Chapter 03 : Same Hobby??

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hobi kita sama!"

Aku tercengang mendengar perkataan Harumi itu.

Bersamaan dengan itu, aku dibuat lebih terkejut lagi ketika melihat profil akun miliknya yang menampilkan foto serta video dirinya ketika sedang menyanyikan kembali alias meng-cover lagu-lagu ost anime maupun lagu Jepang lainnya.

Hampir sebagian beranda akunnya dipenuhi oleh foto-foto pribadi maupun keluarga Harumi, pemandangan, serta kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukannya. Ternyata Harumi eksis juga, ya.

Hmm ... sepertinya dia masih baru dalam dunia per-utaite-an. Buktinya, baru ada sepuluh video saat dia meng-cover lagu bersama Haru-senpai yang juga memainkan piano.

Tunggu, tunggu. Haru-senpai bisa main piano?! Aku tidak menyangka itu! Ah, sungguh membuatku semakin terkejut saja.

Kulihat, Harumi sedang tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi putihnya saat aku menoleh cepat ke arahnya. Sesekali ia tertawa cekikikan melihat raut wajahku yang kini sedang terkejut.

Aku terdiam sejenak. Tiba-tiba aku teringat janjiku pada para subscribers-ku. Aku pernah bilang pada mereka, bahwa aku akan menunjukkan wajah asliku ketika aku sudah berhasil pergi ke Jepang. Sebuah ide pun mendadak muncul di pikiranku.

Ku tatap wajah Harumi lekat, membuat ia memiringkan kepala seraya menaikkan satu alisnya, pertanda ia sedang heran.

"Eum ... Harumi-san!" seruku dengan sangat antusias.

"Iya?"

"Kapan-kapan kita collab yuk!" ajakku, sambil tersenyum lebar.

Harumi nampak berpikir sebentar. Sedetik kemudian ia pun ikut tersenyum. "Ayuk, boleh saja!"

Lagi-lagi kami tertawa bersama, padahal ini baru hari pertama kami bertemu. Namun, kami sudah seakrab ini? Aku berharap bisa terus berteman dengannya hingga hari perpisahan tiba.

Hari perpisahan, ya ....

Sebenarnya aku tidak benar-benar ingin itu terjadi. Tapi ... mau bagaimana lagi. Aku hanya mahasiswa asing di sini, tidak mungkin aku bisa berada di negeri ini terus-menerus, kan?

"Shakina-san, daijoubu desuka?¹"

Ucapan Harumi membuat diriku yang sedang terlarut dalam pikiranku pun sedikit tersentak.

"D-daijobu desu,²" jawabku spontan.

Gadis berponi depan itu hanya mengangguk-angguk setelah mendengar jawabanku.

Dilihat arloji yang berada di tangan kirinya, ia pun segera membereskan wadah bekas makannya. Aku pun melakukan hal yang sama dengannya.

"Shakina-san, ayok kita kembali ke kelas," ucapnya, kemudian berdiri sambil membawa nampannya kembali.

Aku juga ikut berdiri sepertinya. "Ayok!"

Kami pun beranjak pergi dari meja menuju ke tempat sewaktu aku dan Harumi memesan makanan tadi. Setelah itu melanjutkan langkah 'tuk kembali ke kelas.
.
.
.
.
.

Hari pertamaku berkuliah telah usai. Kini aku dan Harumi tengah berjalan menuju gerbang keluar kampus.

Sebuah mobil tiba-tiba melintas di depan kami. Bunyi klakson terdengar dari mobil tersebut.

Perlahan, kaca mobil terbuka. Menampakkan sosok yang mengendarai mobil itu. Ternyata sosok itu adalah Haru-senpai. Sepertinya ia ingin menjemput adiknya yang sedang di sampingku ini.

Pemuda itu menyunggingkan senyumnya lagi sambil melihat ke arah kami bergantian.

Harumi menengokkan kepalanya memandangku. "Shakina-san, mau pulang bareng kami?" ajaknya.

"Ah, tidak usah," sergahku, "lagipula asramaku dekat kok dari sini. Tinggal jalan kaki aja." Sembari menjawab, aku melambai-lambaikan kedua tanganku, berusaha mengatakan 'tidak'.

"Oh, baiklah kalau begitu."

Harumi tersenyum sembari sedikit membungkuk padaku. Aku membalas senyumannya dan sedikit membungkuk juga. Kemudian ia berjalan mendekati mobil lalu membuka pintu dan masuk kedalamnya.

"Jaa, mata ne~³"

Gadis itu melambaikan tangannya padaku dari balik kaca mobilnya yang dibuka sebagian. Kakaknya juga sempat tersenyum ke arahku.

"Hai'. Kiwotsukete ne~⁴" balasku. Melambaikan tangan kepada dua orang yang berada di dalam mobil itu.

"Shakina-san juga hati-hati ya~"

Harumi nampak menyembulkan kepalanya dari jendela mobil yang perlahan bergerak maju menjauhi tempatku berdiri kala ini.

Semakin lama, mobil mereka semakin melaju dengan cepat, kemudian menghilang dari pandanganku.

Aku pun segera melangkahkan kaki, berjalan menuju asrama tempatku tinggal saat ini.

*****

Saat ini, suasana kampus lebih ramai dibanding dua hari yang lalu. Itu karena hari ini adalah hari upacara penerimaan para mahasiswa baru.

Stand-stand makanan dan hal lainnya tersebar di seluruh penjuru kampus. Aku juga diberi selembar kertas oleh seorang senpai yang lewat di depanku.

Ternyata, kertas itu adalah kertas formulir yang isinya terdapat pilihan dari klub-klub ekstrakulikuler yang ada di kampus ini.

Setelah dilihat-lihat lagi, aku pun sadar banyak para mahasiswa senior yang sedang mendemonstrasikan kegiatan-kegiatan klub masing-masing.

Ngomong-ngomong soal klub ekstrakulikuler, aku masih bingung ingin bergabung dengan klub apa.

Soalnya, aku tidak berpikir untuk selalu mengikuti kegiatan rutin suatu klub. Yang kupikirkan hanyalah, aku ingin bekerja paruh waktu untuk menambah uang simpananku selama berada di Jepang ini.

Hmm, jadi ... aku harus bagaimana ya ...?

"Shakina-san!"

Sekonyong-konyong, Harumi datang sambil menepuk bahuku dari belakang. Aku pun terperanjat kaget hingga hampir membuatku berteriak.

"Harumi-san ... kau membuatku terkejut saja," protesku.

Si pelaku pengejutan itu hanya cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe ... maaf, maaf."

Aku mengembuskan napasku pelan, lalu kembali berjalan seraya melihat-lihat demo ekskul yang sedang diselenggarakan. Harumi pun menyamakan langkahnya denganku.

"Harumi-san, kira-kira ... aku lebih cocok masuk klub yang mana ya?" gumamku tanpa melihat lawan bicaraku barang sedikitpun.

Harumi berpikir sejenak. Lantas berkata, "Memangnya Shakina-san tidak ada keinginan untuk masuk suatu klub?"

Ia malah balik bertanya padaku, padahal kan aku meminta saran darinya.

"Ya ... sebenarnya aku tidak tertarik untuk bergabung dengan klub manapun. Soalnya aku lebih berpikir untuk bekerja paruh waktu."

Kutengok Harumi yang berada di sampingku dengan raut wajah murung karena bingung menentukan pilihan yang tepat.

Gadis di sampingku itu memangku satu tangannya dengan tangan kanannya memegang dagu, memasang pose berpikir.

"Hmm ... bagaimana kalau Shakina-san bekerja part time di toko bibiku saja," usulnya.

Kerutan di dahiku muncul begitu saja ketika mendengar ucapan Harumi tersebut.

Harumi yang sadar dengan responku itu lantas melanjutkan ucapannya lagi. "Bibiku punya toko penyewaan baju kimono di dekat Kastil Hamamatsu. Banyak para wisatawan yang datang ke tokonya. Mungkin dia tidak masalah memperkerjakanmu di sana." Harumi menjeda ucapannya.

"Secara ... kamu kan bisa tiga bahasa. Bahasa Jepang, Indonesia, bahkan Inggris. Pasti bibi bakal senang kamu dapat bekerja dengannya ...." lanjutnya, menjelaskan padaku panjang lebar mengenai hal tersebut.

Kurasa ... boleh juga aku mencoba bekerja di toko bibinya Harumi itu. Yang penting kan, aku bisa dapat uang untuk kelangsungan hidupku di negeri ini.

"Hmm ... boleh juga sih. Tapi beneran Harumi-san mau merekomendasikan diriku 'tuk bekerja di toko bibimu itu?" tanyaku masih ragu.

Dengan nada meyakinkan, ia menjawab, "Beneran kok! Shakina-san kan udah berhasil dapat beasiswa ke sini, berarti Shakina-san itu juga pekerja keras dong!"

Aku tersenyum senang mendengar hal itu. "Baiklah. Terima kasih, Harumi-san!"

"Tidak usah berterima kasih, Shakina-san. Aku bahkan belum melakukan hal tersebut."

Aku menggeleng cepat. "Gapapa kok. Mendengar hal itu saja sudah membuatku senang."

Nampak Harumi salah tingkah karena hal itu. "Oh iya, aku punya saran klub yang cocok untukmu."

Seketika aku penasaran dibuatnya. "Apa tuh?"

Harumi pun menyunggingkan senyuman lebarnya.

―――――――――――――――――――
¹ Shakina, kamu gapapa?
² G-gapapa kok.
³ Dah, sampai jumpa lagi~
⁴ Iya. Hati-hati ya~

✧✧✧✺✧✧✧







To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro