Bagian 30: Sekilas Tentangnya 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Haii Haiii Salam Senin bahagia kembali normal lagiiiii xixi

Waah Natha happy sekali karena urusan Tesis sudah selesai dan akhirnya bisa healing bareng Kak Alpha dan Neng Beta cihuyyy xixi

Gimana Seninnya Harmony kali inii?? Coba kabar2i Natha siniii~

Oke, well enjoy today's reading yaa~

Jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar 😘

.

.

Bagian 30: Sekilas Tentangnya 2

Tiba-tiba saja atmosfer dingin dan  agak sedikit mencekam menangkupi Betari. Rasanya seperti ada di dalam lingkaran beruang laut yang artinya jika keluar dari sana tidak akan selamat. Namun, berada di dalamnya juga membuat seluruh persendian menggigil ketakutan.

Berlebihan, ya?

Tidak, kok. Coba saja rasakan berada di posisi Betari saat ini. Dipandangi dengan mata memicing tajam. Helaan napas kasar yang berkali-kali mengudara seraya menyaksikan bagaimana Kak Alpha-nya tidak berhenti mengusak kepala bagian belakang dengan kasar. Kentara sekali kalau lelaki itu tengah berusaha menahan angkaranya agar tidak meledak.

"Kenapa baru pulang?"

'Ish, tuh, kan! Pasti dimarahin!' Betari mendumal dalam hati. Telunjuk dan ibu jari kanannya sibuk memilin ujung tali tas. 

"Tadi---"

"Bentar, deh. Emang kamu masih ada kelas? Ini, kan, udah libur semester?" 

Betari tampak semakin ciut. Kak Alpha-nya itu tampak berapi-api meski raut wajahnya terlihat tenang. Namun, Betari jelas bisa merasakan atmosfer panas dari gerak-gerik Kak Alpha-nya yang sejak tadi membuang napas kasar.

"Kenapa diem? Ka---"

"Aku mau jawab! Kak Alpha-nya ngomong terus. Jangan marah-marah gitu! Aku takut, ish!" Kedua telapak tangan Bterai mengepal. Gemas sendiri dengan tingkah Sanuar yang tidak berhenti mengoceh dan mengintimidasi.

"Kakak nggak marah-marah, ya! Cuma nanya biasa. Kamunya kenapa marah-marah gitu?"

"Aku nggak marah-marah! Kak Alpha yang---"

"Terus aja teruuuss! Nggak bakal selesai kalo nggak ada yang ngalah. Malam minggu tuh ya ngapel bukan ngomel!" Binar menyahut santai dari dalam rumah. Suaranya sengaja dibesarkan, agar kedua manusia yang tengah berada di ruang tamu itu juga menyadari kehadiran dirinya yang tengah menonton TV dan terganggu dengan ocehan tidak jelas keduanya.

"Ya maaf, kakak salah." Sanuar akhirnya mengalah.

"Aku juga ... maaf udah marah-marah tadi." Si Cadel juga tidak ingin kalah rupanya.

"Nggak, kakak yang salah. Kakak duluan yang ninggiin suara ke kamu. Maaf ...."

Betari menggeleng. "Aku yang salah. Aku nggak langsung jawab pas kakak tanya."

"Ya ... salah kak---"

"Arrrghhhh! Salah kalian berdua pokoknya sampe gue nggak bisa denger suara Jaehyun yang lagi nyanyi! Ngobrol di luar sana!" 

Sanuar dan Betari kompak mengerjap cepat. Buru-buru berdiri dan menuju teras hanya demi menghindari amukan Binar. Saat sudah sampai di teras, Sanuar terkekeh. Hal itu menular ke Betari. Merasa lucu sendiri dengan tingkah masing-masing yang tidak ingin mengalah.

'Udah lama banget kayaknya gue nggak ada interaksi begini sama si Cadel. Kangen juga ternyata.' Diam-diam Sanuar menatap lembut Cadel-nya yang tengah tertawa kecil. Gesture andalan yang Sanuar hafal betul kala gadis itu tertawa kembali memenuihi pandangan. Tepat saat itu juga Sanuar sadar bahwa segala tentang Betari Maharani terkam apik dalam otaknya hingga tanpa sadar memenuhi hati.

Kangen

"Kak?"

Sanuar mengerjap. Mencoba kembali memfokuskas pandangan pada wujud indah yang tengah menatapnya bingung. "Hm? Apa?" 

"Diiihhh! Kok ngelamun?! Aku ngomong nggak didengerin berarti? Malesih ah! Udah sana pulang aja mendingan!" 

Kedua mata Sanuar membola sempurna. "Apaan? Kenapa jadi kamu yang marah? Harusnya kan kakak yang marah sama kamu karena pulang bareng cowok lain!"

"Loh? Emang kakak siapa? Kenapa harus marah kalo aku pulang bareng cowok lain? Kakak nganter cewek lain aja, aku nggak marah!"

Sanuar terdiam telak. Rasanya ada yang menghantam dadanya hingga menyesakkan respirasinya. 

'Bener ... emangnya gue siapa sampe harus marah liat Betari balik sama cowok lain? Tapi sakit banget ini rasanya.'

***

Malam minggu itu malam sakral untuk seorang Meraki Abiyyu. Waktunya memainkan game console tanpa gangguan. Yang Abiyyu maksudkan tanpa gangguan adalah termasuk dengan kehadiran Sanuar. Baginya, malam minggu itu bukan untuk bekerja. Sudah cukup menjadi pengantar pesan atau sekadar pendengar setia urusan cinta ketika ON AIR di weekdays. Maka jangan salahkan dirinya jika yang bisa ia tampilkan saat ini adalah raut masam terlampau muak di hadapan Sanuar Alphandi.

"Menurut lo gimana? Gue jadi bingung kalo si Cadel tiba-tiba nanya kayak gitu. 'Emang kakak siapa?' duh pengen gue jitak itu kepalanya yang mungil rasanya!" cerocos Sanuar.

'Suka-suka lo dah, males banget gue ladenin bulol macem ini orang.' Abiyyu memilih membalas ucapan Sanuar dalam hati. Teramat enggan untuk sekadar mengeluarkan suara. Membuang tenaga dengan percuma, pikirnya. 

"Heh! Gue nanya ini! Kok lo diem aja?!" Sanuar akhirnya tersadar bahwa sejak tadi ucapannya hanya menjadi angin lalu bagi Abiyyu.

Abiyyu melirik malas. Lelaki itu akhirnya melepas selimut tebal yang sejak tadi melilit tubuhnya. Duduk tegak menghadap Sanuar dan memberikan atensi. Sanuar kira ia akan mendapat wejangan bijak seperti biasa. Namun salah, Abiyyu malah dengan entengnya berucap, "Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?"

Hal itu kontan membuat Sanuar geram. Tangannya dengan cepat mengambil bantal dan membekap Abiyyu.

"Ah! Mami! Tolong! Ini anakmu jadi korban kekerasan dalam pertemanan! Tolong! Mami!"

Seperti itu memang persahabatan mereka. Tidak lama saling menyiksa, keduanya terdiam. saling mengatur napas seraya melempar tatapan sinis.

"Capek gue ngomong sama lo, nggak di denger!" ketus Sanuar.

"Ya itu yang gue rasain! Tiap ngasih nasehat, ngasih masukan, lo cuma mangut-mangut doang. Dijalanin juga kaga! Giliran udah begini, balik ke gue, menye-menye nggak jelas!" 

Sanuar terdiam. Dalam hati membenarkan bahwa tidak sekali-dua kali ia datang ke Abiyyu hanya untuk mengeluhkan perihal perasaannya pada si Cadel, dan Abiyyu selalu menanggapinya dengan serius. Agaknya memang Sanuar lah yang bebal kalau menyangkut masalah hati.

"Bi, kita deket sama si Cadel dari kita masih SMP sampe sekarang, dan kita juga sama-sama tau kalo si Cadel itu naksir lo dari awal. Lo sendiri ... nggak ada rasa apa gitu ke si Cadel? Maksud gue---"

"Dan kita juga sama-sama tau kalo naksirnya Betari ke gue itu cuma sebatas kagum. We've talked about this like thousands times, dude!" Pangkas Abiyyu cepat. Bukan apa, topik seperti ini selalu saja datang jika keduanya sedang membicarakan Betari.

"Lo sendiri ... gimana? Dari SMP kita cuma deket sama satu cewek, si Cadel doang. Gue nggak pernah liat lo bener-bener intens jalan sama cewe buat PDKT. Lo---"

Sanuar menghentikan kalimatnya. Rasanya tidak sanggup meloloskan kalimat lanjutan itu dari kerongkongannya. Ada rasa gelisah dan takut yang melingkupi dirinya. Bukan apa, lelaki itu hanya tidak ingin persahabatannya dengan Abiyyu renggang.

Menangkap maksud Sanuar, Abiyyu hanya bisa mengeluarkan helaan napas. Sarat akan rasa lega, tetapi gelisah di waktu yang sama. Bilah bibirnya bergetar tipis kala lelaki itu mebasahinya dengan lidah. Berkali-kali mencoba mengeluarkan kata, tetapi berakhir bungkam. Hingga pada satu titik ia kembali memberanikan diri untuk berucap, "Iya ... gue juga suka sama Betari."

Dan detik itu, Sanuar merasa bodoh. Merasa tidak menjadi orang yang tepat untuk dijadikan sahabat karena sudah hampir sembilan tahun bersama, ia tidak tahu apapun soal Meraki Abiyyu.

***

TBC

A/N

Holaaaa~ akhirnya ya release chapter baruuu~ xixixi

Ayok sapa Natha dong biar semangat! xixixi

Gimana tanggapan kalian soal chapter ini? Terkedjoet tidak sama pengakuan Kak Abi? wkwk

Okeeyyy, see you next chapter. Kalo vote dan komennya rame, Natha up lagi minggu ini. Ayok berjuang. ajakin temen2 kalian buat baca jg, biar bisa gosipin Kak Alpha dan Beta bareng2 wkwk

*DeepBow

Natha 💐

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro