah?

A1: Teknik show biasanya digunakan di narasi. tapi, tidak menutup kemungkinan ada di dialog.

contoh:
kalau di narasi sudah ya kayak di atas tadi tentang Evan menyukai Anna.

"Bel, lo tau nggak? Kemaren si Evan nembak gue loh. Ya ampun, pake berlutut-lutut segala. Bawain bunga pula." < Show

tapi ketika Habel juga ada di tempat yang sama, logiskah kita membeberkan itu semua?
si Habel bakal jawab: "Ente kira, gue buta?"

Q2: Gimana caranya biar kita bisa memiliki diksi yang beragam?
Misalnya; kalo lagi mau nangis, kalimatnya "matanya memerah dan berair" dll. Itu aja mulu kalo dia mau nangis. Takutnya pembaca bosen.

A2:
Bayangkan ketika sedang menangis. Apa saja yang terjadi?

(-)Sedih, matanya merah, pipinya basah, ingusan,
(-)Matanya berair, hidung memerah, ingusan, mata lama-lama jadi sembab, bahu bergetar
(-)Terisak...

Contoh: Matanya memerah. Ada genangan air mata di sudut netranya. Hidungnya mulai membersit tak nyaman. Tak lama kemudian, isakan pelan lolos dari bibir mungilnya

(-)iya, tapi emosinya lebih dapat mana dibandingkan: matanya memerah dan berair?
Jadi semacam menuangkan emosi dalam tulisannya, ya?

(+)Ketika kita butuh pembaca lebih merasakan emosi, kita lakukan tapi..bedakan dengan:
lampu lalu lintas yang berwarna merah sudah menyala. sebentar lagi hijau. lalu menjadi kuning.

Itu gak perlu.

jadi, bedakan kapan harus show, kapan tell
delivery emosi bukan berarti semuanya harus di-show.

Kayak makan aja: sendoknya mengiris kue dengan perlaha, diangkatnya sampai ke bibir. baru ditelan. > ini nggak perlu.

Q3:

1. Show don't tell bisa dipakai buat semua genre, atau hanya genre tertentu yang mengutamakan ikatan emosi dengan pembaca?

2. Kapan harus show dan kapan harus tell? Ada batasan tertentu nggak?
Jadi harus menekan apa yang kita butuhkan untuk disalurkan ke pembaca ya

A3:

1. bisa dipakai di semua jenis genre, termasuk puisi.
2. karena menulis adalah soal selera dan rasa, maka kitalah yang harus menakar sesuai kebutuhan. termasuk action.

misalnya gini:
ketika cuma ditulis: dia terkena tembakan di dada.

bandingkan dengan ditulis:
Desingan peluru melintas di pelipisnya. nyaris kena. untung saja dia berkelit dengan cepat. namun, malang tak dapat ditolak, muntahan peluru berikutnya mengenai dadanya. membuat ia menjerit panjang dan tersungkur jatuh ke tanah.

Salah satu kunci membuat adegan action/ emergency adalah gunakan kalimat pendek.
efek buat kondisi emergency harus pendek2. baru kerasa.

Q4 : Kak, punya kiat khusus ga dalam membuat cerita dengan Show yang bisa membuat pembaca ikutan baper? Apakah dalam show ini termasuk juga saat kita menuliskan deskripsi si tokoh di dalam cerita? Berhubungan ga dengan penjelasan suatu karakter tokoh?

A4:
karena inti dari show adalah transfer emosi, jelas saja berkaitan.
kiat khususnya: ketika menulis sekali, lafalkan dengan pelan, apakah kamu sudah bisa merasakan emosinya?

tidak yakin?
minta bantuan teman. apakah dia bisa merasakan emosi yang ingin kamu sampaikan
bisa dengan cara: lo ngerasain apa pas baca ini?

karena pada intinya kembali ke emosi. kalau kita bisa mengajak pembaca MERASAKAN bukan sekadar MELIHAT saja, itu tandanya udah berhasil.

Q5: Apakah dalam show ini termasuk juga saat kita menuliskan deskripsi si tokoh di dalam cerita?

A5: iya, tapi tidak dengan menuliskan deskripsi tokoh dalam 1 bab.

Evan adalah CEO PT. Maju Mundur Diam di Tempat. Dia tampan. Tingginya 178cm. Bibirnya merah. Rambutnya ijo
no, jangan sekali2 mendeskripsikan tokohmu apalagi di bab 1 dengan narasi perkenalan anak baru masuk.

(-)Cara ngungkapin emosinya boleh pake pemekanan kak? Misalnya tanda (!)

(+)boleh.

"Irma," panggilnya.

dengan

"Irma, sini lo!" >beda rasanya.

Q6: Bagaimana cara membuat visualisasi storytelling emosi karakter lebih hidup? Misalnya: Raihana marah. Apakah dlm bentuk visual story tellingnya harus: wajah Raihana memerah, giginya bergetar, dan bibirnya dikerucutkan?

Apakah visualisasinya bisa lewat dialog org lain tntg pendapat mereka ketika Raihana marah? Misalnya: "Raihana, kamu lucu banget kalau lagi marah. Muka kamu jadi merah kayak tomat, gigi gemeletuk padahal panas di kota ini udah mau 100°, dan bibir kamu tuh dimonyongin kayak monyet. Gitu kan?

A6: visual storytelling bisa lewat narasi. bisa juga dengan penilaian orang lain
jadi, show tidak melulu narasi. tapi pandangan tokoh lain pun bisa.

Alex keki melihat Raihana ngomel-ngomel. Sambil mengorek kuping, ia memikirkan untuk menimpuk Raihana. Mungkin pakai panci, pikirnya

Jadi, si Raihana yang ngomel ini udah kita kasih kesan: menyebalkan
nggak ngomel2 biasa doang

Q7: Untuk show, ini agak kesulitan sih kak aku. Saat ingin menunjukkan suatu perasaan atau keadaan tokoh lainnya dengan menggunakan pov 1. Nah ini aku kadang kehilangan arah. Malah suka berujung sok tahu pas jd si Aku di pov 1 ini.

Bagaimana tips nya kak^^?

A7:
Dengan POV 1 maka angle cerita SELALU dari dalam pikiran karakter tersebut, dan kisah diceritakan dari sudut pandang si karakter sejak awal sampai akhir.

jadi POV 1 adalah selalu tentang apa yang dilihat tokoh, yang dia pikirkan, yang dia percayai. Yang dia rasakan, yang dia tangkap, yang dia pegang.

Batasannya ketika membuat show di pov 1 ya tanya lagi ke diri sendiri: ini yang dirasakan tokoh utama atau orang lain? Kalo tokoh utama berarti jalurnya tepat!

Dia ngelirik aku. Oh...astaga, udah kayak mau nerkam aja. Aku salah apa sih? Kayaknya ngga berat-berat amat. Aku kan cuma menyontek PRnya dari nomer 1 sampai terakhir.

Nah, mari kita bahas perkalimat ya....

Pertama>>> dia ngelirik aku--yang dilihat tokoh utama.

Kedua>>> Oh...astaga, udah kayak mau nerkam aja. Aku salah apa sih? Kayaknya ngga berat-berat amat. --pendapat tokoh aku.

Ketiga>>> Aku kan cuma menyontek PRnya dari nomer 1 sampai terakhir.--fakta yang dilakukan tokoh aku

Tapi ketika Show pov 1 -nya jadi seperti ini:

Aku duduk tanpa suara, sementara Alina mengambil sesuatu dalam kulkas di kamarnya. Lima detik kemudian, dia menyerahkan satu botol kecil air mineral dingin. Tanpa diperintah, aku langsung membuka tutupnya dan menyerahkan kepada Alina, menerima satu botol lagi yang belum terbuka untuk diriku sendiri.

>>>>Terasa melebar.
Benar sih dia mendetailkan apa yang dia lihat. Tapi gerakan membuak tutup botol, lalu menyerahkan ke orang lain, membuka lagi itu seperti rincian aktivitas bukan apa yang dia rasakan, dia pikirkan, dia pegang, dia pahami, dia anggap>bukan dalam perhatiannya.

Bisa juga sih seperti itu, kalau memang lagi merhatiin, tapi jangan sering-sering :D

(-)Jadi gak boleh menjelaskan secara detail aktivitasnya Kak?

(+)Untuk pov 1 disarankan lebih ke apa yang tokoh rasakan, pikirkan, lihat dan dia percayai.

(-)Jadi untuk pov 1 lebih baik banyak pake show apa tell, Kak?

(+)Sesuai kebutuhan :D

Contoh yang lebih tepat:
Bisa kurasakan bulu di sekujur tubuhku meremang. Sensasinya menjalar dari tengkuk turun ke pundak, menuju lengan dan berakhir dengan tanganku yang otomatis mengepal.

Ini berbeda dg yang di atas tadi kan? Karena ini menjelaskan apa yang dirasakan.

Berbeda dengan adegan membuka tutup botol lalu menyerhakan ke orang lain blabla--> terasa seperti POV 3 (!)

(-)Untuk selain POV 1 boleh dong Kak, dijelaskan secaran detail untuk menambahkan keterangannnya.

(+)kembali lagi: sesuai kebutuhan :D

pake perasaan, feeling ketika nulis. karena menulis sejatinya adalah menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat :)

Q8: Bolehkah di narasi show diselipkan sedikit kata yang agak 'tidak biasa' didengar orang lain bertujuan agar pembaca tidak bosan dan dapet kosa kata baru? misal: Sesungguhnya, Ren tidak menyukai hujan. Meski segala kakofoni yang tersebab butiran likuid yang menghujam bisa saja terdengar selayak lagu alun pengantar tidur, setidaknya bagi sebagian orang.

A8:
Gunakan diksi dengan kata-kata yang mendukung.

misal: liquid bening di sudut matanya. >liquid di-italic ya.

Ketika kita membaca itu, ada petunjuk: di sudut matanya.

Orang akan bisa mencerna bahwa yang dimaksud adalah cairan/air mata.

Q9:
Dalam pov 1 boleh kah kita mendeskripsikan karakter seseorang yang notabene kita benci, dengan kalimat-kalimat yg buruk, misalnya ejekan ato hinaan?

A9:

tergantung karakter yg kamu buat. kalau bagi dia terbiasa ngomong: kamvret, anjing, bazeng, biadab, jahanam, dan segala isi kebun binatang ya silakan.

Tapi kalo karakter yang kamu ciptakan anggun dan selalu bisa menahan emosi, maka ini ngga logis.

Yang penting konsisten dengan karakter yang kamu buat dari awal

(-)Kalo misalkan disadarkan, si tokoh jadi buat baik. Itu berarti gak konsisten kak?

(+)harus ada penyebab. Dalam fiksi semua harus sebab akibat.

Misalnya Mas Yuki yang demen mengumpat, lalu berteman dengan Mas Syukron yang mualim masjid, lama2 terpengaruh jadi baik. so what?

***

SESI GAMES> CEK WORK GAME THEWWG

AYO GAMES.... (!)

Buatkan 1 paragraf yang show dan tell sesuai kebutuhan tentang buku kamu yang dibalikin dalam keadaan mengenaskan. tapi yang minjem itu anaknya bos kamu. boleh pov 1/3.
temanya adalah: buku kamu kembali dalam keadaan tidak baik2 saja. Tapi yang minjem adalah anak bos kamu :D

****

****

Terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk berbagi ilmu, dan belajar bersama kami, Jazakallahu khoir. ^^

***
Mohon maaf atas kesalahan, kata, atau pun tulisan. Kami menerima kritik dan saran. By admin irmaharyuni

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro