BAB 16: Lagu Bahagia dan Lagu Sedih

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rash mendekati Daniel yang sibuk mengepel lantai panggung dengan kain pel. "Terimakasih," ujar Rash.

"Untuk apa?" Tanya Daniel yang tidak mengangkat kepalanya untuk melihat Rash. "Kau memang sudah hebat."

"Tapi jika bukan karenamu, aku tidak akan percaya diri."

Daniel berdiri dan memeras kain pel di atas ember berisi air kotor. "Bukannya ini waktumu latihan?"

"Aku dibiarkan istirahat hari ini. Entah kenapa aku merasa bosan," dia menghela nafas panjang.

"Bagaimana jika ke kota?" Ajak Daniel, kali ini kepalanya menoleh ke Rash. Mata Rash langsung berbinar senang.

Sejak itu dimulailah rutinitas baru anatar Rash dan Daniel. Ketika Rash tidak ada latihan, dan setelah Daniel mengerjakan semua tugasnya, mereka akan ke kota berdua. Selama ini Rash hanya mengitari area daerah pelabuhan. Sangat jarang dia berpergian ke tempat lain. Daniel sendiri menunjukkan sisi ibu kota Yuemeda yang belum pernah dijamah Rash. Ternyata di ibu kota ada terowongan saluran kota, jangan tanya baunya. Karapan pedagang di pandang rumput dekat benteng perbatasan. Reruntuhan kuil tua yang ternyata tak jauh dari ibu kota, meski untuk ke sana cukup melelahkan. Dia bahkan mulai berteman dengan wanita muda setengah elf yang bekerja di kedai ramuan, dan pria pemarah yang bekerja di pandai besi sepertinya tidak terlalu menyukainya.

Karirnya juga semakin bagus. Setiap dia tampil akan selalu ada hadiah untuknya. Dari pedagang kaya, ataupun bangsawan. Sebuah gaun indah, sepatu mewah, perhiasan mahal, parfum baru, dan banyak hal lain. Dia juga mendapat banyak surat-surat dari pria-pria yang punya status sosial. Namun tidak ada satupun yang dia balas. Rash tidak sepolos itu. Banyak cerita tragis tentang gadis sebatang kara sepertinya yang hanya akan menjadi gundik orang-orang seperti itu, hanya menunggu waktu hingga dia dibuang dan kembali luntang-lantung di jalanan kota. Rash tidak mau bernasib seperti itu.

Mungkin surat yang ia terima hanya undangan untuk bernyanyi saat pesta. Bayarannya dua kali lipat dari saat dia menyanyi di teater. Meski dia harus menahan tatapan kebencian dari bangsawan lain yang tak suka orang rendahan seperti dia berdiri di antara kaumnya. Bukan masalah besar, dia sudah sering menghadapinya saat berada di pelabuhan. Bahkan dia pernah dilempar sisa makanan dan kotoran karena orang yang tidak suka nyanyiannya.

Suatu hari Daniel berpamitan dengan Rash. Ada seorang sponsor teater yang ingin mengajaknya ke kota lain, membuka teater baru. Ini kesempatan bagus, karena sponsor itu berkata jika teaternya menghasilkan uang banyak, Daniel akan dibebaskan.

"Ini tak akan lama. Setelah utangku lunas, aku akan kembali ke ibu kota," ujar Daniel dengan senyumnya yang lembut.

Rash memegang tangan Daniel. Matanya berkaca-kaca. Meski kini dia sudah banyak teman, Daniel selalu punya tempat spesial baginya. "Jika kau butuh pekerja, datanglah padaku," ujar Rash. Genggaman tangannya semakin kuat. "Dan jika kau tidak kunjung ke ibu kota, aku akan menyusulmu."

Daniel tertawa. "Jangan khawatir, aku akan kembali. Badan ini akan kembali ke sini untuk bertemu denganmu." Daniel mengelus kepala Rash, membuat Rash percaya dengan ucapan Daniel.

Kereta kuda beserta rombongan yang akan pergi ke kota lain pergi. Rash melambaikan tangan terus menerus. Hingga sudah tidak lagi melihat Daniel dan rombongan itu. Rash berusaha tersenyum, namun kali ini dia tidak bisa menahan air matanya karena berpisah dari temannya.

-0-

Waktu berjalan begitu cepat. Tahun juga berlalu begitu saja. Rash semakin tinggi namanya. Terakhir Raja Yuemeda memanggilnya untuk bernyanyi di istana. Mimpinya benar-benar jadi nyata. Dia bernyanyi dihadapan Raja Yuemeda, dan bangsawan-bangsawan status tinggi lainnya. Raja sangat menyukai suaranya. Penampilan Rash dipuji habis-habisan oleh Raja. Dia ditawarkan pekerjaan sebagai penyanyi kerajaan, dan akan bernyanyi di setiap acara resmi kerajaan. Siapa yang bisa menolaknya? Apalagi sudah lama itu menjadi impian dari Rash. Tanpa berfikir panjang Rash menerimanya. Meskipun dia harus sedih karena keluar dari Teater Musik kerajaan Yuemeda yang telah membesarkan namanya.

Rash diberi sebuah mansion besar. Siapa yang sangka anak jalanan sebatang kara, yang bahkan tidak punya rumah, kini punya sebuah mansion besar lengkap dengan perhiasan. Dia tak pernah kehabisan gaun atau perusahaan. Hadiah demi hadiah terus berdatangan. Rash bisa menikmati makanan lezat di tempat yang hangat ketika musim dingin. Dia bisa membeli apapun yang dia mau, yang dulu hanya bisa dia lihat dari luar jendela. Semuanya berjalan begitu sempurna.

Sebuah surat datang, bersama surat-surat lain. Namun kali ini terdapat bercak darah di amplop surat itu. Rash hampir membuang surat itu karena berfikir itu surat ancaman. Pundaknya merosot ketika membaca isi suratnya,  kepalanya tertunduk, kakinya lemas dan dia duduk dengan membungkuk. Air matanya berlinang dan jatuh ke atas kertas itu. Isakan tangis terdengar, mengegma hingga lorong mansion.

Sangat indah, seindah senja dengan mega merah di langit setelah hujan turun
Berdiri di panggung hatiku dan bernyanyi dengan suara amat lembut hingga membuat hati beku ini meleleh
Senyumannya itu terus terbayang bahkan hingga melintas ke dimensi mimpi
Tak masalah jika tangan ini tetap tergangam
Atau biarkan tetap didekapku
Karena aku tidak ingin hal semanis dan seindah ini pergi menghilang dari duniaku yang begitu pahit dan sangat abu-abu

Daniel~

Amplop itu ditemukan pada saku kemeja sebuah tubuh yang telah berliang darah di Padang rumput perbatasan ibu kota. Tubuh seorang pria dengan baju kumal. Kemungkinan dia di rampok saat ingin masuk ke ibu kota. Semua barangnya dia ambil, begitupun nyawanya. Pria pandai besi mengenali, dan membawanya ke Teater Musik kerajaan Yuemeda. Wanita pembuat ramuan melakukan segala usaha, namun tetap tidak bisa menyelamatkan pria itu. Salah seorang utusan teater memberikan amplop ini pada Rash, walaupun tidak dijelaskan untuk siapa, sudah jelas bahwa itu untuk Rash.

Hari itu awal musim dingin. Salju turun dengan lebat menutupi ibu kota. Bersama dengan tangisan kencang Rash, badai salju datang. Melaraskan suara tangis Rash dengan turunnya salju.

Itu akhir dari cerita Rash. Dia berhasil mewujudkan mimpinya. Harusnya dia bahagia dengan pencapaiannya itu. Namun di ending, dia justru menangis keras. Semua yang telah dia impikan terwujud, tapi dia juga kehilangan orang yang sangat berarti baginya. Orang yang menjadi kekuatannya ketika dia takut untuk melangkah maju.

Meskipun begitu Rash masih tetap bernyanyi, terus bernyanyi dan bernyanyi. Namun jika dulu dia seiring menyanyikan lagu bahagia tentang mimpi dan cinta. Kini dia lebih suka menyanyikan lagu sedih tentang kehilangan seseorang. Ekspresinya yang dulu selalu tersenyum bahagia, kini selalu sedih bahkan berlinang air mata. Dan tenyata, orang lain lebih suka dia menyanyi lagu sedih daripada lagu bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro