Dark Angel

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Written by tarachun

"Kami melaporkan langsung dari lokasi kejadian. Bunuh diri yang dilakukan oleh salah satu penghuni asrama wanita Reamur University kembali terulang. Ini sudah kasus yang ketujuh dan pihak kepolisian masih mencari tahu motifnya. Karena menurut pengakuan dari teman-teman pelaku bunuh diri, mereka tidak melihat keanehan di hari itu."

Para pencari berita masih ramai untuk meliput peristiwa semalam. Tempat kejadian sudah dipasang police line agar tidak sembarang orang masuk ke sana. Tim forensik sendiri sudah memastikan jika waktu kematiannya pukul 11.30 pm. Dilihat dari kondisi mayat sekarang.

Namun, sebenarnya ada sedikit keanehan bagi para penyedik. Kampus ini seakan menyimpan sebuah misteri tersendiri yang tidak boleh diketahui orang luar. Karena ketika mereka menangani kasus pertama, kegaduhan benar-benar terjadi dan membuat para penghuni berbondong-bondong ingin mengetahui yang sebenarnya.

Sejak mereka menangani kasus keempat, keanehan itu mulai terjadi. Tidak ada yang membuka mulut terlalu banyak. Mereka seolah takut untuk mengungkapkan sesuatu, tetapi dibalik raut itu terdapat sebuah rasa penasaran yang tinggi.

Menurut para penyidik, selama beberapa bulan ini mereka tidak menemukan sedikit pun titik terang. Kasus ini terasa semakin misterius karena minimnya informasi yang dapat mereka peroleh. Dan akhirnya mereka kembali ke kantor tanpa hasil.

"Lakukan saja, Nick!"

Rapat yang dilakukan pihak kepolisian akhirnya membuat mereka memutuskan sesuatu demi melancarkan proses penyelidikan. Nicholas Anderson dipilih untuk menyamar sebagai salah satu dosen di universitas tersebut. Mereka benar-benar ingin memecahkan kasus ini. Karena dalam dua bulan sudah ada tujuh kasus bunuh diri.

Nick dengan terpaksa menyetujui hasil rapat tersebut karena menurut atasan dan teman-temannya, ialah yang paling cocok. Pria dengan tubuh tinggi besar ini merupakan salah satu andalan kepolisian. Ia cerdas dalam menyimpulkan sesuatu dan beberapa kasus berhasil pria itu pecahkan sendiri.

Sebenarnya, Nick sendiri akan segera diangkat menjadi Mayor tak lama lagi karena prestasinya itu. Jadi, tugas yang ia emban kali ini dianggap sebagai ujian sebelum pangkatnya naik. Dan ia menerimanya dengan senang hati, tetapi tidak untuk menyamar sebagai dosen. Ia tidak memiliki bakat mengajar, Nick cenderung tegas terhadap anak buahnya.

***

"Kalian tahu, kita kedatangan dosen baru di sini." Stevie memasuki kelas dengan gosip terhangat yang menyebar luas di Reamur University. Wanita itu memang selalu paling cepat jika sudah berhubungan dengan gosip terbaru.

Kegaduhan tak bisa dihindari karena Stevie mengatakan jika dosen baru itu adalah laki-laki tampan. Mahasiswi lainnya ikut membicarakan, terlebih jam pertama mereka akan diisi oleh sang topik hangat pagi ini. Antusiasme para mahasiswi jurusan psikologi semester empat ini terlihat normal.

Satu yang berbeda, perempuan dengan rambut hitam panjangnya masih asik dengan headphone. Ia tidak peduli dengan segala pembicaraan anak-anak itu dan lebih memilih memandangi ponsel dan chat dengan seseorang di seberang sana.

Tak lama, Nick memasuki kelas pertamanya mengajar dan memperhatikan sekeliling. Semua terlihat normal, mereka seolah menjalani hari seperti biasa tanpa ada rasa takut yang membayangi. Kemudian ia memperkenalkan diri tanpa senyum sedikit pun, membuat kesan pertama yang tidak enak dipandang.

Ia memulai kelas dengan sangat baik, semuanya berjalan lancar. Ia mengajar seolah sedang memberitahu anak buahnya mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu. Namun, tepat saat Nick meninggalkan kelas ketiganya, pria itu tanpa sengaja mendengar sebuah percakapan singkat beberapa mahasiswi.

"Aku dengar hari ini ada yang membuka situs Gloomy Sunday."

"Oh, siapa dia? Baru beberapa hari yang lalu kita kedatangan polisi, tidak bisakah orang itu bersabar sedikit?"

"Benar, aku juga berpikiran begitu. Ini terlalu cepat, tidak seperti biasanya. Lagipula apa isi pikiran mereka yang berani memasuki situs itu?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Bahkan, memikirkannya saja sudah membuatku merinding."

Tiga orang mahasiswi yang saling bercakap-cakap itu mengangguk setuju dengan pemikiran terakhir. Mereka hanya pernah mendengar dan tidak berniat untuk mencobanya. Karena jika memang otakmu masih waras, lebih baik hindari hal-hal aneh seperti itu. Mereka mengingat ucapan salah seorang dosen yang memberi pendapat tentang situs misterius tersebut.

"Gloomy Sunday." Nick penasaran dengan situs tersebut, ia baru pertama kali ini mendengarnya. Ternyata keputusan menyamar memang tepat, baru sehari ia sudah menemukan petunjuk.

Melalui rapat kemarin juga Nick ditugaskan untuk ikut tinggal di asrama kampus itu. Mereka sudah terlalu lama menangani kasus ini tanpa hasil jadi akan lebih mudah jika kapten kepolisian tersebut lebih dekat lagi dengan lingkungan.

Tiba di kamar, Nick langsung mengambil laptop dan mencoba mengakses sebuah situs misterius. Namun, ia tidak menemukannya. Apa yang salah? Pria itu berpikir lebih dalam lagi. Apakah Gloomy Sunday hanya khusus untuk mahasiswa-mahasiswi saja yang bisa mengakses? Sepertinya tidak, karena kasus bunuh diri ini pernah terjadi pada seorang dosen perempuan juga. Lalu, harus bagaimana?

Akhirnya, Nick memilih untuk mencari tahu lebih jauh esok hari. Ia cukup lelah hari ini menghadapi berbagai karakter mahasiswa-mahasiswi yang sangat aktif. Lebih baik ia mengistirahatkan tubuh dan pikiran agar esok dapat mengumpulkan lebih banyak petunjuk.

Nick tidak sadar sudah tertidur berapa lama, tetapi ia tersentak ketika mendengar musik yang mengalun cukup keras. Sepertinya beberapa kamar dari tempat ini dan musik itu asing di telinganya. Nick mengambil ponsel di nakas dan melihat jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Ah, ia tertidur sekitar dua jam rupanya.

Semakin lama, musik yang terdengar lebih kencang lagi dan aura yang terasa hingga ke kamarnya benar-benar berbeda. Terkesan begitu kelam dan mencekam. Musik apa ini? Setengah jam berlalu dan akhirnya musik itu berhenti.

Baru saja Nick ingin melanjutkan berkelana ke alam mimpi, ia mendengar banyak derap langkah berlarian melewati kamarnya. Karena penasaran, ia pun ikut keluar dan menahan salah satu mahasiswa yang akan lewat.

"Ada apa?" Ia mengingat mahasiswa ini adalah salah satu yang diajar tadi siang.

"Oh, itu." Mahasiswa itu menggaruk tengkuk, bingung harus menjelaskan bagaimana kepada dosen baru ini.

"Katakan!" perintah Nick tak sabar.

"Anda tidak mendengar alunan Gloomy Sunday yang cukup keras sekitar setengah jam?"

"Aku mendengarnya," sahut Nick mengerutkan kening.

Lagi-lagi Gloomy Sunday. Ah, jadi musik dengan aura mengerikan tadi itu adalah Gloomy Sunday? Seingatnya, lagu tersebut memiliki makna tentang kematian dengan cara bunuh diri. Apakah? Oh, sial sekali jika kesimpulannya benar.

Nick berlari ke arah orang-orang yang sudah berkumpul di depan sebuah kamar. Mereka ragu untuk membuka, tetapi kapten kepolisian bukanlah orang yang sabar. Ia mendobrak kamar tersebut dan menemukan mahasiswa yang sudah tergantung dengan sayatan di beberapa bagian tubuh, sama seperti pelaku bunuh diri sebelumnya.

Ia mendekati mayat yang masih tergantung tersebut. Nick mengambil kursi untuk menurunkannya dan memeriksa tubuh tersebut. Goresan-goresannya sangat lembut, seakan alat yang dipakai dapat menari begitu saja. Namun, ia tahu benda tajam itu pasti sangat menyakitkan menggores tubuh ini.

"Apakah dia kidal?" tanya Nick pada salah satu mahasiswa di sana.

"Tidak, Sir."

Ah, ini bukanlah kasus bunuh diri. Nick sangat yakin dengan pemikirannya. Bagaimana seseorang yang tidak kidal dapat menggores tangan kanannya sendiri dengan begitu mulus. Pola yang dibuat pun sangat rapi. Seharusnya tidak begini.

Nick semakin yakin ini benar-benar berkaitan dengan Gloomy Sunday itu. Ia harus segera mencari tahu hubungannya. Sial! Adrenalinnya terpacu sangat kencang, petunjuk ini dan kasus yang ia tangani benar-benar berbeda dari biasanya.

Tak lama pihak kepolisian pun datang setelah dihubungi oleh Nick. Pria itu sendiri kini menghilang dan mencari petunjuk lain. Ia membuka salah satu ruang yang diketahui sebagai tempat praktek anak-anak IT. Deretan tiga puluh perangkat PC tersedia di sana. Nick mencoba salah satunya dan menemukan yang ia cari.

Gloomy Sunday

If you want to die, just invite.

Turn your gloomy sunday, dark angel will come to you.

Nick men-download musik yang memang disediakan dari situs tersebut. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi dan bagaimana pelaku pembunuhan itu membuat segalanya tampak begitu rapi? Pria itu mencoba peruntungannya kali ini, bertaruh apakah esok ia masih hidup atau bernasib sama seperti mahasiswa tadi?

Begitu keluar dari ruangan itu, Nick merasa seperti diawasi. Namun, pandangannya tidak menangkap hal mencurigakan. Kemudian ia memilih mengabaikan dan menemui Letnan Kepolisian. Pria itu menceritakan petunjuk yang telah ditemukan dan memberitahu jika ia mencoba mengikuti pola dari Gloomy Sunday tersebut.

"Kau gila, Nick! Tidak perlu sampai seperti itu. Bagaimana jika kejadian yang sama menimpamu?"

"Tenanglah, Sir. Semua akan baik-baik saja. Jika Anda khawatir, tepat pukul setengah dua belas malam nanti hubungi aku. Kalau tidak ada yang mengangkat panggilan itu, artinya Anda kehilangan saya. Ini sebuah pertaruhan dan semoga kita memenangkannya."

Letnan kepolisian tersebut tidak habis pikir dengan Nick. Ia tahu jika pria yang sudah menjadi anak buahnya sejak awal itu memang selalu melakukan semua sendiri, tidak peduli risiko yang bisa terjadi padanya. Namun, Nick sudah dianggap seperti adik sendiri olehnya. Sungguh ia tidak rela jika harus kehilangan pria berbakat tersebut.

***

Tepat pukul sebelas malam, Nick melakukan hal yang sama seperti korban Dark Angel itu. Ya, karena ini merupakan kasus pembunuhan, maka status pelaku bunuh diri berubah menjadi korban.

Sebenarnya, Nick memikirkan sesuatu. Untuk apa Dark Angel membuat situs tersebut? Apakah hanya demi kesenangan semata? Jika memang seperti itu, artinya ia menantang psikopat. Ini semakin menarik dan berbahaya.

Selama lima menit di awal, ia masih bisa berpikir dengan baik. Namun, musik itu seolah menjadi lullaby yang lama-kelamaan semakin membuat Nick kehilangan pikirannya. Ia berulang kali menggeleng, berusaha menyadarkan diri. Kepalanya semakin berat, matanya sulit untuk terbuka. Aneh. Tubuhnya terasa begitu ringan dan ia bahkan kehilangan kadar kewaspadaan.

Pria itu tidak sadar jika ada orang lain yang masuk ke kamarnya. Nick hanya melihat bayang-bayang dari rambut dan gaun hitam panjang yang melambai begitu indahnya. Semerbak mawar merasuk indera penciuman, semakin membuatnya mengantuk.

"Selamat malam, Kapten Nick." Suara seorang wanita mengalun begitu lembutnya bersamaan dengan benda dingin yang menempel di pipi. "Anda sudah bermain cukup jauh dan mengusik ketenangan. Bagaimana jika kita akhiri ini? Kedamaian tak lama lagi akan menyambut Anda dalam keabadian."

Nick tidak merasakan hal lain, ia hanya tahu jika kesejukan ini membawa kedamaian. Bahkan, pria itu bertanya-tanya. Kapan ia pernah merasakan hidup yang begitu tenang?

"Lanjutkan, Sayang!" Kelembutan suara yang tadi ia dengar seketika berubah menjadi begitu dingin dan tajam. Nick tersentak ketika merasa goresan benda tajam menari di tangan kanannya.

Mata pria itu seketika terbelalak saat goresan tersebut berubah menjadi tusukan keras tepat di nadinya. Samar ia dapat melihat pelaku yang ternyata seorang mahasiswi berambut hitam dan berkulit pucat yang duduk di pojok kelas saat hari pertamanya mengajar. Namun, wanita itu bukan yang menggores tangannya.

Anastasya, itulah nama yang berhasil Nick ingat. Wanita berambut hitam itu menjilati darah yang mengalir di tangan kanannya. Membuat rasa sakit bercampur nikmat menjadi satu. Namun, di bagian tangan kirinya masih menari sebuah benda tajam. Nick tidak tahu mengapa ia seolah menjadi bisu. Seharusnya ia berteriak kesakitan, bukan menikmati hal ini.

Musik pun masih mengalun, napas Nick mulai satu-satu. Ia memang tidak bisa bertahan. Jadi begini akhirnya? Dark Angel. Benar, wanita ini memang terlihat seperti malaikat kematian. Wajah pucatnya dengan bibir merah karena menikmati darah Nick. Tidak, Anastasya bukanlah vampire. Hanya ia menyukai cairan berbau besi itu. Sangat menenangkan.

"Sudah selesai, Sayang."

Pria yang sejak tadi asik menari dengan pisaunya pun tersenyum. Ia masih memperhatikan Anastasya yang menjilat habis darah yang mengalir. Baru kali ini pria itu melihat wanitanya begitu menikmati. Ah, mungkin darah polisi cerdas memang terasa lebih nikmat.

"Aku sudah selesai, Wayne."

Pria itu mengangguk dan melakukan hal yang seperti biasanya. Wayne melepas tali yang mengikat tangan korbannya dari kepala ranjang. Kemudian, ia menggantung seperti biasa, dengan posisi yang sama seperti korban lainnya.

"Aku mulai bosan di sini, Wayne. Mereka sudah mencium pergerakan kita karena pria itu."

"Baiklah, kita pergi ke kota lain dan berburu korban baru."

Anastasya menyetujui ucapan kekasihnya. Permainan mereka di kota ini berakhir dan akan dilanjut ke tempat lain yang lebih mengasyikkan. Tanpa ada orang-orang yang mengusik mereka lagi.

END

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro