15. Ayo Kawin Lari

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sunny memasukkan beberapa potong bajunya ke koper dengan berderai air mata. Beberapa baju dan dokumen-dokumen penting ia campur jadi satu, ia masukkan tanpa perlu repot-repot menatanya.

Sesekali ia melirik ke arah jam weker di meja rias.
15 menit lagi.

15 menit lagi Shawn akan melangsungkan pernikahannya dengan perempuan itu. Perempuan pilihan ibunya.

Dan lelaki jangkung bermata indah itu akan segera menjadi milik orang lain, selamanya.

Menghadapi kenyataan itu, tangis Sunny kembali meledak. Membayangkan Shawn menjadi milik orang, hatinya merutuk, tak rela. 
Hubungan percintaan yang mereka lewati selama hampir tiga tahun dengan penuh kasih sayang, tiba-tiba sekarang terasa musnah seketika. Tak tersisa.

Kenapa ibu Shawn harus menjodohkan lelaki yang ia cintai itu dengan perempuan lain?

Kenapa wanita yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri itu tega melakukannya?

Memisahkan mereka? Memisahkan ia dengan Shawn.

Hanya karena balas budi? Hanya karena dulu ayah perempuan itu pernah menolong keluarga Shawn ketika mereka mengalami kebangkrutan dan terpuruk?

Tapi kenapa harus menyuruhnya menikah?
Bukankah itu sama saja menjadikan Shawn sebagai alat untuk membayar hutang?
Tega sekali.

Dan Sunny terus saja sesenggukkan, patah hati.

***

Sunny menghampiri taksi yang telah menunggu di depan apartemennya. Setelah memasukkan koper ke bagasi dengan bantuan pak sopir, perempuan itu masuk ke kursi penumpang dengan mata sembab.

Ia menyempatkan menatap apartemennya sendiri sebelum menyuruh pak sopir untuk berjalan.
Ia sempat bingung menjawab ketika sopir taksi menanyakan tujuannya.
Karena sesungguhnya ia sendiri bingung hendak kemana.
Yang ia tahu, ia takkan lagi sanggup tinggal di kota ini setelah apa yang terjadi antara dirinya dengan Shawn. Terlalu banyak kenangan, terlalu banyak luka.

Mungkin ia harus pulang kampung? Atau mungkin ke kota lain yang lebih jauh? Atau ... mengunjungi temannya di luar negeri?
Entahlah, yang jelas ia harus pergi.

Taksi baru berjalan sekitar 500 meter ketika sang sopir membuka suara.
"Miss, apa kau punya urusan yang belum kau selesaikan?" Pertanyaan tersebut membuyarkan lamunan Sunny.

"Mm, tidak ada," jawabnya serak.

"Lalu kenapa lelaki itu terus menerus mengejar kita dan berteriak-teriak?" Sopir setengah baya itu melirik sekilas ke kaca spion.

Sunny mengernyit bingung. Perempuan itu memutar tubuh dan segera manik matanya menangkap sosok menjulang tengah berlari mengejar taksi yang ia tumpangi. Pria itu bahkan masih mengenakan jas pengantin.

"Shawn?" Ia mendesis bingung.

"Apa kita harus berhenti, Miss?"

"Berhenti!" jawab Sunny Cepat.

Taksi bergerak ke pinggir dan berhenti perlahan.
Masih diselimuti kebingungan ketika sosok tampan itu menjangkau taksi yang ia tumpangi, membuka pintu lalu menyeruak masuk begitu saja. Ia menatap dirinya dengan napas terengah.

"Shawn--"

Dan kalimatnya tertahan ketika kedua tangan kekar itu menangkup wajahnya lalu mencium bibirnya terburu. Ia tak peduli dengan sopir taksi yang melirik mereka dari kaca spion.
"Ayo kawin lari." Pria itu berbisik di atas bibir Sunny.

"What?" Sunny menggumam tak percaya.

Shawn menelan ludah.
"Aku akan meninggalkan segalanya. Mempelai wanitaku, keluargaku, semuanya, demi dirimu. Jadi ayo kita lari, kemana saja, asal kita tetap bersama."  Pria itu terlihat putus asa.

"Tapi ..."

"Hanya kau, Sunny. Hanya kau yang ada di kepalaku. Lainnya aku tak peduli. Ibuku dan keluargaku pasti akan marah. Dan mungkin saja mereka akan membenciku. Tapi jika itu bisa membuatku bersamamu, konsekuensi itu sepadan."

Air mata Sunny menitik, terharu dengan penuturan pemuda tersebut.
Keduanya berpandangan.
Dan tanpa mengalihkan pandangan dari lelaki di hadapannya, Sunny berujar mantap, "Pak sopir, ayo jalankan taksinya."

***

Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro