Chapter 04 : Club ...

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Heee?? T-tapi, aku belum terlalu lihai untuk itu ...."

"Tidak apa-apa, nanti aku yang akan mengajarkanmu agar bisa mengambil foto yang bagus dan indah kok!"

Harumi menyarankan diriku untuk bergabung dengan klub fotografi. Aku yang masih amatir dalam hal itu, tentu sangat terkejut. 

Hmm ... tapi kapan lagi aku bisa mendapat kesempatan untuk memotret objek-objek yang ada di Jepang dengan hasil yang memuaskan. Ah, tapi itu kan bukan bidangku sama sekali. Aku harus memikirkan ini lagi!

Gadis berponi depan itu berdiri di depanku dengan wajah penasaran, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutku. Sedangkan aku, masih memasang pose berpikir. Tangan kiri kuletakkan di depan perut untuk menahan tangan kananku yang sedang memegang dagu dengan iris mata yang mengarah ke atas.

"Bagaimana?" tanya Harumi, masih penasaran sambil menatapku intens.

Aku diam sejenak. Mengarahkan pandangan ke sekelilingku. Sorot mataku terhenti pada sebuah klub yang sedang mendemonstrasikan kegiatan mereka.

Mereka memakai pakaian tradisional semacam kimono, perbedaannya hanyalah pada bagian bawahnya. Pakaian ini dinamakan hakama, pakaian yang dikenakan di bawah kimono yang mirip celana lipat lebar.

Sekilas mirip seperti olahraga anggar. Namun, yang membedakan hanyalah pedang bambu yang mereka gunakan. Ya, klub yang kumaksud adalah klub kendo.

Aku sedikit tertarik dengan klub itu. Tentu saja, aku dapat mengetahui seni beladiri tradisional khas Jepang ini sejak aku menonton suatu anime. Tak kusangka aku bisa melihat semua ini secara langsung sekarang.

Ah! Tuh kan ... aku jadi melamun lagi. Aku harus segera mengambil keputusan saat ini.

Harumi juga tiba-tiba menghilang dari sampingku. Ternyata ia sedang asik memainkan ponselnya di sebuah bangku yang tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini.

Segera aku menghampiri gadis yang menjadi satu-satunya temanku di sini. Eh, apakah aku bisa menganggap Haru-senpai juga temanku ya? Entahlah.

Baru saja aku ingin duduk, tiba-tiba Harumi mengeluarkan suaranya.

"Sudah?" tanya Harumi, "Shakina-san selalu lama ya, kalau memikirkan sesuatu," Ia menutup mulut dengan telapak tangannya seraya terkikik pelan.

"Ahahaha ... maaf." Aku hanya bisa tertawa hambar sambil memegang tengkukku. Aku tak bisa membantah perkataannya, karena memang yang ia ucapkan itu sebuah fakta.

Harumi menepuk-nepuk bangku panjang yang sedang ia duduki. Aku pun langsung duduk di sebelahnya.

Sebenarnya aku masih bingung harus memilih klub apa. Malah kalau diperbolehkan, aku tidak ingin mengikuti klub apapun.

Namun ... sepertinya itu tidak boleh. Jadi, bagaimana ya? Aku bingung.

Kulirik Harumi yang masih setia menunggu jawabanku sedari tadi. Ternyata ia orang yang sangat antusias, ya!

Beberapa menit berlalu. Diriku masih saja terdiam, tak mengeluarkan sepatah katapun.

Suasana di sekitar masih ramai dengan lalu-lalang para mahasiswa senior maupun junior, para dosen maupun staff lainnya, hingga badut pun ada di sini. Eh? Kok ada badut ya? Hmm ... mungkin itu salah satu cara mendemonstrasikan klub mereka.

Ish, kenapa aku jadi memikirkan hal yang tidak penting sih!

"Masih lama ya, Shakina-san? Aku pergi dulu deh," ucap Harumi yang kini sudah berdiri di depanku.

Aku sedikit tercengang, spontan menjawab, "Eh, tunggu, Harumi-san mau kemana??"

Gadis itu tersenyum lebar, lalu berkata, "Ada deh~ Shakina-san tunggu aja ya di sini."

"Hmm ... oke deh." Aku pun mengiyakan permintaannya itu. Mungkin salahku juga karena sudah membuatnya menunggu lama.

Gadis dengan rambut sebahu itupun perlahan melangkahkan kakinya, menjauh dari hadapanku. Meninggalkan diriku yang sedang duduk seorang diri di tengah keramaian.

Oke, aku tidak boleh membuang waktuku hanya untuk memikirkan sebuah klub! Aku harus segera memutuskannya!

Entah sudah berapa kali aku mengucapkan kalimat itu dalam hati. Namun hingga sekarang, aku belum juga mendapatkan jawaban yang pasti.

Hmm ... Klub fotografi kah ...? Apa aku setuju saja dengan saran dari Harumi itu, ya? Lagipula, jika aku giat menekuni hal itu, mungkin aku bisa mendapatkan penghasilan juga dari hasil jepretanku.

Kalau aku masuk klub kendo, yang ada nanti aku malah kecapekan duluan sebelum kerja part time.

Atau ... aku masuk klub musik saja ya? Ah, tidak, tidak. Meskipun itu memang hobiku, tapi aku takut jika aku terlalu asik hingga melupakan tujuanku sebelumnya.

Jadi ... sepertinya memang hanya klub fotografi jalan satu-satunya yang dapat membuatku merasa agak bebas tanpa disibukkan dengan kegiatan klub yang terlalu padat.

Dan juga aku masih tetap bisa mengikuti klub itu meski berada di luar kampus sekalipun.

Baiklah! Aku akan memilih klub fotografi seperti yang disarankan Harumi tersebut!

Tadinya aku hendak keliling melihat stand-stand lainnya, tapi aku teringat dengan pesan Harumi untuk tetap di tempat ini menunggunya kembali.

Akhirnya aku pun mengurungkan niatku tersebut, dan kembali duduk dengan nyaman di bangku yang berada di dekat air mancur.

Tanpa kusadari, seorang pemuda yang mengenakan sweater berwarna biru sudah duduk di bangku yang sedang ku duduki sejak tadi ini.

Aku melirik pemuda di sebelahku itu. Yang dilirik itupun tersadar dan segera menolehkan kepalanya ke arahku. Ternyata dia Haru-senpai! Kakak Harumi!

Wah, kenapa aku merasa deg-degan ya sekarang.

"Hmm ... kamu Shakina kan? Teman Harumi," tanyanya.

Dengan terbata-bata, aku pun menjawab, "I-iya, Haru-senpai."

Nampak ia celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. Aku pun memberanikan diri bertanya padanya.

"Ada apa, Haru-senpai?"

Sontak ia mengalihkan pandangannya kepadaku. "Ah, tidak apa-apa," jawabnya, "oh ya, Harumi-nya kemana?" lanjutnya lagi.

Sudah kuduga, ia pasti mencari keberadaan adik perempuannya itu. Soalnya kan ... Harumi hanya dekat denganku.

Aku pun menjelaskan padanya tentang keberadaan Harumi.

"Tadi Harumi hanya bilang kepadaku kalau dia mau pergi sebentar. Aku tidak tau dia mau ingin apa," jelasku sambil cengengesan.

"Ouhhh ... begitu ya." Haru-senpai hanya ber'oh'ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Iya, ahaha ..."

Aku tak tau kenapa aku bisa begitu canggung ketika berada di dekat Haru-senpai.

Apa karena aku jarang berkomunikasi dengan teman laki-laki ya?

Jariku kini tengah asik berselancar di layar handphone-ku. Padahal yang kulakukan hanyalah menggulir-gulir beranda instagram sebab tidak tau harus berbuat apalagi dengan suasana canggung ini.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Harumi pun muncul dari tengah keramaian.

Ia terlihat membawa dua kantong plastik yang kutebak isinya adalah makanan ringan yang dibelinya dari stand-stand makanan di kampus ini.

Harumi nampak sedikit terkejut karena menyadari keberadaan kakaknya tersebut.

"Eh, Haru-niisan ada di sini juga toh!" ucap Harumi sambil menatap Haru-senpai.

Sedangkan yang ditanya hanya mengangguk-angguk ria, tak mengeluarkan suara barang sedikitpun.

"Sejak kapan?" tanya gadis itu lagi.

Dengan entengnya, Haru-senpai menjawab, "Sejak tadi."

Perempatan di kening Harumi mendadak muncul setelah mendengar jawaban dari kakak laki-lakinya tersebut.

"Hmph!" Harumi menggembungkan pipinya, lalu menghentakkan kakinya kesal.

Segera beralih bertanya padaku lagi. "Jadi gimana?"

"Ya, aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan klub ...."

Akhirnya, Harumi tersenyum puas mendengar jawabannya itu.

✧✧✧✺✧✧✧







To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro