BAB 3: Bangun dari Mimpi dan Memilih Pakaian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara seperti malaikat, begitu orang memuji seorang Rash. Suaranya indah, bahkan bisa menenangkan bayi yang menangis kencang. Petikan gitar tua yang ia mainkan membuat irama yang selaras dengan suaranya. Kadang wajahnya sedih saat dia menyanyikan lagu sedih. Senyumannya akan lebar jika dia bernyanyi lagu bahagia. Semua orang akan diam dan menikmati nyanyian yang dia mainkan. Dan akan bertepuk tangan apabila nyanyiannya sudah selesai.

"Suaramu sangat indah. Benar-benar seperti seorang malaikat," puji pria tua dengan jas sangat rapi. Bau tembakau sangat kuat darinya.

Dengan wajah kebingungan Rash menjawab pujian pria itu, "terimalah."

Pria itu tersenyum, walau lekukkan bibirnya tertutupi oleh kumis tebalnya. Dari saku jas pria itu mengeluarkan sebuah amplop surat berwarna cokelat keemasan. Dia mengulurkan tangan dan memberikannya pada Rash. "Tempat ini akan sangat senang menerimamu."

Rash menatapnya dengan tanda tanya, apa isi amplop yang sudah ada di tangannya itu.

"Bukalah."

Teater Musik kerajaan Yuemeda, itu bagian kop tertulis dengan tinta hitam dan tulisan yang sangat kaligrafi. Singkatan isi dari surat itu adalah mengundang Rash untuk bergabung dengan teater. Dia akan dibuatkan pentas solo sendiri. Tidak perlu khawatir hal lain, karena tempat tinggal, makanan, gaun, dan kebutuhan Rash lainnya akan ditanggung oleh teater. Yang perlu Rash lakukan adalah memberikan penampilan terbaik Rash di atas panggung ke seluruh penonton.

Rash melongo membaca surat itu. Tak percaya ini datang padanya. Seolah semuanya adalah mimpi. Dan dia tidak terima jika harus bangun sekarang lalu semua ini hilang. Karena mimpinya sangat indah.

-0-

Amara membuka matanya, yang pernah dia lihat adalah langit-langit kamar. Suara dengkuran kecil berasal dari Rash yang tidur di sebelahnya. Tenggorakan Amara kering, dia berjalan keluar tepatnya menuju dapur untuk mengambil air putih. Semua ruangan gelap, dan berantakan, sejujurnya memang Amara tidak pandai dalam membersihkan atau merapikan sesuatu. Amara melewati ruang tamu dimana sang ayah menjadikan sofa sebagai ranjang tidurnya. Sedangkan sang ibu tidur sendiri. Hal yang sudah lama berlangsung di rumah ini.

Setelah meminum segelas air, dia kembali ke kamarnya. Setiap langkah ia usahakan sepelan mungkin agar tidak membangunkan siapapun. Rash masih tidur di atas kasur. Harusnya Amara juga melanjutkan tidurnya karena ini masih tengah malam. Namun Amara tertarik pada flyer yang ia dapat tadi di depan perpustakaan.

'Band Dragon akan tampil di Cafe Gray Blue'

Amara tau cafe itu, dia sering melewatinya saat naik bis. Tempatnya nampak menarik, tapi dia tidak berani jika harus tiba-tiba masuk ke sana sendirian. Membayangkan tatapan kasian dan aneh yang dilontarkan orang-orang melihat seorang cewek sendirian duduk di sebuah cafe, memang menarik jika membayangkannya dalam novel, tapi tidak di dunia nyata. Butuh keberanian, dan apakah Amara berani? Dalam dikiranya Amara berdebat apakah dia perlu datang ke sana, atau tidak.

"Baju apa yang akan kau gunakan?" Tanya Rash. Amara tidak tau sejak kapan Rash bangun dan berdiri di sampingnya.

Entah tanpa sadar atau tidak, Rash membuka pinterest, mencari refrensi outfit yang sesuai untuk ke cafe, dan menyesuaikan dengan miliknya yang sebenarnya kebanyakan pemberian dari keluarga besar. Amara membuka lemarinya, mencari-cari pakaian yang sesuai. Harus lengan panjang, tentu saja untuk menutup goresan-goresan ini.

Rash juga tak kalah ikut mencari pakaian, "bagaimana dengan ini?" Tanyanya. Amara mengambil pilihan Rash, dan meletakkannya ke atas kasur. "Sedikir berdandan tak masalah," lanjut Rash mengeluarkan lipstik dan bedak yang ia beli diam-diam dengan uang sakunya.

Satu set pakaian atas bawah siap, sebuah kemeja hitam polos dengan rok bunga-bunga kecil berwarna putih. Amara juga harus tetap memakai manset hitam.

"Tidak terlalu buruk, lalu bagaimana dengan rambut?" Rash memegang rambut panjang hitam yang sudah hampir sepinggang. "Hmm, dikepang dua sepertinya lucu," lanjut Rash sambil tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro