Chapter 05 : Photo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ya, aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan klub ...." Sengaja aku menjeda kalimatku. Membiarkan Haruna memasang ekspresi penasarannya.

Aku menyunggingkan senyum di bibirku, sembari berkata, "... fotografi."

Akhirnya, Harumi tersenyum puas mendengar jawabanku itu.

Sementara itu, Haru-senpai hanya memperlihatkan raut wajah datarnya. Kemudian ia pun kembali menatap layar ponselnya.

"Eh tapi, kayaknya klub minum teh juga lebih nyantai deh," celetukku. Seketika ekspresi Harumi berubah menjadi datar seperti kakaknya tadi.

Haru-senpai juga sontak menengok ke arahku. Ia terlihat heran setelah mendengar perkataanku itu. Apa aku salah ya?

"J-jyoudan desu yo~¹" ucapku sembari mengusap tengkukku dan tersenyum masam.

Harumi menggelengkan kepalanya pelan. Ia menyodorkan satu kantong plastiknya padaku.

Tentu saja aku bingung dengan apa yang sedang dilakukan Harumi. Gadis itu paham kenapa aku terdiam dengan raut wajah bingung ini. "Aku membelikan ini untukmu, Shakina-san," jelasnya.

Wah, sungguh baik dan peka sekali gadis yang satu ini. Beruntungnya~ diriku.

Dengan mata berbinar-binar, aku bertanya, "Hontou ni?³" Harumi mengangguk pelan sambil tersenyum. "Arigatou, Harumi-san!"

"Hai', hai'~" Gadis di hadapanku itu tersenyum senang. Ia menoleh ke arah kakaknya. "Haru-niisan mau juga?"

Pemuda di sampingku ini berdeham, lalu menatap adiknya. "Ah, tidak usah. Aku sudah kenyang," jawabnya.

Namun, sedetik kemudian, suara aneh terdengar dari perutnya. Refleks Haru-senpai berpura-pura sibuk dengan gawai pintarnya, sedangkan kami berdua hanya cekikikan melihat tingkahnya.

Aku beralih ke sekantong plastik yang sedang kupegang, melihat isi yang ada di dalamnya. Ternyata Harumi membelikanku 2 pack Takoyaki yang per porsinya berisi 3 buah. Dan juga, sebotol minuman teh dingin.

Kutengok Haru-senpai yang masih berusaha menahan rasa malunya tersebut. "Eum ... Senpai," panggilku, "ini ... untuk Senpai saja."

Haru-senpai nampak terpegun mendengarnya. Begitupula dengan adiknya, Harumi.

Ah, iya ... ini kan pemberian Harumi. Tidak sopan rasanya memberikan pemberiannya pada orang lain sebelum meminta persetujuannya. "Tidak apa-apa kan, Harumi-san?" tanyaku.

"Eh, gapapa kok, Shakina-san." Gadis itu malah cengengesan mendengar pertanyaanku.

Kembali aku menyodorkan satu pack takoyaki itu pada Haru-senpai. Ragu-ragu ia menerima makanan tersebut. "A-arigatou, Shakina."

"Un! Douitta!³" Aku tersenyum puas setelahnya.

"Ohoho~ ternyata seorang Haru-niisan bisa malu juga, ya!" celetuk Harumi sambil berkacak pinggang dan menyunggingkan senyuman miring di bibirnya.

Raut wajah Haru-senpai yang tadinya malu, mendadak berubah menjadi jengkel karena ucapan Harumi. Ia pun refleks berdiri. "Memangnya kamu pikir, Nii-san tidak bisa malu gitu?!"

Dengan santainya Harumi menjawab, "Ya ... seperti itulah~"

Tampak Haru-senpai semakin kesal dibuatnya. "Hei! Kamu mau pulang sendiri nanti?!" tukasnya.

Aduh, gawat! Kenapa jadi ribut begini sih?! Eh tapi, aku jadi merasa nostalgia dengan suasana seperti ini. Suasana saat aku beradu mulut dengan adikku satu-satunya itu.

Tanpa sadar, aku menutup mulut dengan tangan kananku sembari tertawa pelan. Kakak-beradik itu spontan menatap ke arahku.

"Melihat kalian seperti itu, aku jadi teringat saat-saat aku ribut dengan adik laki-lakiku satu-satunya," ujarku, masih terkikik pelan.

"Eh, Shakina-san punya adik juga?" tanya Harumi seraya menatapku intens.

Aku menengadah ke atas, saling berpandangan dengannya. "Iya, kami berbeda 5 tahun usianya," jelasku.

Mereka berdua hanya manggut-manggut saja mendengar penjelasanku.

Harumi memegang dagunya dengan tangan kanan dan memangkunya dengan tangan kiri yang di sela-sela jarinya diselipkan kantong plastik. Gadis itu berdeham, lalu bergumam, "Hmm ... pasti adik laki-lakimu itu lucu kan? Tidak seperti Haru-niisan ini."

Ah, ternyata Harumi masih ingin membuat kakaknya itu merasa jengkel.

Haru-senpai mengembuskan napas berat, berusaha untuk tetap tenang. "Oh, begitu ...." katanya, "pulang sendiri ya, Harumi."

Terpampang jelas ekspresi panik Harumi saat ini. "Ih, Nii-san mah gituuu. Aku kan cuma becanda ...." Harumi menggembungkan pipinya, memasang wajah memelas.

Kini, aku hanya bisa tertawa-tawa melihat tingkah laku mereka. Apa mereka tidak malu ya, ribut di tengah keramaian?

Segera aku menengahi perdebatan ini. "Sudah, sudah. Ayo kita makan, sebentar lagi upacara penyambutan mahasiswa baru akan dimulai loh!" tukasku.

"Benar juga," jawab Haru-senpai singkat. Pemuda itu kembali duduk di sampingku.

Sementara, Harumi masih berdiri sambil berkacak pinggang. Dia mengembuskan napasnya pelan lalu duduk di samping kananku.

Aku tersenyum sumringah. Kuedarkan pandanganku ke samping kiri dan kananku. Lalu ....

"Itadakimasu~" ucap kami bersamaan.

.
.
.
.
.

Harumi dan diriku kini sudah berada di aula kampus. Menunggu dimulainya acara penyambutan ini.

Kalau ditanya kenapa tidak ada Haru-senpai bersama kami, jawabannya sudah jelas. Haru-senpai adalah kating atau senpai kami di universitas ini. Jadi, dia berada di area lain di aula ini. Atau mungkin ... dia memang tidak ikut kegiatan ini? Entahlah ku tak tau ....

Tinggal beberapa menit lagi acara ini akan dimulai. Para panitia pun sibuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan. Ada yang terlihat mondar-mandir mengecek alat-alat, ada yang berdiri di depan mimbar sembari memegang microfon untuk mengecek suaranya terdengar atau tidak, dan lain-lain.

Kulihat Harumi hanya diam sambil melihat ke arah panggung yang berada jauh di depan dan posisinya juga ada di bawah kami. Eum ... bisa kalian mengerti tidak?

Jadi, kursi-kursi yang ada di aula ini, seperti kursi yang ada di bioskop. Dan kami berdua berada di deretan kedelapan dari atas. Sangat jauh bukan? Ini karena Harumi dan kakaknya sempat ribut lagi ketika pemberitahuan acara ini akan segera berlangsung. Jadinya kami telat deh mencari kursi yang kosong.

Ah, tapi ... aku tidak menyalahkan mereka berdua juga kok, hehe.

Bunyi ketukan mic sudah terdengar. Seketika atmosfer sekitar aula menjadi hening. Sepertinya acara ini akan dimulai. Oke, saatnya untukku menyimak baik-baik kata demi katanya.

*****

Sorak-sorai gemuruh para mahasiswa terdengar. Upacara penyambutan ini sudah selesai.

Banyak para mahasiswa yang sudah keluar meninggalkan aula ini. Sementara aku dan Harumi masih duduk terdiam sambil bercengkrama tentang hal apapun.

"Harumi-san," panggilku, "mau berfoto denganku? ajakku pada Harumi.

"Oh, boleh!" jawabnya dengan sangat antusias.

Kami berdua pun mengambil foto bersama. Aku dengan gayaku seperti biasanya, menunjukkan kedua jari tanganku membentuk huruf V. Dan Harumi yang tersenyum lebar dengan telapak tangan yang terbuka seperti sedang melambai.

Harumi melihat layar ponselku yang menampakkan potret kami berdua. "Uwaahh~ baguuss!" Ia terkagum-kagum.

"Makasih ya, Harumi-san! Aku akan menyimpan foto ini baik-baik!" balasku dengan sangat gembira, sampai-sampai memejamkan mataku untuk beberapa saat.

Harumi tertawa pelan. "Seberharga itukah fotonya?"

Aku menjawab dengan yakin. "Sangat! Foto ini bisa menjadi foto pertama yang kita ambil kan? Aku akan sangat menjaganya!"

"Baiklah~" Harumi tersenyum riang, begitupula denganku.

✧✧✧✺✧✧✧







To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro