(SoL) Soal Fisika

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Written by: Amandanurma

Tunggu, untuk apa aku menghitung kecepatan buah Apel tepat sebelum menyentuh tanah? Sungguh pertanyaan yang tidak penting!

Amane mengerang frustasi, kedua tangannya terangkat dan meremas rambutnya sendiri. Diliriknya, Shouta, mahasiswa paling pintar di jurusan Fisika yang kini sedang santai membaca komik sambil menjilati eskrim coklat, duduk tepat di hadapannya.

"Tidakkah Shuouta-kun mau berbaik hati memberiku clue?" Amane berusaha mencari simpati dengan memperlihatkan puppy eyes andalan yang biasanya bisa meluluhkan hati seluruh makhluk hidup di sekitarnya. Tapi, tak berlaku untuk Shouta. Pemuda itu hanya meliriknya sedetik sebelum kembali menekuni komik dan eskrimnya. Shouta bahkan tak menawarinya untuk sekedar berbagi eskrim itu. Tahukan Shouta bahwa dirinya sangat mengharapkan bekas jilatan itu? Susah payah ia menelan ludah, lalu kembali menundukkan kepala. Dia mencorat-coret pinggiran kertas dengan menggambarkan Gokku datang dan mengkame-hame soal nomor tiga hingga musnah.

"Tiga puluh menit lagi," ucap Shouta acuh, setelah melirik sebentar jam hitam di pergelangan tangan kirinya.

Amane mendongak. "Apa? Bukankah Shouta-kun memberiku waktu dua jam? Aku belum mengerjakan satu pun!" protesnya. Amane melihat jam tangannya sendiri untuk memastikan kesalahan Shouta, tapi dia menghela napas, terpaksa menerima kebenaran ucapannya. Dia sudah duduk di bangku itu bersama Shouta selama satu setengah jam, membaca soal di hadapannya berkali-kali, tanpa mampu memahami satupun maksud soal-soal itu. Meski dia tahu, dia harus mencari kecepatan buah Apel tepat sebelum menyentuh tanah, tapi otaknya masih menolak. Menurutnya, untuk apa dirinya harus mencari kecepatan? Mengapa tidak biarkan saja buah itu jatuh, tanpa harus memusingkan orang disekitarnya?

Amane menatap nanar selembar kertas berisi soal-soal dihadapannya. Jika bukan demi mendapatkan jawaban Shouta atas pernyataan cintanya satu setengah jam yang lalu, dia tak akan sudi menyentuh kertas itu. Dia memutar kepala, tatapannya beralih ke jendela kaca di samping pintu. Di balik jendela, hampir setengah pemuda dari jurusan Fisika berdiri sambil membawa spanduk, kertas, atau papan bertuliskan pernyataan cinta mereka, bunga, coklat, dan segala hal-hal romantis lain. Dan mereka dengan setia menunggu dan mencintainya tanpa syarat. Amane menghela napas. Diliriknya kembali pemuda yang tak terusik di hadapannya. Haruskah dia menyerah saja? Seandainya Shouta saat ini ada di antara mereka, Amane akan dengan senang hati melemparkan diri ke pelukan pemuda itu.

"Bisakah kau menerimaku saja, Shouta-kun?" tanyanya, memelas.

Shouta menggeleng, tanpa mengalihkan pandangannya dari komik. "Aku tidak mau punya pacar cantik, tapi berotak kosong," ucapnya singkat.

"Aku akan mengisi dan menggunakan otakku! Aku janji!" pekik Amane sambil mengacungkan satu tinjunya ke udara.

"Selesaikanlah dulu, masih ada lima menit lagi."

"Tapi aku buntu!"

"Gunakan apa yang ada di dalam kepala cantikmu itu, Amane-chan?"

"Aku ... cantik?" Mata Amane berbinar-binar mendengar pujian di balik sindiran Shouta.

Shouta menghela napas, lalu kembali melirik lembar soal yang diberikannya pada Amane sebagai tes seleksi penerimaan pernyataan cintanya dua jam lalu. Lembar kertas itu penuh dengan gambar-gambar anime, Kenshin menebas soal nomor satu, Tsubasa menendang nomor dua, Gokku mengkame-hame nomor tiga, Saitama memukul nomor empat, dan Marshal D. Teach yang melahap nomor lima.

"Ternyata otakmu sedikit berisi, Amane-chan," ucap Shouta sambil tersenyum.

"Jadi? Apakah aku diterima?" tanya Amane dengan mata berbinar-binar tak sabar.

Pernah dipublish di tinlit.com akun amandanurma dengan judul He or Them? dalam rangka menjawab tantangan event galau tinlit.com

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro