Chapter 07 : Kyudo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari sudah mulai petang. Riuhnya keramaian di area halaman kampus telah tergantikan oleh para mahasiswa yang berbondong-bondong melangkah ke gerbang keluar. Stand-stand yang ada pun sudah mulai ditutup satu per satu.

Di depan sebuah ruangan, aku dan Harumi tengah menunggu senior sekaligus kakaknya temanku ini yang sedang sibuk ikut merapikan barang-barang bekas pameran yang didemonstrasikan oleh klub memanah Jepang (kyudo).

Para mahasiswa senior yang merupakan anggota klub tersebut terlihat mondar-mandir memindahkan barang-barang klub mereka. Sebagian anggotanya masih terlihat mengenakan pakaian khusus kyudoka (pemanah kyudo).

Pakaian itu hampir mirip dengan klub kendo. Pakaian berwarna putih yang sekilas mirip kimono dengan hakama sebagai bawahannya. Yang membedakan dengan kendo-gi hanyalah namanya, yaitu kyudo-gi. Dan juga, untuk kyudoka perempuan, ada tambahan pelindung dada yang bernama muneate, serta yugake (sarung tangan).

Sebenarnya aku agak terkejut saat mengetahui bahwa Haru-senpai adalah anggota klub kyudo. Aku kira dia ikut klub basket atau voli yang sangat mainstream bagi kalangan laki-laki. Ternyata dia ikut klub memanah!

'Wah~ aku jadi ingin mencobanya juga~'

Aku memandangi busur serta anak panah yang agak terlihat asing -karena itu merupakan panah tradisional khas Jepang- di pojok ruangan lumayan lama dengan mata yang berbinar-binar.

"Kau ingin mencobanya, ya?"

'Ah! Kaget aku. Sejak kapan Haru-senpai sudah ada di depan Harumi?'

Aku terdiam saat menyadari Harumi dan Haru-senpai terus menatapku sedari tadi. Tapi anehnya, ketika aku menatap balik Harumi, ia malah melirik sambil mengerutkan keningnya pada Haru-senpai.

Kedua alisku bertaut, heran. Sedetik kemudian, aku baru tersadar belum menjawab pertanyaan dari lelaki yang mengenakan sweater biru itu. "Ah! I-iya, benar, Haru-senpai."

Entah refleks atau bagaimana, aku malah menurunkan pandanganku seraya menjeling.

Kala aku mengerlingkan mataku ke arah mereka kembali, nampak Harumi tersenyum miring sambil manggut-manggut. 'Dia lihat apa, sih?'

Nampaknya Haru-senpai juga sedikit bingung dengan suasana ini. Dia menatapku dan Harumi bergantian dengan satu alisnya tertarik ke atas.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak bergabung saja dengan klub kyudo?" cetusnya, dengan raut muka yang terlihat datar-datar saja. Padahal sekarang, dia sama saja sebagaimana orang yang sedang merekrut anggota baru.

Aku sempat tertegun mendengarnya, tapi saat aku tersadar kalau itu tidak mungkin, kedua alisku yang tadinya naik, kini turun kembali.

"Nii-san!" pekik Harumi tiba-tiba. Dia memberengut, sontak kakak laki-lakinya itu tersentak kaget.

Haru-senpai balik menatapnya, ia mengernyit seolah mengatakan 'kenapa?'. Gelengan kepala dari adiknya seolah menjawab rasa penasaran pemuda itu. Dengan segera, ia berkata, "Maaf, Shakina."

"Eh? Oh, tidak apa-apa kok, Senpai, tenang saja," balasku segera.

"Kalau kau mau, datanglah lagi saat Festival Universitas di bulan November mendatang," ujar seniorku itu lagi.

"Oh iya ya! Festival nanti akan seramai apa, ya?" seru Harumi, tampak sama penasarannya denganku.

Seulas senyum terukir di bibirku. "Baiklah, kami akan datang ke klub kyudo lagi saat festival nanti!" ucapku dengan ceria.

'Uwaaa~ baru kali ini aku bisa merasa sesenang ini ketika bersama teman yang belum lama kukenal~'

"Ah!" Lagi-lagi Harumi sukses membuatku dan kakaknya terkejut kembali. "Kalau kita di sini terus, kapan ke tokonya bibi?" tukasnya.

Oh, iya! Aku hampir saja lupa tentang hal itu. Padahal 'kan, tujuan kami berdua datang menunggu Haru-senpai untuk pergi bersama-sama ke toko kimono-nya bibi mereka berdua.

"Kalau begitu, ayo kita bergegas sebelum malam tiba." Haru-senpai melangkah lebih dulu menuju ke tempat parkir, kami pun berjalan di belakangnya.

Seperti biasa, aku dan Harumi berjalan berdampingan. Mendadak, gadis itu menempelkan bahu kirinya pada bahu kananku.

"Ssstt, ssstt, Shakina-san," desisnya. Dia tiba-tiba berbisik kepadaku seraya tangan kanannya menutupi mulutnya seolah tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya selain aku, termasuk kakaknya sendiri.

Aku pun ikut berkata lirih, "Ada apa, Harumi-san?" Tangan kiriku pun refleks menutupi mulutku juga.

Harumi melirik kakaknya yang berjalan di depan. "By the way ...," jedanya. Aku tau ini tidak lucu, tapi rasanya aku ingin tertawa mendengar dia mengucapkan bahasa Inggris dengan logat khas Jepang-nya, atau biasa disebut Japanglish.

"Kakakku biasanya tidak berkata sebanyak itu pada perempuan lain selain aku dan ibuku, lho," lanjutnya. Kini telapak tangannya menutup mulutnya dengan rapat. Dia berusaha menahan tawa.

Aku yang tidak paham, hanya berdeham dengan ekspresi bingung di wajahku.

Sementara itu, Harumi tampak menaik-turunkan alisnya dengan senyuman miring yang terukir di bibirnya.

Brukk

Haru-senpai mendadak menghentikan langkahnya ketika mobil mereka sudah di depan mata, membuat Harumi yang sedang berjalan di belakangnya menabrak punggungnya.

"Itai (sakit)...." ringis Harumi sembari mengusap keningnya.

Pemuda itu berbalik. Menatap Harumi dengan ekspresi yang samar-samar terlihat sinis. "Jangan ngomongin orang dari belakang. Kalau berani, ngomong langsung di depanku sini," katanya dengan ketus.

"Ih, apaan sih! Kalau ngomong langsung di depan orangnya tuh nyindir namanya!" timpal Harumi sambil berkacak pinggang.

'Waduh, bau-bau bakal berdebat lagi nih....'

Cepat-cepat aku berjalan ke tengah mereka. "Ano ... kalau begini terus, kapan kita berangkatnya, ya?"

Spontan perdebatan ini pun terhenti. Aku menghela napas lalu mengembuskannya pelan.

"Okelah, ayo masuk, Shakina-san."

Terdengar suara beep dua kali saat Haru-senpai menekan remote alarm mobil, menandakan pintu sudah bisa dibuka.

Aku pun masuk ke mobil setelah Harumi mempersilakanku untuk masuk setelahnya.

"Ayo berangkat, Haru-niisan."

"Berasa jadi kayak supir...." gumam pemuda itu pelan.

"Yosh! Ikimashou!!" sorak Harumi.

"Ikuzoo!!" sahutku.

✧✧✧✺✧✧✧







To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro