3. Karakter Plan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari, tanggal: Jumat, 28 Desember 2018
Pukul:  19.00 WIB
Materi: KARAKTER PLAN
Tutor: Astrid beingacid
Moderator: Alfiana D. Puspita
Notulen: Kim

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Hai semuanya, namaku Astrid, kalau ada yang sudah pernah kebetulan mampir ke WP atau IG dengan nama akun @beingacid, itu aku.

Di WWG, aku penghuni Gen 2. Sekarang udah nggak terlalu aktif nulis, tapi sudah ada 2 buku yang dicetak (satu sendiri, yg satu lagi diterbitkan oleh Loka Media).

Kalau ada juga yang sudah pernah dengar Lumiere Publishing, itu aku yang kelola.

Udah, segitu aja perkenalannya, ya.

Hari ini materinya soal Karakter Plan. Aku mungkin sharing aja kali ya dari beberapa hal yang aku comot-comot dari segala macam sumber.

Karakter itu adalah hal paling mendasar yang kita harus punya sebelum mengembangkan elemen lainnya. Kenapa begitu? Karena tanpa karakter, pasti nggak ada alur yang bisa dikembangkan.

Jadi, bagaimana kita mengembangkan karakter?

Yang biasanya aku lakukan adalah membuat satu karakter utama terlebih dahulu. Aku gali sedalam-dalamnya tentang si karakter itu. Mulai dari ciri fisik, sikap, sifat, masa lalunya. Pokoknya semuanya.

Setelah itu, aku tentukan tujuan dia di cerita itu apa. Dengan karakter yang seperti itu, apa yang mau dia capai; itu yg akan menjadi premisnya.

Biar cerita menarik, tentu kita harus bikin lawan mainnya di cerita tersebut. Buatlah karakter lain. Sama solidnya dengan karakter pertama. Biasanya dalam sebuah cerita minimal ada 2 karakter utama.

Nggak mesti bertentangan secara sifat (misalnya cewek pendiam ditaksir bad boy), tapi yang pasti kepentingan mereka (atau tujuan mereka) dalam cerita harus bersinggungan. Makin runcing persinggungan itu, biasanya pembaca makin suka. Makin besar perbedaan mereka, makin suka orang ngikutinnya. Kita sebagai penulis pun makin mudah mengembangkan alur karena bakalan bisa mengangkat banyak konflik yang bikin dua karakter utama tadi 'beradu'.

Biasanya muncul pertanyaan: haruskah semua tokoh yang muncul dalam cerita kita punya karakter yang sama solidnya dengan karakter utama?

Sebaiknya sih iya, tapi kalau misalnya angkat cerita genre teenlit yang isinya satu sekolahan gitu, kan pusing ya mengembangkan puluhan karakter. Jadi kita bisa ambil beberapa karakter pembantu yang mungkin nggak perlu kita gali sampe back story-nya segala karena mungkin nggak relevan. Hanya, mungkin sikap-sikap dasar aja yang menjadi pembeda si tokoh A, B, C, D, dst.

Kalau sudah mantap di karakter, ada tahapan yang lebih susah lagi, yaitu menjaga konsistensi karakter.

Ini mungkin akan lebih sering terjadi saat menulis dengan PoV (Point of View) 3, karena penulis mengetahui semua tokoh-tokohnya. Makanya perlu karakter plan. Misal, kita melabelkan si A sebagai pendiam dan introver. Nggak masuk akal kalau tiba-tiba dia stres dan pergi ke kelab malam. Pikirkan lagi apa yang wajar dilakukan orang-orang pendiam dan introver ketika mereka ditimpa masalah. Melabelkan karakter apa saja pada sebuah tokoh itu hak mutlak penulis, tapi jangan lupa kita juga harus menjaga label itu sampai cerita kita selesai.

Intinya sih, kita harus kasih label karakter dan tujuannya mereka dulu. Lalu bergerak bersama-sama dari titik A sampai akhir berdasarkan dengan reaksi dia pada label karakter yang dia punya itu.

Ada lagi pertanyaan seperti ini: Boleh nggak kalau karakter tokoh aku berubah di tengah-tengah cerita?

Pikirkan ini: apakah mungkin orang yang aslinya pendiam, karena suatu kejadian, langsung bisa cerewet? Rasanya nggak mungkin kecuali pendiamnya itu bukan sifat aslinya. Mungkin dia bisa 'bergerak' dari karakter A ke karakter B, tapi dia nggak bisa berubah ke arah yang berlawanan.

Perhatikan deh semua cowok dingin atau bad boy. Semuanya punya masa lalu yang membuat mereka jadi seperti itu. Ada trigger-nya. Di balik trigger itulah sifat asli mereka. Makanya, jika penjelasan atau alurnya cukup baik, pembaca nggak akan kaget kalau dia tiba-tiba hangat ke pacar atau perempuan yang diingininya.

Tapi kalau aslinya memang dingin ya jangan tiba-tiba jadi cowok super duper romantis dan hangat. Kita harus mempelajari: gimana sih wajarnya cowok dingin dalam sebuah hubungan. Dingin bukan berarti dia nggak bisa mencintai, kan?

Yang terakhir sebelum tanya jawab, aku share tips, ya.

Biasanya aku akan tulis selengkap-lengkapnya soal karakter itu di buku. Jadi ketika menulis, misalnya aku khilaf atau lupa karakter dasar apa yang aku kasih ke sebuah tokoh, aku bisa baca ulang dan memikirkan adegan atau kejadian yang lebih sesuai. Karena ada kalanya ide adegan atau kejadian itu datang di luar dari peta karakter yang kita sudah buat. Atau bisa juga idenya membuat tokoh kita bertindak di luar karakternya.

 

—Sesi Tanya Jawab—

Q1:
Kak, gimana sih bikin karakter yang bisa hidup gitu? Ada tipsnya, nggak Kak?

A1:
Pakai karakter-karakter yang ada di sekitar kita. Itu tips yang paling mudah sih.

Tips lain sebenernya terletak pada perencanaan karakter ini. Kalau semua aspek sudah lengkap pada si karakter tokoh A, dia akan terasa nyata dan konsisten seperti 'manusia' pada umumnya.

Q2:
Kak, apa kita bisa menggabungkan kedua sifat yang tadi kakak bilang berlawanan? Misalnya karakterku itu suka bercanda dan hobi main game saat santai. Tapi dalam bekerja dia tetap profesional. Kan itu dua sisi yang berbeda.
Masuk akal nggak?

A2: Aku nggak merasa itu karakter yang berlawanan, sih. Sama kayak contoh tadi bahwa seseorang bisa bersikap berbeda saat dia berada di situasi yang beda.

Orang pendiam akan tetap bisa membawakan presentasi bisnis sukses, karena itu skill bukan sifat. Tapi kalau dia mungkin harus melucu atau basa-basi nggak jelas dalam presentasi tersebut, dia mungkin akan kesulitan.

Kalau misalnya ada yang bersinggungan dan kamu nggak yakin, mungkin bisa minta pendapat orang lain yang sekiranya pas dengan lingkup yang ingin kamu tulis. Lalu kamu tanya, wajar nggak orang dengan karakter xxx bersikap yyy. Kalau wajar berarti nggak aneh.

Q3:
Kak, kalau menjaga konsistensi karakter yang menggunakan PoV 3 tadi bagaimana, Kak? Apa tetap fokus ke karakter yang paling utama atau bisa keluar masuk isi kepala masing-masing tokoh? Mohon dijelaskan, Kak. Aku kurang ngerti😅.

A3:
POV3 membuat penulis bebas masuk ke kepala siapa saja. Kalau aku sendiri sih perlu banget catatan karakter karena aku tukang ganti-ganti kepala kalau di cerita.

Kalau pakai PoV 3 saat di narasi, mungkin nggak bakalan terlalu 'bocor'. Yang aku biasanya temukan sih justru di dialog.

Bocor dalam artian dialognya A terdengar seperti B. Ada juga yang nulis semua tokoh dalam cerita tersebut punya tone yang sama kalau ngomong.

Q4:
Nah kak, kan kalau PoV 3 bebas keluar masuk isi kepala antar tokoh. Gimana caranya biar nggak jadi spoiler? Maksudnya itu biar ceritanya tetap bikin penasaran tanpa spoiler gitu, soalnya kalau isi kepala tokoh yang beda nanti jadinya malah spoiler. Atau jangan mengorek terlalu dalam pemikiran antartokoh? Fokus ke karakter yang benar-benar utama saja? Aku masih bingung dan tambah bingung dengan pertanyaanku sendiri😂.

A4: Karakter itu justru harus jelas diberikan ke pembaca, sekalipun karakter yang mau kita tuliskan adalah kedok (misal merencanakan plot twist).

Kalau berada dalam suatu adegan sebisa mungkin fokus dengan pemikiran para tokoh soal kejadian itu. Usahakan jangan melebar ke mana-mana.

Catatan: Soal fokus cerita, dari awal kan kita memang menceritakan tentang 'seseorang' yang punya tujuan. Semua cerita emang fokusnya di dia, tapi kita juga mengembangkan karakter lain. Jadi, apa pun yang terjadi, mau PoV berapa pun, pasti fokusnya di satu orang. Mau ganti PoV 1, kelilingan semua tokoh pun sumbernya hanya satu: si tokoh utama kita tadi itu.

Contoh: Contoh paling gampang: Harry Potter. Itu kan premisnya sederhana sekali: seorang bocah lelaki yang berusaha melawan kekuatan jahat yang membunuh ayah ibunya.

Sepanjang HP 1-7 kan bahas itu doang intinya. Tapi kita nggak hanya mengenal Harry, tapi ada Ron, Hermione, Dumbledore, Sirius, dll. Mau diceritain dari sisi mana pun dan siapa pun, garis bawahnya cuma satu: si premis tadi.

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Wah, seru juga, ya, pembahasan malam ini. Kita jadi diingatkan tentang konsistensi sifat tiap karakter dalam menulis cerita. Terima kasih, Kak beingacid 😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro