21. I Hate That I Love You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanya ada dua alasan kenapa seseorang mempertahankan sebuah hubungan.
Satu, cinta. Dua, kompromi.
Dan aku, keduanya.

****

Lelaki jangkung berambut sebahu itu berlari kecil menghampiriku. Senyumnya semringah, menawan. Sore ini ia mengenakan celana jeans robek-robek yang dipadu dengan kemeja berwarna indigo. Keren sekali. Sejak dulu, aku selalu suka dengan lelaki gondrong berpenampilan kasual. Entah kenapa, daya tariknya beda. Terlebih ketika senyumnya indah, dan matanya berbinar ketika bicara.

"Maaf aku terlambat. Lama menunggu?" Ia menyapa dengan pertanyaan.

Aku tersenyum dan menggeleng.
"Ayo." Ia menggandeng erat tanganku lalu mengajakku masuk ke dalam mobilnya.

Hal yang selalu rutin ia lakukan. Menjemputku sepulang kerja lalu mengantarkan pulang.

"Ah, akhir-akhir ini jalanan sering macet. Aku jadi sering telat menjemputmu." Ia mengomel sembari fokus menyetir.
"Tidak apa-apa. Aku belum lama menunggu, kok," jawabku.
Satu jam, bisakah dikatakan lama? Bisikku dalam hati.

"Sudah makan?"
"Sudah," jawabku.
"Akhir-akhir ini aku juga tambah sibuk. Kita jadi jarang bertemu." Lelaki itu menggerutu. "Dan sepertinya acara jalan-jalan kita hari minggu yang akan datang terpaksa kita tunda. Aku ada rapat mendadak." Kalimatnya terdengar penuh penyesalan.

Aku kembali tersenyum lembut.
"Tidak apa-apa. Kita bisa jalan-jalan lain kali," ujarku.
Rangga meremas tanganku sebentar dengan penuh penyesalan.
"Maaf, ya, Sayang," ucapnya lagi. Aku mengangguk, tenang.

Setelah sampai rumah, Rangga mampir sebentar hanya untuk menyapa ayah dan ibuku. Dan setelah itu ia buru-buru berpamitan.
"Aku sudah ada janji dengan salah satu rekan bisnis. Sampai ketemu lagi besok." Ia melambikan tangan lalu segera beranjak masuk ke dalam mobil.
Dan beberapa detik kemudian kendaraan itu sudah menyusuri jalan raya, meninggalkan halaman rumahku.

Dan aku hanya mampu menatap kepergian lelaki itu dengan hampa.

Aku tahu ia bohong.

Akhir-akhir ia sering telat menjemputku bukan karena macet.
Ia jarang berkunjung ke rumah bukan karena sibuk.
Ia sering membatalkan janji kencan denganku bukan karena ada pekerjaan.

Tapi karena ada perempuan lain yang singgah di hatinya. Ia sibuk dengan pacar barunya.

Sudah hampir setengah tahun ini ia menduakanku, dengan seorang perempuan cantik yang bekerja sebagai staff di kantornya.

Aku tahu selama ini mereka berhubungan di belakangku, menusukku dari belakang.

Tapi, aku tak bisa apa-apa, selain berpura-pura tak mengetahuinya.
Karena jika aku membongkar perselingkuhan itu, Rangga pasti akan meninggalkanku. Ia lebih mencintai wanita itu daripada aku.
Dan jika itu terjadi, aku hancur.

Walau dia berkhianat, aku tetap saja mencintainya dengan tulus.
Walau hatiku sakit, aku tetap saja memilih berada di sisinya. Aku seolah bersedia sekarat dengan sukarela.

Aku memang lemah karena tak mampu memberikan penolakan.
Tapi tanpa dia di sisiku, aku rapuh. Tak berdaya.

Air mataku menitik.
Dan untuk ke sekian kali, aku kembali menangisi lelaki itu.
Karena hanya inilah yang mampu ku lakukan.

Meratap, layaknya orang tolol.

I hate that I love you ...

And only you.

---------

Selesai.

Kesel ya?
Aku yang nulis aja kesel. 😁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro