keluarga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ArblShabil


Senja telah terbit di ufuk timur, dengan asap polusi yang memenuhi permukaan langit hingga awan terasa gelap dari biasanya. Gadis berkacamata dengan tumpukan buku di tangan, melangkah memasuki lobby menyapa teman-temannya yang tengah tertawa.

"Pagi semuanya." Tatapan jijik dan senyum, ia dapatkan dengan tumpukan buku yang semakin menambah.

"Bawain ya, kita mau ke kantin. Kamu, mau kan?" Tatapan tersebut, tak mampu membuat gadis tersebut menolak, ia mengangguk dan melangkah pergi.

"Dasar bodoh, dimanfaatin mau aja. Yuk cus ke kantin," ucap wanita bersurai hitam dengan gulungan bagian bawah bewarna merah.

Mereka pergi, meninggalkan gadis berkacamata tersebut yang masih setia mendengarkan setiap perkataan yang terekam jelas di benak.

Aku bodoh, iya aku bodoh! Aku gak punya otak, pengecut! Udah tau dimanfaatin gak mau pergi, gak mau cari temen baru! Aku bodoh, tapi ... Adakah yang mau berteman denganku? Dengan orang culun sepertiku? Batinnya terus berseru, memenuhi kepala hingga kunang-kunang beterbangan melingkari.

"Woi, culun! Dipanggil dosen kesayangan Lo tuh," teriak salah satu pria--teman kelasnya. Ia berlari memasuki kelas, meletakkan buku dan segera berlari ke arah kantor.

"Permisi pak," ucapnya sembari memasuki ruangan ketika sudah dipersilahkan, dia duduk di depan meja berhadapan dengan pria paruh baya berkisar tiga puluh tahun.

"Sulela Jumainah, ini sudah peringatan kedua untuk membayar kuliah!" Gadis bernama Lela, menunduk. Menatap sepatu buntut yang telah berlobang menampakkan ibu jarinya.

"Maaf pak, Emak di kampung belum bisa jual hasil kebon, jadi Lela belum bisa bayar." Dosen di depannya menghela nafas, melepas kaca mata yang bertengger indah sedari tadi, dan mengambil surat di laci.

"Batas tenggang kamu, sampai Minggu depan. Jika kamu tidak bisa membayar, kamu tidak akan ikut ulangan," ucap dosen tersebut, sembari menyerahkan surat putih berlogo UNEXT.

"Inggih pak, Lela nanti telpon emak. Terimakasih." Ia bangkit, dan pergi ke luar. Menunduk, tak tentu Arah.

Aku harus cari di mana? 2.500.000 itu besar buat diriku. Batinnya mencari ide. Hingga sebuah pikiran terbesit dalam otaknya.

"Agnes!" panggilnya ketika melihat seorang temannya yang tadi meletakkan buku, datang tanpa menyapa seolah dia makhluk halus tak bisa dilihat.

"Apasih teman culunku?" Gadis--Agnes, mendongak memasukkan handpone-nya.

"Eng, em ... Aku boleh ikut kerja sama kamu?"

"Yakin? Lo mau kerja sama gue?"

"Iya, aku butuh uang, Agnes."

"Okelah, gue bisa atur. Entar malem kumpul di rumah gue, jam 7! Lo gak Dateng, gue anggap batal kerja sama kita." Agnes berlalu melewati dengan tersenyum manis.

°°°

Jam telah menunjukkan pukul tujuh, di mana Lela dengan teman-temannya telah berkumpul di rumah Agnes.

"Lo!" panggil Agnes, menyerahkan gaun merah menyala ke arah Lela.

"Ini ... Pakai?" tanyanya ragu, yang diangguki. Lela berjalan ke arah toilet, mengganti pakaiannya.

"Lumayan." Agnes menilai teman cupunya yang baru saja keluar, lensa mata palsu bewarna biru muda, mengitari.

"Sekarang, waktunya gue dandanin Lo!"

°°°

Brak!

Suara lemparan buku, membangunkan seseorang di sampingnya dengan terkejut.

"Ada apa?" gumam orang tersebut, dengan mata sayup-sayup menyesuaikan cahaya.

"Buku sinetron, aku muak baca gituan! Hwaaa," teriak seorang gadis sembari mengacak surai panjangnya.

"Cerita apa emangnya, Ra?"

"Ya gitu, sinetron banget, Oom. Gadis cupu, karena uang dan kehasut temen akhirnya jual diri," ucapnya menenggelamkan kepalanya. Shoru menjitak gadis di sebelahnya.

"Aduh, kembaran jahat. Ara tusuk nih," ucapnya sembari menodongkan pisau.

"Kayak berani aja." Ara memukul kepala pria di depannya berulang kali, yang membuat Shoru menarik tangan gadis di belakangnya untuk duduk diam.

"Ke kantin yok?"

"Kau gak inget, aku benci manusia?" Shoru menatap datar ke arah Ara, yang dibalas cengiran tak berdosa.

"Shoru, Ara mau coklat!" Ara menggoyangkan tangan pria di sebelahnya dengan gemas, yang dibalas dengan jitakan menggunakan gulungan buku.

"Hwaa, Ara mau coklat!" Shoru yang mendengar, menyumpal telinganya dengan headset. Gadis tersebut bangkit, menemui seseorang di kelas atas yang tengah belajar. 

"Kakak imut, Ara mau coklat." Gadis dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya, mendongak menatap adik kecilnya. Ia mengeluarkan sebatang coklat bewarna oranye dari tas, menyerahkan, dan kembali belajar.

Ara berteriak senang, berlari kembali ke kelas. Bel berdenting tepat ketika ia telah menduduki bangku, sensei masuk, memulai pelajaran.

°°°

"Oom, Tante sama Om ada?" Pria di sampingnya mengangguk.

"Ara mampir ya," ucap gadis tersebut, yang dibalas anggukan. Mereka berjalan, dengan Ara terus meloncat, jalan, dan kembali menggoda pria di sebelahnya.

"Assalammualaikum, Tante Dea." Ara masuk, mencium punggung tangan tante tersayangnya beserta pria berumur dua puluh lima ke atas di sampingnya.

"Eh, Om Ian kapan pulang?"

"Baru, Ra. Kau kan tahu, Om tidak bisa jauh dari tante jutekmu ini."

"Apasih Yan, dasar lumut bulukan."

"Dasar setan."

"Masih setan, kau suka." Dea menatap sinis.

"Ya iyalah, dulu malu-malu," ucap Ian yang dibalas tendangan di kaki.

"Udah ah, Ara mau makan. Ada coklat kan?" Ara bangkit, meninggalkan dua sejoli yang masih asik bertengkar, menuju dapur.

"Assalammualaikum," ucap wanita dengan gamis menjuntai dan jilbab anggun yang terpasang di kepalanya.

"Eh, kalian. Masuk." Ketiga pasangan tersebut masuk.

"Eh, Assalammualaikum." Ara mencium satu persatu, dan berlalu pergi menuju kamar seseorang.

"Oh iya, Dis kamu sama Hasan udah lama pacaran, gak mau lanjut gitu?" tanya gadis dengan pakaian gamis biru.

"Tara, gak boleh gitu. Mungkin mereka udah ada rencana."

"Iya, Bang Yan kita udah mau lamaran kok minggu depan." Hasan menimpali, dengan tersenyum manis.

"Yaudah nanti Kakak ikut ya sama Mas Adam."

"Iya, Mbak Manda." Adis mengangguk, mereka mengobrol ria.

"MAMAH!" teriak Shoru sembari menuruni tangga.

"Ada apa?"

"Mamah, selamatkan Shoru dari Ara!" Ara turun, menatap gemas ke arah kembarannya.

"Ara, diem di situ!"

"Ara mau geplak kepala Oom," ucapnya membawa sutil.

"Kau! ARGHHH! Seseorang selamatkan Shoru." Mendengar teriakan, seseorang dari kamarnya keluar.

"Ara!" Gadis yang tengah mengejar, berhenti, berbalik badan menunduk.

"Maap." Shoru yang melihat, menjulurkan lidah.

"Good girl, jangan ramai." Pria tersebut kembali memasuki kamar setelah tersenyum tipis menyambut semua orang.

"Rei, udah makan dey?" Dea mengangguk, hingga pembantu di sana keluar dari dapur mengatakan bahwa makanan telah siap. Semua orang bangkit, berjalan menuju meja makan. 

"Mbak Yuyu, sama Nadia udah nungguin." Kedua orang yang tengah membantu menyiapkan menoleh, tertawa begitu saja. Mereka duduk menyantap makanan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro