Bab 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Genbu?" Hikari memiringkan kepala, ia penasaran dengan nama yang disematkan Ryuu terhadap dinding ini.

"Ya, Hikari-chan. Genbu, penjaga utara yang melindungi dinding ini."

Hikari mengerjap tak percaya, ia menatap kaisar yang mungkin sedang bercanda. Oh, tidak. Ryuu benar-benar serius dengan ucapannya. Gadis kecil itu berpikir sejenak kemudian mengangguk.

Pantas saja aura yang ia rasakan ketika berada di area sekitar dinding ini benar-benar aneh. Tak heran jika yang menjaga adalah Genbu. Hikari sering mendengar cerita tentang para penjaga mata angin.

Genbu sendiri berwujud kura-kura hitam yang memiliki ekor ular. Dari yang Hikari tahu, makhluk itu mengontrol elemen tanah dan mencerminkan musim salju. Namun, ia tidak melihat salju di sekitar sini, hanya hawa dingin yang seakan menusuk hingga ke tulang.

Selama berjalan, Hikari sibuk dengan pikirannya sehingga tidak sadar mengekori Ryuu dan mereka sudah berada di tengah dinding itu. Tubuhnya tiba-tiba menggigil dan terasa ada yang jatuh di rambutnya. Hikari menyentuh bagian itu dan basah.

Gadis kecil itu mendongak, tanpa sadar bibir mungilnya menganga. Takjub dengan yang ia lihat, butiran-butiran putih nan lembut begitu cantiknya. Salju. Hikari pun melihat sekeliling dan benar saja, tak sadar ia menginjak tumpukan salju.

"Onii-sama, kenapa bisa ada salju di sini?" tanyanya penasaran.

"Kita sudah berada di tengah dinding ini, Hikari-chan. Pusat dari genbu ne boshi memang bersalju, tetapi sebentar lagi juga akan berhenti. Jadi kita bisa latihan di sini," jelas Ryuu.

Hikari mengangguk mengerti, pantas saja tadi Ryuu memintanya mengenakan pakaian yang lebih tebal dengan haori yang dilengkapi bulu-bulu berwarna putih bersih. Gadis kecil itu masih menikmati butir-butir putih yang berjatuhan hingga perlahan mulai menghilang. Udara sudah terasa hangat dan seiring dengan berhentinya salju, tempat mereka berpijak pun berganti menjadi permadani hijau.

Kembali Hikari dibuat takjub dan mengajukan pertanyaan tanpa ditahan lagi. "Onii-sama, apa Genbu juga yang menghilangkan saljunya?" Ryuu mengangguk seraya mengelus pucuk kepala gadis kecilnya.

"Sudah siap untuk latihan pertamamu?" Hikari mengangguk mantap, ia sudah bertekad sejak awal.

Gadis kecil itu kini sangat bersemangat, ia menyukai tempat latihan ini. Walaupun awalnya Hikari takut, tetapi ternyata di dalam genbu ne boshi sangat luar biasa.

Selain salju, ada danau buatan dan banyak pohon sakura yang berbunga. Terlebih, ia melihat beberapa jenis binatang yang ternyata hidup dalam dinding ini. Tak hanya itu, Hikari juga merasa udara yang ia hirup sangat segar.

"Nii-sama, ayo latihan," ajak gadis kecil itu, ia tidak ingin terlarut berlama-lama.

"Baiklah, ayo!"

Hikari sudah melepas haori berbulunya. Gadis kecil itu kini hanya mengenakan pakaian yang dapat memudahkan dalam bergerak. Begitu pula dengan Ryuu yang telah menanggalkan jubah kebesarannya.

"Pembelajaran awal yaitu mengenal elemen penting yang menjadi dasar dari dalam diri sejak lahir."

"Elemen?"

"Ya, di dunia ini ada lima elemen. Biasanya seseorang memiliki satu elemen dasar dan jika dikembangkan ia bisa mempelajari yang lainnya."

Hikari mengangguk dan bertanya, "Onii-sama punya berapa elemen? Lalu Akashi-san dan Akimaru-san punya berapa?"

Seperti biasa, rasa ingin tahu yang besar membuat gadis kecil ini senang sekali mencecar pertanyaan. Ryuu sendiri hanya tersenyum, tak keberatan untuk menjawab semuanya.

"Aku punya empat elemen, yaitu air, bumi, api, dan udara. Kalau Akimaru hanya dua yaitu air dan udara, sedangkan Akashi sebaliknya, ia memiliki elemen api dan bumi."

"Bagaimana dengan yang kelima?"

"Yang terakhir adalah elemen ruang dan sangat sedikit orang yang memiliki elemen ini," sahut Ryuu.

Hikari kembali mengangguk-anggukkan kepalanya dan berceletuk, "Aku punya elemen ruang."

Ryuu mengernyit, ia mengusap kepala Hikari dan bertanya, "Kenapa berpikir seperti itu?"

"Hanya firasat saja," sahut gadis kecil itu sambil tertawa kecil membuat sang kaisar hanya menggeleng memaklumi.

"Baiklah, mari kita mulai. Pertama, pejamkan matamu dan tenangkan pikiran! Konsentrasi pada sekeliling dan rasakan tarik-menarik dalam tubuh, bagian mana yang paling kuat?"

Hikari mengikuti instruksi Ryuu, ia berkonsentrasi penuh, mengatur napasnya agar teratur. Gadis kecil itu dapat merasakan pergolakan kuat dalam diri. Energinya seperti terisap dan berkumpul menjadi satu.

Napas Hikari mulai sedikit berat dan Ryuu khawatir melihatnya. Namun, gadis kecilnya harus melewati tahap ini untuk memulai latihan dasar mereka. Agar lebih mudah mengetahui bagaimana cara Hikari menyatukan ilmu penyembuhan dan elemen yang ada dalam tubuhnya.

~Jakarta, 16 Maret 2019~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro