9. Diksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tanggal: 07 Januari 2019
Pukul: 19.00 WIB
Tutor: SukiGaHana
Materi: Diksi
Moderator: Erix
Notulis: Rio

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Malam ini saya diberi amanah untuk mengisi materi tentang diksi. Kita anggap kelas ini sebagai sharing juga, ya. Kita sama-sama belajar.
Sebagai awal, semua yang ada di sini sudah mengerti apa itu diksi, kan?

Diksi menurut KBBI adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau dalam penggunannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata.

Sebenarnya masih banyak yang mengartikan diksi itu kata-kata yang indah. Yang identik dengan hal-hal yang puitis. Itu juga benar, tetapi hanya mencakup salah satu saja dari fungsi diksi. Aslinya lebih luas dari itu.

Peserta: Jadi hanya setetes dari arti diksi itu sendiri.

Betul. Fungsi diksi itu bermacam-macam.

Secara umum, fungsi diksi yang saya ketahui ada lebih dari itu, yaitu:

1. Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.

2. Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebih efektif dan efisien.

3. Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.

4. Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan.

5. Menyampaikan maksud kalimat dengan lebih tepat.

6. Memperindah suatu kalimat

7. Menghindari pengulangan kata dalam kalimat/kalimat yang monoton.

Akan tetapi, penggunaan diksi pun memiliki syarat. Supaya diksi yang digunakan bisa menghasilkan kalimat yang baik.

Ada yang tahu salah satu syaratnya?

Peserta: Pemilihan kata yang sesuai konteks?

Itu salah satunya.

Ada beberapa syarat umum untuk diksi yang baik, yaitu:

1. Ketepatan dalam melakukan pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

2. Pengarang harus memiliki kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa makna sesuai gagasan yang diinginkan, juga menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi serta nilai bagi pembaca.

3. Menguasai berbagai kosakata serta mampu untuk dapat memanfaatkan kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif, serta mudah untuk dipahami atau dimengerti.

Sementara syarat yang lebih umum meliputi hal-hal berikut:

1. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.

2. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.

3. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.

4. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar ketepatan diksi terjamin.

5. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan.

Jenis diksi dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan makna dan leksikal.
Yang pertama, diksi berdasarkan maknanya ada dua, yaitu:

1. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat.
Contoh: kerja keras, gemar membantu.

2. Makna konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki makna bukan sebenarnya.
Conto : membanting tulang, kutu buku, durian runtuh.

Sekarang jenis diksi berdasarkan leksikal. Di sini jenisnya ada lebih banyak.

1. Sinonim, yaitu persamaan kata.
Contoh: bahagia = senang; cantik = elok; enak = lezat.

2. Antonim, yaitu lawan kata.
Contoh: naik >< turun; lama >< baru.

3. Homonim, yaitu kata yang memilik lafal dan ejaan sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh: akhir bulan ini akan ada gerhana bulan.

4. Homofon, yaitu kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, tetapi lafal sama.
Contoh: Bang Adi gemar menabung di bank.

5. Homograf, yaitu kata yang memiliki lafal dan arti berbeda, tetapi ejaan sama.
Contoh: aku baru tahu kalau dia suka sekali makan tahu.

6. Polisemi, yaitu kata yang memiliki lebih dari satu arti.
Contoh:
- Ayu adalah bunga desa di kampungku.
- Para nasabah yang menabung di bank akan mendapat bunga setiap bulan.

7. Hipernim dan Hiponim

Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya.
Contoh : binatang (bisa mencakup nama macam-macam hewan).

Hiponim adalah kata yang dapat terwakili oleh hipernim.
Contoh : macan (bisa dikatakan juga dengan 'binatang').

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

—Sesi Tanya Jawab—


T1:
Apakah kalau menulis cerita dengan pilihan kata yang sebutlah ini meniru, tapi dengan melakukan perubahan dari diksi orang lain, apa itu pelanggaran atau bukan, Kak? Terkadang ketika baca sesuatu jadi terinspirasi untuk menulis dengan pola yang seperti kita baca ....

J1:
Maksudnya kamu takut apa yang kamu lakukan itu bisa dianggap plagiat, begitu?

--Iya begitu, Kak, karena gak merasa murni pikiran sendiri.

Menurut saya pribadi, diksi itu adalah sesuatu yang umum. Banyak tidaknya diksi yang kita punya itu tergantung dari kosakata yang kita ketahui. Diksi tidak bisa dikatakan milik seseorang tertentu. Beda dengan gaya bahasa, ya. Gaya bahasa lah yang menjadi ciri khas masing-masing penulis. Tapi bagi penulis pemula, ada yang namanya teknik ATM: Amati, Tiru, Modifikasi.
Pada tahap ini, kita bisa belajar mengasah dan mengembangkan kemampuan menulis kita dengan meniru karya yang sudah ada. Namun, dengan catatan bahwa ini hanya untuk pembelajaran. Selama karya yang kalian anggap meniru tadi hanya menjadi konsumsi pribadi dan tidak dipublikasikan, apalagi dikomersilkan, menurut saya sama sekali bukan pelanggaran.

T2:
Aku sering mengalami pengulangan kata. Kak Suki ada tips nggak supaya terhindar dari penyakit ini?

J2:
Tipsnya adalah banyak baca dengan begitu kosakata kalian juga akan bertambah.

Hehehe.
Diksi kan sebenarnya pemilihan kata, jadi semakin banyak kosakata yang kalian tahu, semakin banyak pilihan yang bisa dipakai.

-- Dia kena penyakit tidak bisa memilih kata yang tepat untuk disampaikan, Kak.
Mohon bimbingannya untuk kesatria yang satu ini.

Banyak baca tetap jadi salah satu saranku, ya. Karena dengan begitu koleksi kamu tentang cara para penulis merangkai kata akan semakin bertambah. Selain itu, terus latihan.

T3:
Kak, bagaimana cara memporsikan diksi dan majas dalam cerita kita? Kadang ketika saya baca story salah seorang author, dia banyak memakai majas dan diksi, dan saya sedikit bosan jadinya. 😅

J3:
Kembali ke pengertian awal, ya, diksi itu pemilihan kata. Sementara majas itu perumpamaan yang lebih banyak menggunakan makna konotatif. Porsi diksi itu sebenarnya ada di keseluruhan cerita, sementara majas tidak. Bahkan, dalam dialog, tanpa sadar pun kita sebenarnya memakai diksi. Porsi majas dalam sebuah cerita itu tergantung gaya bahasa si penulis. Namun, memang ada baiknya gunakan majas maksimal dua kalimat saja dalam satu paragraf.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro