Bulan Bercerita (Hanya Sebuah Tindakan Kecil)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hanya Sebuah Tindakan Kecil
By : heuladienacie

Tidak biasanya aku memperhatikan tumpukan sampah bercecerah di tempat pembuangan bersama. Segala macam karakteristik sampah bercampur menguarkan bau busuk yang menyengat. Selokan yang kadang mampet akibat tumpukan sampah yang dibuang sembarangan juga tak luput dari pengamatanku. Maklum saja, rata-rata di lingkungan itu jarang kulihat memiliki tempat sampah di depan rumah. Hanya dua rumah mencolok yang tampak mengundang perhatianku. Dua tong sampah yang diwarnai warna hijau dan kuning, untuk sampah basah dan kering. Kadang kala dua penghuni rumah itu berinisiatif membersihkan got yang tersumbat.

Aku berkenalan dengan penghuni rumah berwarna biru, pemiliknya Bapak Agustus Simanjuntak. Dia berkata pernah tinggal di Jepang yang penanganan sampahnya sangat terorganisir jadi negeri itu sangat bersih dan juga banyak penduduknya yang lebih memilih berjalan kaki dibandingkan menaiki kendaraan dan menambah polusi, kebiasaan baiknya terbawa ke Indonesia. Namun, urusan sampah di Indonesia lebih bau dari sampah itu sendiri.

Penghuni rumah di sebelahnya adalah Haji. Amrullah, umurnya sudah tak lagi muda, tetapi kalau urusan bersih-bersih, beliau yang paling rapi. Saat aku berkenalan dan memuji kerja beliau yang cekatan sewaktu kerja bakti, beliau membawakan banyak kutipan dan hadist. Allah mencintai keindahan dan kebersihan. Kebersihan sebagian dari iman.

Setelah berbincang-bincang dengan kedua orang yang luar biasa itu, aku pun memahami pentingnya kebersihan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. 

Dari kejauhan kulihat pria paruh baya melempar bungkusan hitam yang meluber dan bau ke dalam got. Kupanggil dan kucegah dia beranjak.

“Assalamualaikum. Bang, kalau bisa buang sampahnya jangan di situlah. Nanti kalau selokannya tersumbat terus banyak nyamuk dan lalat bisa jadi penyakit.”

Bukannya malu dan mengambilnya pria itu malah berkomentar pedas. “Halah, gitu aja dimasalahkan. Buat apa terus pemerintah gaji tenaga bersih-bersih, hal remeh begini aja dibikin ribut.”

“Tapi menjaga kebersihan kan kewajiban setiap warga negara.”

“Terserahlah.”

Bagaimana kalau setiap orang berpikiran sempit seperti itu. Maka, Indonesia mungkin akan dipenuhi dengan tumpukan sampah di mana-mana, atau malah jadi negara pembuangan?

Saat kuingat nasihat dua orang itu, semua dimulai dari diri sendiri, kalau yang menyuruh saja tidak melakukan aksi, tidak akan ada reaksi dari lawan bicara.

Kusingsingkan sedikit lengan baju, menjangkau sampah yang dibuangnya sembarangan tadi.

“Loh, kamu mau bawa kemana itu.”

“Saya mau menjaga ibu pertiwi. Assalamu’alaikum.”

Dan aku pun berlalu meninggalkan pria itu berdiri di sana dengan wajah malu.

Kesimpulanku adalah, bahwa apapun agamamu, apapun rasmu, berpapun usiamu, kebersihan lingkungan adalah tugas bersama sebagai warga negara. Kalau bukan dari kita yang memulai, siapa lagi?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro