34. Menaklukkan ODOC {OneDayOneChapter}

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari: Sabtu-Minggu, 25-26 Februari 2017
Materi: Menaklukkan Tantangan One Day One Chapter WWG
Tutor: Metha MethaSaja
Notulen: Johana MosaicRile
Disclaimer: theWWG

=====>>>>>=====<<<<<=====

Halo!Kenalkan, aku Metha. Aku anggota Gen 3 yang bersahaja. Wkwkwkk. Umur masih 23. Status pegawai biasa (haha).Saat ini aku tinggal di Pekalongan. Kalo mampir ke Pekalongan, boleh ketemuan sama aku ya.*asik, ketemuan :p

***

Nah, seperti yang kalian tahu, Gen 3 telah melalui masa-masa ODOC (One Day One Chapter). :)

Event ini dimulai tanggal 20 Januari 2017 sampai 19 Februari 2017.

Tiap hari, peserta harus update satu bab cerita.

Kebayang betapa hebohnya, kan?

Kebetulan, aku berhasil mencapai target sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan.

Di pertemuan ini, aku mau sharing tentang pengalamanku selama ODOC supaya teman-teman punya gambaran buat menyiasati event serupa.

Fyi cerita ODOC aku judulnya Meeting You (Gen 4 pasti tahu nih cerita mana yang kumaksud).

Jadi, sebelum mulai nulis ceritanya, ada beberapa hal yang aku siapkan, seperti:

1. Pesan/nilai moral

Jelas ini pesan apa yang hendak disampaikan dalam cerita. Dengan adanya pesan, menulis cerita jadi lebih mudah. Percaya deh!

Pesan ODOC-ku:"Iri dengki dan menyalahkan orang lain tidak menyelesaikan apa-apa."

Kalau kita sendiri bingung pesan apa yang mau disampaikan dalam cerita, otomatis tulisan kita bakal terhambat. Kayak, "Ngapain ya nulis beginian?"Cerita nanti terasa hampa. Kan nggak enak.

2. Premis

Premis adalah ide pokok cerita.

Premisku kubuat dalam satu kalimat:"Kakak terpilih jadi model tanpa perlu berusaha, sedangkan adik yang sudah susah payah caper malah tidak terpilih."

Iya. Biar kita fokus sama cerita kita. Nggak ke mana-mana.

Premis bisa juga dibuat dengan model ini (courtesy of materi thewwg:

Tokoh: 
Tujuan: 
Rintangan: 
Risiko: 
Resolusi:

 Atau kalau mau yang lebih klasik lagi, gunakan 5W+1H (what, why, where, when, who, how).
{Pernah dibahas sebelumnya bersama Kak Amur dan Mba Nisa. Kalian bisa lihat kelas menulis jilid 1 di akun NisaAtfiatmico ;) }

3. Tokoh

Siapkan tokoh dan karakteristik mereka.

Ini wajib hukumnya dalam cerita ya.

Setiap tokoh dikasih peran masing-masing juga.

Misal:
- Lucia (utama): galak, jutek, terang-terangan, sayang sama adiknya. Tinggi, kurus, rambut sebahu lebih sedikit, matanya menonjol (belo).

- Lisa (utama 2): manis, lembut, feminim, cantik, munafik, benci anak-anak. Tinggi, langsing, rambut sepunggung, modis.

- Nora: rambut sebahu, pirang, modis, awet muda. Dia yang menyebabkan konflik- El: anak SMP. Pendek, kurus, polos. Keluguannya membuat Lucia dan Lisa melek.

4. Setting

Sebenernya, aku mau ambil setting Cote d'Azur di Prancis buat ODOC aku kemarin.

Namun, setelah aku timbang dan timbong, aku bertanya, kenapa pula harus Prancis? Kenapa nggak Indo aja?

Lagian, cerita bakal tetep jalan walau nggak pake setting luar, kan?

Maka, aku memilih Bedugul sebagai setting.

Kenapa Bedugul?

Karena aku dari Bali, dan aku familier dengan Bedugul.

Memilih setting yang familier bisa memangkas waktu riset, lho!

Jadi, fokus kita menulis nggak terpecah untuk riset setting.

5. Outline

Setelah yang di atas itu sudah terpenuhi, sekarang masuk ke outline.

Tahu kan apa itu outline, ya.

Outline itu kerangka karangan yang membantu penulis mengembangkan plot.
Buat keep track, istilahnya.

Ini berguna banget supaya ide cerita kita nggak lenyap.

Aku selalu bikin outline sebelum nulis cerita.

Outline-ku simple, sebenernya.

Perencanaan setiap bab aku bikin dalam beberapa kalimat yang mewakili keseluruhan isi bab itu.

Example:

1. Lucia (21) mahasiswi semester akhir, sedang sebel sama kuliah. Adiknya, Lisa (18), memintanya pulang kampung. Lucia setuju dengan alasan ingin mencari ketenangan.

2. Di kampung, Bedugul, Lucia mendapati Lisa sedang menjadi tutor seorang anak SMP bernama El (13). Lucia bingung karena Lisa mendadak jadi tutor anak-anak padahal setahunya Lisa benci anak-anak. Lisa bilang, dia menjadi tutor El karena ibunya adalah Nora, desainer yang dia idolakan.

3. Nora (40) datang ke rumah, berkenalan dengan Lucia. Lisa mengakui tujuannya mentutor El yang sebenarnya adalah agar dijadikan asisten atau mendapat banyak informasi dari Nora yang dia idolakan.

Nah....
Setelah yang di atas itu siap semua, aku mulai tulis.

Karena ODOC ini waktunya singkat, maka aku stok naskah banyak-banyak.

Kebetulan, waktu itu aku pengangguran banyak acara.

Pagi sampe siang bantu-bantu di rumah, sorenya aku nulis.

Aku nulis sebanyak yang kubisa. Di laptop, di hape, di buku.

Tulisan kacau? Nggak peduli!

Yang penting terus nulis!

Pas pertengahan ODOC, aku mulai kerja.

Untungnya aku udah stok banyak, jadi tinggal edit draft kasarnya saat nyolong waktu di kantor. Kerja iya, ngedit iya, ODOC tetep jalan sampai selesai.

Kuncinya, tetep PD dan yakin kalau kamu bisa nyelesaiin tulisanmu. Pemikiran demikian akan jadi semacam sugesti positif buat kamu. Jangan berpikir nggak akan bisa nyelesaiin naskah, padahal mulai aja belom. Hehe.

BONUS!Tips dan trik menghadapi kebosanan saat menulis (ala Metha):

Seringnya, kita bosan saat menulis. Sudah nulis sampai bab sepuluh, eh bosan.

Dengan dalih bosan, kita malah browsing atau chatting sampai kebablasan.

Alhasil, sampai deadline berakhir, karya kita masih ngadat di bab sepuluh dari target tiga puluh.

Penyebab kebosanan biasanya adalah:

1. Muter-muter di satu peristiwa saja.

Ini juga aku alami pas nulis naskah lain. Jadi, di naskah itu, tidak ada peristiwa lain yang menunjang konflik utama.

Plot berputar-putar tidak keruan, dan alhasil yang dibahas hanya itu-itu saja. Otomatis, penulis jadi bosan sendiri.

Contoh: Mimi sedang galau dan ketakutan setelah sahabatnya, Evan, meninggal dunia. (ini konflik utama).

Mimi mencoba melarikan diri dengan berpura-pura masa bodoh.

Tipsnya: Ciptakan ledakan-ledakan di tiap bab.

Maksudnya, berikan sesuatu yang wow.

Paling tidak, di tiap bab ada suatu hal penting yang dialami oleh tokoh.

Mengambil contoh di atas:Mimi sedang galau dan takut. Karena hal itu, dia jadi sering murung. Teman-teman tidak suka, dan mereka menghindari Mimi. Mimi pun sendirian.

Saat itulah dia teringat pesan Evan jauh hari lalu yang menyuruhnya untuk menjaga persahabatan. Mimi akhirnya berusaha mendapatkan teman-temannya lagi.

2. Mau nulis apa, yak? (writer's block)

Ada suatu kasus:X (seseorang):
"Metha-san, aku kok bingung ya mau nulis. Padahal di kepala udah ada nih ceritanya, tapi pas mau ditulis, eh ilang semua! Writer's block kali, ya?"

M (Metha):
"Beneran cerita di kepalamu udah klop? Kok kesannya kayak masih ngambang gitu, jadi kamu nggak tahu mau nulis apaan."

X: "Udah lah!"

M: "Kalo udah, ya tinggal ditulis aja."

X: "Tapi inspirasinya nggak dateng-dateng!"

M: "Inspirasi jangan ditunggu. Inspirasi itu dicari!

X: "Caranya?"

M: "Nulis, dong! Bisa nulis drabble, random, ceracat-cerucut, atau apa aja juga boleh! Atau bisa juga lihat lagi outline kamu untuk menutupi bolong-bolong yang tertangkap mata. Writer's block bisa diatasi dengan menulis. Semakin banyak kamu menulis, semakin minggat si writer's block."

3. Terlalu banyak informasi

Kamu sedang menulis tentang kepolisian.

Wah menarik, nih!

Kamu memilih suatu kasus sebagai konflik cerita. Kamu mulai menuliskan tentang seluk beluk kasus, hukum, pasal, sampai olah TKP.

Kata per kata, dengan sangat detail dalam narasi berlembar-lembar.

Alhasil, bukannya jadi novel, karya kamu malah bisa disetarakan dengan buku pelajaran.

NAAAAHHHHH! Kan jadi bosen juga.

Kayak, "Yaelah. Gue mau nulis buku pelajaran apa novel? Males ih!"

Tips: Tuangkan informasi itu ke dalam dialog dan aksi tokoh-tokoh.

Misalnya soal kepolisian, buatlah sang polisi sedang berdiskusi atau menerangkan info kepada keluarga korban.

Dengan demikian, cerita tetap berjalan dan informasi tetap tersampaikan.

4. Rasa Takut! (Kamu takut mau nulis.)

Takut dikritik, takut ceritanya jeleq, takut nggak dapet vomment banyak, takut nggak ada yang view.

Awalnya takut, lalu males, terus bosan, dan akhirnya nggak kelar. 

Tipsnya, balik lagi ke diri kamu sendiri.

Nulis buat siapa? Viewer? Nggak kan?

Nulis buat kita sendiri, buat passion, happiness. Kalo nulis buat popularitas, mungkin menulis bukan passion-mu.

5. Ingin jadi sempurnaIni juga sering terjadi.

Kamu nulis 10000 kata, lalu merasa nggak sreg. Maka kamu balik ke kalimat pertama untuk ngedit.

Padahal karyamu belum jadi seutuhnya (!)

Ingat, nulis dan ngedit berbarengan itu menyita waktu banget.

Tulislah dulu sampai selesai, baru setelah itu edit.

Sekiranya, demikianlah sharing aku.

***

SESI TANYA JAWAB

Q1:
Metha, odoc kan 30 part. Gimana sih trik kamu bikin kerangka pas 30 part itu dan pas bgt di-ending. dipadetin per-part ato gmn?

A1:
Supaya pas 30, aku usahakan setiap bab ada peristiwa penting. Minimal 1000 kata per bab, lalu diendapkan, dan diedit supaya makin padat berisi.Peristiwa penting itu bisa dilihat dari lingkungan dan kehidupan tokoh sehari-hari. Nggak mungkin kan si tokoh mendekam aja di rumah. Hehee.

Q2: Kak, jadi ceritaku tuh banyak menceritakan kejadian masa lalu tokoh. Otomatis banyak falsbacknya. Jadi, bagaimana caranya menertralisir banyaknya adegan flasback dalam sebuah cerita ketika kita mengungkapkan kejadian masa lalu si tokoh? Karena kalau kita pakai flasback kebayakan malah bakal gangu alur sama feel cerita kita.Kasih tips dong kak menurut kakak.Terima kasih kak metha.

A2:
Kebanyakan flashback ya? Kenapa gak diceritakan dari masa awal terjadinya flashback aja?Misal, cerita di masa kini (tahun 2017), flashback ke tahun 2000, trus 2001, 2002, sampe balik lagi ke 2017.Kan lebih enak kalo bercerita secara runut dari tahun 2000-2017. Ceritakan peristiwa apa aja yang terjadi selama jenjang waktu tsb.

Q3:
Menurut kak metha apakah efektif bila melakukan penyegaran, misalnya jalan2 kemana gitu, terus mengamati benda-benda yang dirasa menarik untuk dijadikan tulisan random? atau menurut kk itu tergantung orangnya? lalu pernahkah kk macet menulis untuk waktu yang lama? kalau iya, bagaimana mensiasati kendala menulis tadi bila yang kk sampaikan di awal masih belum ampuh juga? makasih kak!

A3:
Boleh banget. Refreshing juga penting buat otak kita. Ide-ide segar bisa bermunculan sehabis refreshing.Pernah. Macetnya lamaaaa banget. Setengah tahunan. Caraku menyiasati adalah dengan menulis. Menulis dan menulis sehancur apa pun tulisanku.A3a:Aku hiatus sekitar Juni 2016. Baru aktif lagi Desember 2016. Semua berkat WWG.

Q4 :
Kak Metha aku mau nanya. Misalnya, 'kan udh bikin outline terus udh jadi nah pas di publish ternyata pengen dirubah alurnya. Boleh gak sih Kak? Karena faktor alur yang mungkin berakibat fatal pada kesalahan lain. Boleh gak Kak diubah dari awal?

A4:
Boleh.
Tentu, boleh.Jangan berpatok kaku pada outline. Melenceng boleh kok demi perbaikan cerita kita.Aku juga gitu kok

Q5 :
Kak, untuk bikin ledakan di setiap Bab itu apa harus pake sebuah konflik? Terus untuk outline, gimana kalo tiba-tiba di tengah jalan kita nemu ide yang bagus plus nyambung sama cerita kita, apa harus kita merombak outline yg telah dibuat?

A5:
Bisa pake konflik ringan.

Konflik ringan ini usahakan nyambung dengan konflik utama, dan jangan sampai konflik kecil malah menenggelamkan konflik utama. Bahaya (haha)Boleh diubah kok outline-nya. Masukan ide baru, lalu sesuaikan.

Q6:
Bagaimana cara menanggulangi terjadinya plothole? Di luar bikin outline lo ya.

A6:
Coba baca ulang karya kamu dengan memposisikan diri sebagai orang awam.

Selesaikan dulu naskah, endapkan, dan baca ulang. Nanti pasti ketemu bolong-bolong dengan sendirinya. Cara lain, kamu bisa minta bantuan first reader. Aku pernah nerapin dua cara ini, jadi nggak sekadar bergantung sama first reader.

Q7:
Bagaimana mengkondisikan atau membuat sebuah ide cerita yang matang agar tidak terjadi kegalauan di saat "menatap" outline yang kita buat? Aku pakai outline, poin lengkap, namun sulit konsisten dengan poin-poin tersebut.

A7:
Coba lihat logika kausalitas (sebab-akibat) naskah.

Apakah adegan A berefek pada adegan B?

Apakah tokoh X ada hubungannya dengan plot?

Naskah yang kurang matang biasanya kepentok di kausalitas. Jangan ragu untuk hapus adegan dan tokoh yang kurang mendukung.Btw, untuk melenceng dari outline, itu nggak masalah ya. Outline itu bukan harga mati. Outline hanya sekadar membantu kita keep track bukan mendikte.

Kalau mau diubah, silakan. Asal mendukung kelogisan naskah.

Q8:Bagaimana caranya agar saat menulis suatu naskah kita tidak tergoda untuk menulis naskah lainnya? Padahal naskah yang satu belum selesai sama sekali dan akhirnya malah menjadi jamuran dan lumutan dan apalah karena ditelantarkan sebab tergoda untuk buat yang baru. Dan siklus terulang sampai dunia kiamat //ketawa gaje// Well, ini sering sekali saya alami :v

A8:Wakakakakaa Kori, Kori XDKori-san tipe yang mudah terdistraksi, ya. Ibaratnya, hatimu terpecah untuk banyak naskah.

Tipsku, cintailah naskah yang jadi fokus utamamu dulu.

Caranya mencintai adalah dengan bertanya ke diri sendiri, apakah kamu benar-benar mengenal tokoh dan memahami seluk-beluk naskahmu?

Apakah tiap adegan dan tokoh itu ada tujuannya?

Atau jangan-jangan, malah cuma numpang tampil supaya keren?

Apa sih pesan moral di cerita itu?

Kedua, stop membandingkan satu naskah dengan naskah lain.

DILARANG KERAS!

Membanding-bandingkan begini seratus persen bikin G.A.L.A.U!

Aku pernah ngalamin ini. Hasilnya: "Ih, kok yang ini lebih gini sih? Kok yang ini melenceng ke mana-mana? Gak banget deh! Males ih! Nulis yang baru aja!"Hati-hati ^^

Q9:
1. Gimana caranya menulis dengan hati bukan karena kewajiban. Aku merasa setengah hati pas nulis odoc. Karena kata 'wajib' di otakku.

2. Masalah waktu dan mood. Kalo udah cape hayati dan otak di kantor. Eike males nulis. Odoc sampe ngutang. Please help me. Karena hal ini eike mau cuti satu minggu.

A9:
1. Oh, kasusnya sama dengan yang kemarin sempet dibahas di kelas. Kembali lagi ke tujuan menulis, apakah untuk kesenangan?
Sebab senang itu nggak cuma hak, tapi wajib hukumnya.Apa pun itu, kalau dijalani dengan cinta, pasti nggak akan terasa menekan. Karena di balik kewajiban, ada hikmah.

2. Harus cakap mengatur waktu, ya. Rehat sejenak dulu, baru nulis lagi.Kalo soal mood, jangan tunggu mood-nya sampai membaik. Aku pernah nunggu mood membaik sebelum nulis, hasilnya naskah malah terbengkalai. Walau mood masih jelek, yang penting nulis dulu. Mau itu sekalimat atau separagraf, nggak masalah. Seiring dengan semakin banyak kalimat dan paragraf, mood menulis bisa membaik sendiri.

Pengalamanku:
Aku pernah hiatus dari Juni 2016 sampe Oktober 2016.

Selama jenjang waktu itu, aku bad mood dan nggak nulis sama sekali.

Saat itu, aku benci menulis. Aku putus asa. Menulis jadi musuh besarku.

Kemudian, aku berpikir, gila bener aku kalau musuhin apa yang selama ini jadi passion-ku. Emangnya nulis buat popularitas?
Buat penerbit? Buat reviewer?
Gile lu, Tha!

Dan aku mulai buka laptop, menulis. Awalnya terasa berat. Mau nulis satu kalimat aja beraaaat banget. Sampe pengin nangis.

Tapi aku paksain. Kalimat per kalimat akhirnya jadi paragraf, dan terus hingga menjadi separuh bagian novel (work-ku di WP yang judulnya Of Pride and Joy).

Yang awalnya nggilani (bhs Jawa: mengerikan), kini kembali terasa indah!

Sakit hatiku pun sudah tak terasa lagi. *waaahh kita terharu Mba Meth

Q10:
Kak Metha kan selalu membuat outline di setiap ceritanya. Pernahkah kak Metha melenceng dari outline atau kurang sreg dengan outline yang sudah tersusun rapi?

A10:
Pernah, dong.
Untuk menyiasatinya, aku baca ulang outline dan pangkas sana-sini. Ada yang lebih bagus, aku tambahkan. Lalu sesuaikan lagi supaya kelogisannya terjaga.

Q11:
a. misal kita udah bikin poin2-nya. antar bab kadang ada sedikit hole. maksudku, antar scene akhir bab 1, dan awal bab2 apakah harus nyambung? biar nggak kerasa hole/loncat gimana?

A11:
Nyambung maksudnya, misal bab 1 hari Senin, bab 2 hari Selasa?
Kalo gitu, nggak harus sih. Bisa juga kok lompat ke beberapa hari setelah event di bab

1. Perpindahan itu relatif ya, menurutku.

Menurut aku, supaya nggak ada plot hole dan loncat yang nggak enak, akhiri bab dengan sesuatu yang menjanjikan (bikin penasaran), lalu mulai bab baru dengan jawaban atas sesuatu yang bikin penasaran tadi.

Misal kita udah bikin poin juga, ternyata pas deskrip/narasi kita panjang. dan itu lumayan penting, bisakah kita memotongnya, lanjut di bab berikutnya?
atau kita mesti 'merapatkan'adegan cukup di part itu saja [sesuai dengan poin]Kalo memang ada banyak info yang harus dituangkan, mending dibikin dalam satu bab.

Takutnya, kalo babnya beda tapi isinya masih seputar topik yang sama, malah kurang enak.

Q11a:
Contohnya? Akhir part yg bikin penasaran lalu diawali bab berikutnya lewat yg bikin penisirin itu?

A11a:Yang bikin penasaran.
Misal di bab 1 berakhir dengan nada org tertembak

Bab 2 bisa dimulai dengan adegan pamakaman si org yg tertembak(contoh ya)

Q12:
Misal kita bikin outline trnyata panjang banget. Seperti ada sesuatu yang harus dicut partnya.
Itu caranya harus diendapkan juga?
Trs kalau merevisi plot hole, logika, atau kesia2an adegan itu bagaimana sih caranya?
Apa memang butuh pelan2?

A12:
Pelan-pelan aja. Kalo terburu-buru, nanti malah nambah plot hole. Aku pernah gitu kok. Revisi kesusu, malah makin bolong.Diendapkan, lalu minta pendapat first reader.

Q13:
Kak, kasih tips buat alur campuran yang baik dong(alur maju mundur)Terima kasih kak.

A13:
Semua alur baik ya. Buat alur maju-mundur, misal si tokoh di masa kini (2017) menonton acara lawas keluaran 1980.
Karena acara itu, dia mengingat kembali masa mudanya di tahun 1980. Saat dia masih pacaran, sekolah, dll.Itu bisa dijabarkan dalam narasi, jadi gak perlu ketik italic.

Contoh, ya:
Paul menatap televisi di seberangnya. Layarnya hitam mengilat, datar seperti selapis kain dibentangkan. Jamannya muda dulu, televisi tidak seperti itu. Televisi berlayar cembung seperti perutnya.
Dia meraih remote, dan menyalakan televisi.

Tampilan layar berkedip sekali, kemudian menghadirkan tayangan bernuansa hitam putih. Di sana ada seorang pria dan wanita sedang berdansa, lantunan musik jazz lawas menemani iringan langkah mereka. Lagu itu ... lagu yang dulu sempat booming tahun 1980-an.

Paul ingat, lagu itu selalu menemani hari-hari mudanya yang penuh energi--lebih dari riga puluh tahun lalu.

Saat dia mengemudikan mobil butut yang dia banggakan, saat dia menyatakan cinta pada Elaine--sayang sekali Elaine menolaknya. Dan apa kata Bud, sahabatnya waktu itu?

Cinta tidak lekang dimakan usia."Mungkin benar, Bud," gumam Paul, merasakan air mata merebak.Dst

Q14:
1. Kak Meth, gimana caranya bikin suatu cerita, temanya ringan, minim konflik, tapi ttp enak dibaca. Sedangkan kalo ledakan2 konflik kan kayak tiap part bikin penasaran jadi seru dan ditunggu2. Nah, kalo mengambil tema ringan, cemana dunk? Haruskah tiap ledakan itu ada? Minta tips dong.

2. 1 lagi yak. Gmn meminimalisir paragraf yg kebanyakan deskripsi/narasi biar gk bosen?

A14:

1. Tema bisa diambil dari kehidupan dan lingkungan. Misal, anak yg lagi bingung mau ambil jurusan apa.

Coba lihat ke isi hati para tokoh. Pasti galau gimana gitu. Mau ikutin ortu, atau ikutin kata hati, atau malah ikutan temen aja yg gak kuliah sama sekali. Di situ kamu bisa gali untuk kejutan-kejutannya.

2. Diselipi dialog atau munculkan tokoh lain untuk berinteraksi.

Q15:
Kak metha sebelum mulai menulis apakah ada ritual tertentu, semacam kudu sepi, atau sedia playlist, atau cemilan.

Intinya, adakah trik yg kak metha bs bagikan biar saat menulis itu bs mengalir lancar jaya selain outline yang emang udah ditentukan? Sikon atau apa gitu. Lol.

A15:
1. Ritualku sebelum nulis? Yang pasti, aku gak punya playlist saat nulis. Mendistraksi. Sepi iya. Makan dulu, mandi. Sudah seger dan fit, nulis pasti lancar.

Q15A:
Jika tulisan butuh riset. Apakah risetnya selama menulis, atau bhn risetnya sudah terkumpul sebelum memulai outline.

Q15B:
Sejauh mana peran seorang first reader dalam naskah kak metha? Apakah dari outline-kelar, atau hanya setelah selesai naskah sj, sebelum revisi?

A15a: Kalo aku, bahan riset sudah terkumpul sebelum mulai nulis. Biar nggak keder pas nulisnya. Fokusku bisa ke mana-mana kalo nulis sambil riset.

A15b:. Sebelumnya, aku belum pernah konsul outline. Baru sekali pas ODOC itu aja. Aku konsul ke first reader setelah naskah melewati masa pengeditan pertama. First reader banyak membantu nutupin lubang-lubang di cerita. Kritik mereka pun sangat bermanfaat.


Q16:
Kak metha gimana cara menimbulkan rasa percaya diri di tengah part sampai ke ending. Aku pernah merasa gag pede minta ampun di tengah part gitu, berasa tulisanku tak layak baca, imbasnya jadi molor update gitu, kakk. Itu begimana mengatasi kek begitu?

A16:
Hmm gak PD ya? Penulis harus PD, lho. Kalo aku, gimana pun hasil tulisan, aku publish aja. Bilang ke diri kamu, kamu bisa dan kamu keren! Sugesti positif.Terima kritik dengan terbuka. Ucapkan makasih pada pengkritik. Makin banyak dikritik, makin kuat mental dan makin PD kita.

***
Sekian sharing dari Kak Metha.

Semoga materi ini bermanfaat. Terima kasih, Kak Metha!

***

Terima kasih Kak Metha,  semoga kebaikannya melimpah.  :)

***

Mohon maaf apabila ada salah kata,  atau tulisan.  Kami menerima kritik dan saran.  Juga kami terbuka dengan pendapat lain, atau tambahan dari pembaca, juga tanggapan. :)

By admin irmaharyuni

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro