BAB 13: Persimpangan Lubang Gelap dan Cahaya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Starin' at stars
Watching the moon
Hoping that one day they'll lead me to you
Wait every night
'Cause if a star falls
I'll wish to go back to the times that I loved
Why do the stars shine so bright in the sky
If most of the people are sleeping at night?
Why do we only have one chance at life?
I wish I could go back in time

Amara diam dan menyimak lagu yang sedang dinyanyikan Yaksa. Suara Yaksa begitu lembut, halus, dan indah. Melebihi saat dia berada di atas panggung. Apa mungkin karena kali ini hanya Amara yang mendengar Yaksa bernyanyi. Rasanya sangat spesial, seolah lagu itu dikhususkan untuk Amara. Amara merasa geli jika memikirkannya. Mana mungkin kan?

"Aku tidak sengaja mendengarnya di YouTube, Time Machine lagu MJ Apanay," ujar Yaksa setelah selesai bernyanyi dan memetik gitarnya.

Hari ini sama, Yaksa menunggu di depan gerbang sekolahnya. Dan mereka datang lagi ke perbukitan, dan di mobil tua ini. Kali ini Yaksa berencana mengajarkan Amara gitar. Sejak hari itu Amara beralasan pada orang tuanya kalau dia ada kelas tambahan untuk menghadapi UN. Meski sudah ada kelas tambahan khusus hanya untuk hari Senin, Selasa, dan Rabu.

Dimulai dangan kiri untuk menekan senar pada fret. Ibu jari sebaiknya berada di belakang leher gitar. Gunakan tangan kanan untuk memetik atau menggesek senar. Bisa dengan jari atau pick. Untuk kunci G, jari telunjuk pada senar ke-5 fret ke-2, jari tengah pada senar ke-6 fret ke-3, jari manis pada senar ke-1 fret ke-3. Lalu kunci C jari telunjuk pada senar ke-2 fret ke-1, jari tengah pada senar ke-4 fret ke-2, jari manis pada senar ke-5 fret ke-3. Masih banyak kunci gitar lain yang membuat Amara mendapatkan PR tambahan dari guru gitarnya.

Oleh karenanya, Yaksa memberinya satu gitar. "Gak masalah, sekarang gitarku banyak. Lagian aku vokalis band, bukan gitaris," itu ucapan Yaksa saat memberikan Amara gitarnya.

Saat Amara membawa gitar ke rumah, ayahnya bertanya dengan wajah masam. Dia mungkin sempat berfikir kalau Amara membeli sendiri gitar itu. Amara yang sudah terbiasa memberi alasan palsu mengatakan kalau gitar ini dipinjamkan sekolah. Akan ada ujian praktek musik dengan memainkan gitar. Dan dia harus latihan dengan gitar ini agar nilai ujian praktek nya bagus. Mendengar jawaban itu ayah Amara diam. Meskipun begitu Amara harus diam-diam dan mencuri waktu saat ayahnya gak ada untuk berlatih gitar.

"Coba lanjutkan lagumu tadi kak. Lagunya sangat bagus," pinta Amara. Sebenarnya ini alasan, karena jari-jari Amara sudah merah karena bergesekan dengan senar gitar.

Lucu, padahal Amara sering menggoreng cutter kecil di lengannya. Ada banyak goresan, dan Amara tidak merasakannya saat itu. Baru terasa saat keesokan harinya ketika kulit bersentuhan dengan air dan sabut.

Satu hari Yaksa sempat menanyakan kenapa Amara terus memakai manset, padahal hari sedang panas-panasnya, dan kemeja seragamnya sudah panjang. Amara walau sedikit ragu melepas satu manset tangannya, namun baru setengah lepas dan sedikit menampakan banyak goresan di lengan, Yaksa menarik manset Amara dan mengembalikan ke tempat semula. Yaksa memberikan senyuman khasnya. Lalu mengganti topik dengan latihan gitar lagi.

"Baiklah, next kamu yang harus nyanyiin aku," ujar Yaksa. Dia merebut gitar yang dipegang Amara, dan kembali melanjutkan lagunya. Walau tidak sampai akhir.

Pictures remind me of things I forgot
But also of all of the things that I've lost
Can't get them back, they won't fall from above
So I try to forget all the times that I loved

Why do we remember beautiful lies?
We end up regretting them most of our lives
Why do we only have one chance to try?
I wish I could go back in time

Amara mendengar full lagu itu lagi setelah sampai rumah. Yang terbayang saat lagu itu diputar adalah suara lembut Yaksa saat menyanyikan. Senyumannya pada Amara. Tutur katanya yang semerdu nyanyiannya. Dan setiap momen dia dan Yaksa di mobil tua itu.

Kehadiran Yaksa benar-benar seperti cahaya yang menerangi sisi gelap Amara. Seolah Amara di dalam lubang gelap, lalu ada tangan terulur untuk membawanya naik ke sisi cahaya. Lalu di pinggir lubang antara cahaya dan gelap, mereka duduk di sana. Amara bersandar pada pundak Yaksa agar tidak terjatuh ke dalam lubang gelap itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro