Bab 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Berita mengenai hukuman bagi jenderal dan penasihat Kerajaan Ryujin sudah tersebar luas di area dalam istana. Para dayang membicarakan mengenai Jenderal Akashi yang mengalami masa sulit dalam belajar memasak. Begitu pula dengan para prajurit kerajaan yang merasa tidak tega melihat jenderal terhebat mereka harus bermain-main di dapur.

Kaisar dan Hikari sudah duduk manis di ruang makan, menanti hidangan pertama sang jenderal. Mereka sungguh tidak sabar mencicipi masakan Akashi. Sebenarnya Ryuu sendiri tidak begitu yakin memercayakan makanan gadis kesayangannya pada orang yang belum berpengalaman.

Namun, ia sudah kehabisan ide untuk menghukum Tachibana bersaudara. Jadi, dengan terpaksa memutuskan seperti ini dan berharap mereka akhirnya jera. Tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

Jenderal Akashi memasuki ruang makan dengan pakaian kebesarannya beserta apron yang masih melekat. Diikuti oleh kepala koki istana dan beberapa dayang yang mengantar makanan. Semua hidangan sudah disuguhkan, para dayang pun pergi menyisakan sang jenderal bersama koki istana menanti hasil.

Hikari mengambil salah satu onigiri yang terlihat normal dari bentuk luarnya. Ia terlebih dahulu mengambilkan satu untuk kaisar seperti biasa, baru kemudian meletakkan di piringnya.

"Itadakimasu."

Suapan pertama tanpa sepatah kata terucap, gadis berkimono merah muda itu tampak sangat menikmati setiap gigitannya. Kaisar yang penasaran pun akhirnya mencoba onigiri tersebut.

"Bagaimana?" Akashi tak sabar menanti komentar padahal Hikari sudah makan nasi kepalnya yang ke dua.

"Enak." Jawaban singkat disertai anggukan kepala puas dari gadis kecil itu tidak cukup. Akashi menatap kaisar yang juga hanya memberi anggukan kepalanya. Pria berambut merah itu berdecak tak puas.

"Ne, Akashi-san."

"Nani?"

Hikari menunjuk beberapa irisan segar sake dan maguro yang dihidangkan masing-masing sesuai kesukaan gadis kecil itu dan kaisar. Kemudian ia memberi dua jempol pada Akashi yang masih menunggu jawaban.

"Hanya itu?" Akashi masih saja tak puas, usaha berharga pertamanya hanya mendapat dua jempol kecil dari gadis itu. Walau seharusnya sudah cukup karena itu berarti ujian pagi pertamanya berjalan dengan baik.

"Irisan sashimi ini sangat rapi." Ryuu menanggapi singkat karena melihat Akashi yang seperti kehilangan semangatnya.

"Tentu saja, aku sudah sangat terlatih dalam mengiris apapun," sahut Akashi sinis sementara kaisar hanya menggendikkan bahu tak peduli dan melanjutkan makan bersama Hikari yang tiba-tiba memberinya suapan.

"Oh, Akashi-san untuk siang nanti aku ingin sushi dan mochi." Hikari mengangkat wajah dengan senyum yang memamerkan gigi kelincinya. "Makanan pagi ini enak, aku suka sekali. Arigatou ne."

Akhirnya yang ditunggu-tunggu meluncur dari bibir mungil berbentuk hati itu. Semangat Akashi kembali membara hanya dengan tanggapan singkat Hikari. Memang tak bisa dipungkiri, gadis kecil itu membawa aura yang berbeda pada orang-orang di sekitarnya.

Kepala koki istana bahkan sempat menahan napas sejenak hingga kata pertama terlontar dari bibir mungil itu setelah mencicipi masakan Akashi. Karena walau ia yakin dengan rasa masakan yang pastinya enak, tetapi kadang ada rasa ragu yang menghantui.

"Pagi pertama yang cukup baik, Jenderal. Ah, aku penasaran bagaimana dengan Penasihat Kerajaan?"

"Oh, Akimaru-san aku minta untuk mencari beberapa tanaman. Dia juga ditemani salah satu murid Eiji-san jadi pasti aman," cerita Hikari sambil melanjutkan makannya.

Gadis kecil ini tidak akan berhenti sebelum makanan di meja habis. Entah, dirinya yang menghabiskan semua makanan atau menyuapkan sebagian ke kaisar. Sementara Ryuu dengan senang hati menerima tiap suapan.

Akashi sendiri hanya bisa bersabar melihat tingkah Ryuu dan Hikari. Menaati aturan yang ada, koki yang memasak hidangan tidak boleh pergi hingga kaisar selesai makan. Ia jadi merasa kasihan dengan kepala koki istana yang setiap hari harus disuguhkan pemandangan membosankan seperti ini.

Akashi hanya perlu menguatkan diri. Ia harus bisa bertahan selama tiga hari. Dan semua penderitaannya akan berakhir. Oh, sungguh terasa lama sekali. Pria itu ingin kembali melatih para prajuritnya.

Jakarta, 26 Januari 2019

Footnote:

*) Itadakimasu : selamat makan

*) Ne : kata sapaan, bisa menjadi 'Hei'

*) Nani? : apa?

*) Sake : salmon

*) Maguro : tuna

Lama ya updatenya? Seminggu kemaren aku tepar, sampai bed rest 3 hari full dan gak bisa mikirin nulis apapun. Terus masuk kantor, kerjaan full jadi baru bisa update sekarang.

Semoga masih ada yang nunggu ya. Kalo sempet, aku update satu part lagi minggu ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro