02. Cekrek, Upload!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Foto-foto selama liburan di Bali itu kini terpampang cantik di beranda sosmedku. Disusul dengan foto-foto liburan di Lombok, kemudian di Papua. Sudah ratusan foto yang berhasil kuunggah hari ini. Rasanya lega.

Sekarang, mengunggah foto dan kenangan di sosmed menjadi suatu kegemaran tersendiri buatku. Tak hanya foto-foto liburan keluarga, bahkan foto-foto momen sederhana bersama anak-anak dan suami juga ikut berjejer rapi. Pun foto saat anak-anakku baru lahir hingga menginjak remaja.

Setiap kali selesai mengunggah foto, reaksi yang kuterima selalu beragam. Ada yang memberikan tanda like, tanda hati, bahkan berkomentar. Kadang komentarnya manis, ikut memuji keharmonisan keluarga yang kutunjukkan. Ada pula yang memberikan komentar menohok.

Seperti beberapa waktu lalu misalnya.
Ketika aku memuji suami pada sebuah postingan karena memberi hadiah gamis di hari ulang tahunku, ada yang menulis komentar: Hati-hati, Bun. Jangan terlalu mengumbar kemesraan dengan suami di sosmed. Nanti suami direbut pelakor.

Dan aku hanya membalas komentar itu dengan emot tersenyum.

Ada juga seseakun yang senantiasa membuat postingan nyinyir manakala diriku selesai mengunggah foto, atau baru saja menulis sesuatu di wall pribadi.

Halah, sosmed ini isinya hanya pencitraan. Yang kelihatan bahagia belum tentu aslinya begitu. Bisa jadi itu hanya kamuflase untuk menutupi masalah rumah tangganya. Begitu tulisnya.

Atau ketika diriku selesai mengunggah foto liburan, dia akan menulis: Duh, pamer foto liburan mulu. Kayak OKB. Norak.

Apakah segala nyinyiran itu ditujukan untukku?
Entah.
Aku sendiri tak ambil pusing.

°°°

Upload foto mulu. Iya kalo mukanya kinclong kayak artis, buluk gitu. Pada nggak ingat umur ih.

Postingan itu muncul hanya berselang beberapa menit ketika diriku sukses mengunggah foto selfie yang kuambil tadi pagi.
Foto kami berempat. Aku, suami dan anak-anak. Foto itu kuambil tanpa rencana ketika kami baru bangun tidur. Entah kenapa, wajah-wajah kusut kami terlihat lucu. Haha...

Lagi-lagi, postingan tandingan itu tak kuambil pusing.
Kalau itu ditunjukkan untukku, biarlah.
Kalau bukan, alhamdulillah.

Aku menghentikan aktivitas berselancar di sosmed manakala Sisi, adik iparku, datang berkunjung.
Membawakan kue cemilan kesukaan anak-anak, ia menyapaku ramah sambil mencium tangan.

"Masmu belum pulang dari kantor," ucapku.

"Gak apa-apa. Cuma mampir aja, kok. Tadi habis ngurusi kerjaan di luar," jawabnya sambil duduk di sampingku.
"Azza sama Atta mana?"

"Ada jadwal les tambahan. Pulangnya masih nanti sekitar pukul lima," jawabku.

Sisi manggut-manggut.

"Bikin minuman sendiri sana."

Perempuan yang punya karir bagus di kantor perpajakan itu menggeleng. "Nanti aja, ah. Gampang," ucapnya.

Kami mengobrol santai selama beberapa waktu. Sampai akhirnya ia berkata, "Mbak, mbokya kebiasaan posting foto dikurangi. Ingat umur, Mbak. Kayak abege aja. Norak."

Aku menelan ludah.
Ingat umur?
Norak?
Entah kenapa kata-kata itu layaknya deja vu.

"Si..." panggilku lirih. Kurasakan bibirku bergetar.
Rahasia yang selama ini tersimpan rapat bersama suami dan anak-anakku akhirnya terkuak sudah. "Aku sakit." Suaraku tercekat.

"Dokter bilang umurku tak lama. Jadi aku sengaja mengunggah semua foto, semua kenangan itu di sana. Agar kelak jika aku sudah tiada dan suami beserta anak-anakku kangen padaku, foto-foto itu bisa digunakan sebagai pelepas rindu."

°°°

Selesai.

Cerita ini terinspirasi oleh seorang kawan yang sudah pergi dengan tenang. Ketika tiba-tiba terbersit rindu, saya selalu berkunjung ke akun sosmed-nya. Tersenyum geje membaca lagi postingan-postingannya yang gokil. Terkadang mewek melihat foto-foto kebersamaan dengan sahabat, keluarga, dan juga putri kecilnya yang lucu.

Jadi jika ada teman di friendlist kalian yang suka sekali mengunggah foto kebersamaannya dengan orang terdekat, biarlah.
Bisa jadi ia sedang menciptakan kenangan sebanyak mungkin. Bukan untuk kamu, tapi untuk keluarga dan orang-orang tercinta.

2019©Winset

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro