Paradoks Istirahat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kehidupan itu episode endless eight. Buat yang gak tahu maksudnya apa, itu adalah delapan episode lucknut seri Haruhi yang kontennya sama semua. Semuanya adaptasi tok dari arc endless eight di novelnya. Buset. Perbedaan setiap episodenya tipis pake banget. Hal itu memicu kontroversi sewaktu Haruhi masih tayang.

Hidup pun demikian. Semuanya siklus yang sama. Bangun di jam yang sama. Sholat (atau ibadah sesuai keyakinan ente) di waktu yang sama. Bedanya ya paling kadang kita apes, kadang kita untung, kadang kehidupannya lebih ngebosenin dari kemaren, kadang makan telat, bangun kesiangan, dll. Semua perbedaan itu kecil dari hari ke hari. Bukan perbedaan yang ekstrim pake banget macam pagi hari jadi budak korporat terus besoknya jadi CEO. Gak.

Bosen? Iya.

Kadang aku mikir gini.

Wah enak jadi orang dewasa itu bisa lepas dari bayang-bayang PR, belajar di sekolah yang membosankan, terus bisa duduk manis melakukan hal yang disukai sambil mencari uang.

Setelah aku mengalami fase ini, semuanya salah besar.

Kita lagi-lagi terjebak dalam situasi yang sama dengan wujud yang berbeda. Ya beda tipis lah sama konsep polimorfisme di pemrograman berorientasi objek. Lagi-lagi, siklus kehidupan monoton dengan stake dan tingkat kesulitan yang berbeda.

Kebosanan di Usia Dewasa

Kehidupan di usia dewasa itu tidak semanis halu di masa kecil.

Enak ya jadi orang dewasa. Apa-apa bisa bebas.

Bisa punya uang sendiri.

Bisa bantu orang tua bahkan orang lain.

Bisa ngelakuin semua hal yang kita suka tanpa diomelin orang tua.

Masih banyak lagi halu yang bikin kita menganggap "wah jadi orang dewasa itu keren pake banget ya" atau "aku pengen cepet-cepet jadi orang gede".

Realitanya, tidak semudah itu Fulgoso!

NB:

Iya aku sengaja ngomong Fulgoso soalnya Ferguso gak ada di telenovela Marimar, sumber asli meme-nya.

Apa yang kita lakukan setelah, katakanlah, lulus sekolah atau kuliah? Jadi budak korporat? Pegawai lepas? Buruh pabrik? Menikah?

Apa kita punya kebebasan yang dimimpikan sewaktu kita masih kecil? Gak usah jauh-jauh soal pembahasan kebebasan versi orang dewasa. Kebebasan untuk melakukan hal yang kita inginkan semasa kecil deh.

Apa kita bisa bebas main game sepuasnya? Sapa deh tumpukan pekerjaan, masalah rumah tangga, masalah keluarga, dll.

Apa kita bisa bebas main dengan temen sepuasnya? Pertanyaannya: apa temen kita masih akrab sama kita seperti halnya sewaktu masih kecil dulu? Temen yang dulu akrab semasa kecil bisa jadi orang asing di usia dewasa.

Lebih penting lagi, apa kita bebas untuk menikmati waktu luang lebih baik dibandingkan dengan masa kecil? Kebanyakan orang menikmati waktu luang yang singkat itu untuk beristirahat. Buat orang-orang berkeluarga, mereka lebih menghabiskan waktu dengan keluarga/pasangan. Bukan untuk mengisi waktu luang pribadi.

Membosankan? Sangat.

Hal yang membosankan dan berulang secara terus-menerus memang menguras fisik, mental, dan emosional. Belum lagi hal ini semakin memburuk jika kita berada dalam kondisi punya masalah secara finansial.

Orang miskin dilarang sakit.

Kerja! Kerja! Kerja!

Familiar dengan dua jargon itu?

Dilema Istirahat

Istirahat adalah barang mahal di usia dewasa selain waktu luang dan kesehatan. Semua orang berlomba-lomba mengejar kepentingan mereka dan mengabaikan hal yang sangat sederhana ini.

Kadang ada orang yang menganggap remeh masalah ini.

Cupu lo! Dikit-dikit istirahat.

Orang yang hebat itu bisa mengorbankan istirahat demi produktivitas.

Apalagi kalo kita besar di budaya atau lingkungan yang terlalu memuja uang, kekayaan, popularitas, pencapaian, penghargaan, dan ego pribadi semata. Belum lagi semua diperburuk dengan inflasi, kenaikan harga sembako, dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti halnya kata Kay: makan enak, tidur enak, dan getokin kepala orang jahat.

Masalahnya: setiap orang punya kapasitas baterainya sendiri. Seperti halnya ponsel keluaran terbaru.

Setiap merek memiliki kapasitas baterai dan efisiensi penggunaan baterai yang berbeda. Semua bergantung pada tipe, model, dan penggunaannya. Ponsel yang khusus untuk keperluan gaming seperti ROG punya kapasitas sama efisiensi yang beda sama ponsel untuk keperluan umum seperti iPhone. Untuk kelas high end, mid end, sama low end pun beda. Belum lagi ditambah penggunaan dari si penggunanya sendiri.

Manusia pun begitu. Baterainya pun lebih kompleks daripada ponsel apalagi power bank.

Ada baterai fisik yang mengatur stamina dan ketahanan fisik.

Ada baterai mental yang mengatur seberapa sanggup orang itu bertahan melakukan pekerjaan monoton/dalam tekanan.

Ada baterai emosional yang biasanya ngaruh sama orang-orang introvert dan ekstrovert dalam menghadapi orang lain/lingkungan sekitar.

Biar sama-sama orang normal, kapasitasnya beda-beda. Karena Tuhan menciptakan manusia itu unik. Orang kembar identik aja gak 100% mirip kok.

Semuanya pasti mengalami momen kedap-kedip ala Ultraman kalo tenaganya mau habis. Bedanya itu ada pada durasi dan kombinasi dari daya ketiga baterai itu.

Hal yang baik menurut orang lain belum tentu 100% baik bagi diri kita. Itu karena kita diciptakan unik termasuk dalam masalahnya.

Apa kita bisa melakukan kegiatan sehari-hari, pekerjaan, atau hobi seperti para pembalap dalam satu sesi 24 Hours of Le Mans? Sebenarnya bisa, tapi efisiensinya akan berbeda-beda. Layaknya tier list pada game lah. Soalnya pasti ada efek samping bergantung pada kondisi diri kita sendiri.

Itu sebabnya ada istirahat. Kadang hal ini dianggap remeh dengan dalih uang dan produktivitas.

Istirahat bisa membantu kita untuk melambatkan diri di waktu yang serba cepat ini.

Istirahat bisa membantu menjernihkan diri di saat hati dan pikiran yang kalut.

Istirahat bisa menenangkan diri dan membuat tubuh jauh lebih bersemangat untuk menjalani hari esok.

Ketika aku sudah dewasa, aku belajar betapa pentingnya istirahat. Pantas saja hidupku yang monoton ini terlalu membosankan dibandingkan dengan masa kecilku dulu. Semua karena aku kurang istirahat. Aku terlalu banyak membuang waktu untuk terlalu fokus pada hal lain, termasuk menulis, tanpa henti. Aku kurang menikmati momen untuk tidur atau sendiri menikmati hari.

Udahlah ngantuk. Nulis ini secara gak langsung malah ngingetin aku buat tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro